RUANG
LINGKUP OSEANOGRAFI
1.
PENDUHULUAN
Ilmu
oseanografi merupakan suatu sumber penelitian yang aktiv dan berkembang secara
menyebar diseluruh dunia. Walaupun demikian ilmu ini masih merupakan suatu
cabang ilmu yang perkembangannya masih terhambat didaerah perairan Asia
Tenggara. Ditinjau dari pentingnya arti lautan
sebagai suatu sarana untuk perhubungan dan perniagaan serta merupakan
tempat sumber-sumber alam dan biologi yang berharga, maka ilmu ini sangatlah
dibutuhkan untuk dapat dipakai sebagai alat pembantu memecahkan masalah-masalah
diatas.
2.
DEFINISI
OSEANOGRAFI
Oseanografi berasal
dari bahasa yunani terdiri atas dua kata, oceanos
yang berarti laut dan graphos yang
berarti gambaran atau deskripsi. Secara sederhana kita dapat mengartikan
oseanografi sebagai gambaran atau deskripsi tentang laut. Secara kompleks
oseanografi dapat diartikan sebagai studi dan penjelajahan (eksplorasi) ilmiah
mengenai laut dan segala fenomenanya. Laut sendiri adalah bagian dari
hidrosfer. (A.Shofy Mubarak S.Pi.M.Si, 2009)
Dalam definisi yang lain Oseanografi
berasal dari bahasa Yunani oceanos yang
berarti laut dan graphos yang berarti gambaran atau
deskripsi atau biasa juga disebut oseanologi atau ilmu
kelautan, adalah cabang ilmu
Bumi
yang mempelajari samudra atau lautan. Ilmu ini mencakup berbagai topik seperti organisme laut
dan dinamika ekosistem yaitu diantaranya arus
samudra, gelombang,
dan dinamika cairan geofisika, tektonik
lempeng dan geologi dasar laut, serta arus
berbagai zat kimia dan fisika di dalam lautan dan perbatasannya. (Harlan
Sumarsono, 2009 ).
Selain itu pula,
oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu disiplin ilmu
yang mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu
yang murni, akan tetapi merupakan perpaduan dari bermacam-macam ilmu-ilmu dasar
lain. Ilmu-ilmu ini yang termasuk didalamnya adalah ilmu tanah (geology), ilmu bumi (geography), ilmu fisika (physics), ilmu kimia (chemistry), ilmu hayat (biology) dan ilmu iklim (meteorology). (Sahala Hutabarat dan
Stewart M. Evans 1984).
Dengan kata lain Oceanografi itu ialah Scientific study dan explorasi lautan
dan laut-laut serta semua aspek-aspek dan fenomenanya. Termasuk sedimen, batuan
yang membentuk dasar laut, interaksi antara laut dengan atmosfer, pergerakan
air, serta faktor-faktor tenaga yang menyebabkan adanya gerakan tersebut baik
tenaga dari dalam maupun tenaga dari luar, kehidupan organisme, susunan kimia
air laut, serta asal mula terjadinya lautan dan laut-laut purbakala. Oleh
karena itu oceanografi dikatakan
sebagai suatu disiplin ilmu mengenai laut. (Sahala Hutabarat dan Stewart M.
Evans 1984).
Beberapa sumber lain berpendapat
bahwa ada perbedaan mendasar yang membedakan antara oseanografi dan oseanologi.
Oseanologi terdiri dari dua kata (dalam bahasa Yunani) yaitu oceanos (laut) dan logos (ilmu) yang secara sederhana dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang laut. Dalam arti
yang lebih lengkap, oseanologi adalah studi ilmiah mengenai laut dengan cara
menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan tradisional seperti fisika, kimia, matematika,
dan lain-lain ke dalam segala aspek mengenai laut.
Oseanografi adalah bagian dari ilmu kebumian atau earth sciences yang mempelajari laut,samudra beserta
isi dan apa yang berada di dalamnya hingga ke kerak samuderanya.
(Prager, Ellen J, dan
Sylvia A. Earle. 2000).
3.
ILMU-ILMU
PENDUKUNG DALAM ILMU OSEANOGRAFI
Ilmu-ilmu pendukung
dalam ilmu oseanografi dapat dibagi menjadi beberapa cabang ilmu diantaranya” :
a)
Fisika
Oseanografi
Oseanografi fisika ilmu mengenai ciri fisik samudera termasuk struktur
suhu-salinitas, pencampuran, ombak, pasang, dan arus. (A.Shofy
Mubarak. 2009).
Ilmu ini mempelajari
hubungan antara sifat-sifat fisika yang terjadi dalam lautan sendiri dan yang
terjadi antara lautan dengan atmosfer dan daratan. Hal ini termasuk
kejadian-kejadian pokok seperti terjadinya tenaga pembangkit pasang dan
gelombang, iklim dan sistem arus-arus yang terdapat dilautan dunia. (Sahala
Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984).
b)
Geologi
Oseanografi
Geologi laut atau oseanografi
geologi, ilmu mengenai geologi dasar laut termasuk tektonik lempeng. (A.Shofy
Mubarak. 2009).
Ilmu geologi penting
artinya bagi kita dalam mempelajari asal lautan yang telah berubah lebih dari
berjuta-juta tahun yang lalu. Termasuk di dalamnya adalah penelitian tentang
lapisan kerak bumi, gunung berapi dan terjadinya gempa bumi. (Sahala Hutabarat
dan Stewart M. Evans 1984).
c)
Kimia
Oseanografi
Oceanografi
kimia atau kimia laut, ilmu mengenai kimia
samudera dan interaksi kimianya dengan atmosfer, (A.Shofy
Mubarak. 2009).
Ilmu ini berhubungan
dengan reaksi-reaksi kima yang terjadi di dalam dan di dasar laut dan juga
menganalisa sifat-sifat dari air laut itu sendiri. (Sahala Hutabarat dan
Stewart M. Evans 1984).
d)
Biologi
Oseanografi
Biologi laut atau oseanografi
biologi, ilmu mengenai tumbuhan, binatang dan mikrobe (biota) samudera
dan interaksi ekologi mereka. (A.Shofy Mubarak. 2009).
Cabang ilmu oseanografi
ini sering dinamakan sebagai biologi laut. Dimana dalam ilmu ini mempelajari
semua organisme-organisme yang hidup dilautan, termasuk hewan-hewan yang
berukuran yang sangat kecil (plankton) dan juga hewan-hewan yang berukuran
besar beserta
tumbuhan-tumbuhan air. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984).
Cabang-cabang tersebut menunjukkan
bahwa banyak ahli oceanografi pada awalnya mendapat pendidikan ilmu pasti atau
matematika dan kemudian menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
interdisipliner mereka untuk oceanografi. (Sahala Hutabarat dan Stewart
M. Evans 1984).
4.
SEJARAH
KELAUTAN
Laut
menurut sejarahnya terbentuk 4,4 milyar tahun yang lalu, dimana awalnya
bersifat sangat asam dengan air yang mendidih (dengan suhu sekitar 100C) karena
panasnya bumi pada saat itu. Keasaman air inilah yang menyebabkan tingginya
pelapukan yang terjadi yang menghasilkan garam-garaman yang menyebabkan air
laut menjadi asin seperti sekarang ini. Pada saat itu, gelombang tsunami sering
terjadi karena seringnya asteroid menghantam bumi. Pasang surut laut yang
terjadi pada saat itu bertipe mamut alias 'ruar biasa' tingginya karena jarak
bulan yang begitu dekat dengan bumi. (Prager, Ellen J, dan Sylvia A. Earle 2000
The Oceans).
Menurut
para ahli, air yang membentuk lautan dibumi itu berasal pada saat bumi mulai
mendingin akibat mulai berkurangnya aktivitas vulkanik, disamping itu atmosfer
bumi pada saat itu tertutup oleh debu-debu vulkanik yang mengakibatkan
terhalangnya sinar matahari untuk masuk ke bumi. Akibatnya, uap air di atmosfer
mulai terkondensasi dan terbentuklah hujan. Hujan inilah (yang mungkin berupa
hujan tipe mamut juga) yang mengisi cekungan-cekungan di bumi hingga
terbentuklah lautan. (Prager, Ellen J, dan Sylvia A. Earle 2000 The Oceans).
Pada
3,8 milyar tahun yang lalu, planet bumi mulai terlihat biru karena laut yang
sudah terbentuk tersebut. Suhu bumi semakin dingin karena air di laut berperan
dalam menyerap energi panas yang ada, namun pada saat itu diperkirakan belum
ada bentuk kehidupan di bumi. Kehidupan di bumi, menurut para ahli, berawal
dari lautan (life begin in the ocean).
Namun demikian, masih merupakan perdebatan hangat hingga saat ini kapan
tepatnya kehidupan awal itu terjadi dan di bagian lautan yang mana. Hasil
penemuan geologis pada tahun 1971 pada bebatuan di Afrika Selatan yang diperkirakan
berusia 3,2 sampai dengan 4 milyar tahun silam menunjukkan bahwa adanya fosil
seukuran beras dari bakteri primitif yang diperkirakan hidup di dalam lumpur
mendidih di dasar laut. (Prager, Ellen J, dan Sylvia A. Earle 2000 The Oceans).
5.
SEJARAH
DAN PERKEMBANGAN ILMU OSEANOGRAFI
Manusia tertarik pada
lautan dapat ditinjau kembali pada permulaan zaman peradaban manusia, ketika
pengetahuan tentang dunia dibatasi pada Negara-negara di mana kapal-kapal
pelaut dapat pergi dan kembali. Pada waktu itu bentuk dari peta sangat penting
artinya. Dimana bentuk peta ini menjadi makin tepat begitu pelayaran
menyeberangi lautan makin lama makin menempuh jarak yang jauh dan sering
dilakukan. Pada zaman Ptolemous, abad
kedua sebelum Masehi lautan Mediterania, bagian Utara Afrika dan bagian Pantai
Selatan Asia daratan telah dipetakkan dengan sempurna. Pengetahuan tentang laut
juga turut berkembang pada arah yang lain. (Sahala Hutabarat dan Stewart M.
Evans 1984).
Pada abad keempat
sebelum masehi seorang sarjana terkemuka bangsa Junani, Aristoteles, telah
melakukan suatu penelitian yang mendetail mengenai hewan-hewan dan
tumbuhan-tumbuhan laut. Dimana dia secara cermat telah menjelaskan dan
mengklasifikasikan organisme-organisme tersebut. Akhirnya pada abad kesatu
sebelum Masehi, hubungan antara gerakan pasang dan letak dari bulan telah
dimengerti oleh manusia untuk mampu membuat ramalan yang tepat. (Sahala
Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984).
Manusia pada awalnya
telah menggunakan pengalaman mereka tentang adanya perubahan iklim dilautan,
sehingga dapat memanfaatkan sebagai sarana untuk berdagang. Keadaan laut di
Hindia misalnya, merupakan suatu daerah yang unik yang cocok dipakai sebagai
contoh. Angin musim yang bertiup dari
arah tenggara pada waktu terjadi musim panas dibelahan bumi utara dan akan
bertiup dari arah yang berlawanan, pada
waktu dibelahan bumi sebelah Utara terjadi musim dingin. Hal ini memungkinkan
kapal-kapal dengan peralatan pelayaran yang paling sederhana dapat menyeberangi
lautan pada satu musim dan kembali pada musim berikutnya. (Sahala Hutabarat dan
Stewart M. Evans 1984).
Pelayaran pelayaran
besar juga sama pentingnya dalam memetakkan garis pantai dan lautan-lautan
dunia dalam perkembangan sejarah berikutnya. Sebagai contoh, seorang bangsawan
Portugis Ferdinando Magelheans telah mengadakan suatu pelayaran mengililingi
dunia pada abad keempat belas setelah masehi. Dia telah membuktikan, bahwa bumi
itu berbentuk bulat tidak datar seperti yang diperkirakan oleh banyak orang
pada waktu sebelumnya. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984).
Pada abad kedelapan
belas seorang bangsa inggris yang bernama James Cook membuat seluruh peta dari Lautan Pasifik dan memperlihatkan adanya
sebuah daratan yang terketak pada bagian selatan kutub yang selalu tertutup
oleh es. Beberapa ekspedisi oseanografi penting lainya telah dilakukan oleh Challenger (1872 – 1875), Gazelle (1874 – 1876), Vitiaz
(1886 – 1889), dan Meteor (1925 –
1927). Ekspedisi Challenger
khususnya, telah membuat sebuah bantuan tambahan ppengetahuan yang penting.
Dimana mereka telah mengadakan pelayaran sejauh 68.890 mil laut, membuat 492
kali pengukuran kedalaman, 133 kali pengambilan contoh dasar laut dan mengumpulkan data-data iklim, arus laut,
suhu laut, komposisi air laut dan contoh-contoh sedimen dasar dari 362 stasiun
penelitian yang berbeda. Ekspedisi ini telah mengadakan penelitian yang lama
dan beberapa kali diperairan asia tenggara. (Sahala Hutabarat dan Stewart M.
Evans 1984).
Pada saat ini ilmu
oseanografi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang berkembang secara
cepat dan membutuhkan ongkos yang mahal dan sering mengeluarkan ongkos yang
mahal dan yang sering bersangkutan dengan kerja sama internasional. Kapal –
kapal penelitian oseanografi sekarang, telah dilengkapi dengan alat-alat yang
rumit yang dapat mengumpulkan data – data fisika, kimia dan biologi secara
tepat dan jelas. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984).
Tahun – tahun
belakangan ini merupakan perkembangan dari kapal – kapal yang sering mengadakan
penelitian dibawah permukaan laut, bahkan sekarang sudah banyak dijumpai adanya
laboratorium dibawah laut yang sifatnya permanen. Keterangan-keterangan dari
satelit yang selalu mengililingi bumi juga menjadi begitu penting artinya dalam
melengkapi data-data tentang gejala arus laut dan pertukaran panas. Dimana hal
ini merupakan suatu pekerjaan yang sulit untuk dilakukan dimasa yang lalu.
Namun demikian perlu ditekankan, bahwa ilmu oseanografi merupakan suatu ilmu
yang relatif
masih muda, dimana masih banyak hal-hal lain yang harus dipelajari. (Sahala
Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984).
Secara singkat dari
semua perkembangan mengenai ilmu oseanografi dapat disusun sebagai mana
berikut:
1)
Pada abad ke 4 SM, aristotelles
melakukan penelitian tentang hewan dan tumbuhan laut. Tentang penjelasan dan
pengklasifikasian tumbuhan laut. (Sverdrup, Keith A., Duxbury, Alyn C.,
Duxbury, Alison B. 2006)
2)
Abad ke 1 SM orang-orang mengamati gerak
pasang dan letak bulan pertama yang digunakan untuk membuat ramalan. (Sverdrup,
Keith A., Duxbury, Alyn C., Duxbury, Alison B. 2006)
3)
Abad ke 14 M, Ferdinand magelheans
mengadakan pelayaran keliling dunia, bertujuan untuk membuktikan bahwa bumi
memiliki bentuk yang bulat. (Sverdrup, Keith A., Duxbury, Alyn C., Duxbury,
Alison B. 2006)
4)
Abad ke 18 M, James cook membuat sebuah
peta dari lautan pasifik dan memperlihatkan adanya sebuah daratan yang terletak
dibagian sebelah selatan kutub yang selalu tertutup es.(Sverdrup, Keith A.,
Duxbury, Alyn C., Duxbury, Alison B. 2006).
Penelitian oseanografi
di Indonesia pertama kali dimulai pada tahun 1904 ketika koningsbenser
mendirikan sebuah laboratoruim perikanan di Jakarta. Pada tahun 1919,
laboratorium ini dirubah menjadi sebuah laboratorium biologi laut, setelah ini
mengalami beberapa lagi perubahan nama mulai dari lembaga penelitian laut,
menjadi lembaga sumber lautan, dan kemudian berubah menjadi lembaga penelitian laut yang
akhirnya pada tahun `1970 berubah
menjadi lembaga oceanografi nasional. “(Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans
1984).
DAFTAR PUSTAKA
Prager,
Ellen J, dan Sylvia A. Earle. 2000.The
Oceans.washington DC
Sahala,
Hutabarat dan Stewart M. Evans. 1984. Pengantar
Oseanografi.Jakarta : Universitas Indonesia Press.
A.Shofy Mubarak.
2009. Sejarah Kelautan. Jurnal Ilmu
Pendidikan (Online), jilid 5 (http//www.semarang.ac.id, diakses 29 Desember
2011)
Sumarsono, Harlan. 2009. Karakteristik dan Variabilitas Bulanan Angin Permukaan Di Perairan Samudera Hindia. Skripsi. Bandung: Program Paska Sarjana Univerrsitas Pendidikan Indonesia.
Sverdrup, Keith A., Duxbury, Alyn C., Duxbury,
Alison B. 2006. Fundamentals of Oceanography, McGraw-Hill.
LEMBAH LAUTAN
1.
LEMBAH
LAUTAN
Tatanan geologi kelautan Indonesia
merupakan bagian yang sangat unik dalam tatanan kelautan dunia, karena berada
pada pertemuan paling tidak tiga lempeng tektonik: Lempeng Samudera Pasifik,
Lempeng Benua Australia-Lempeng Samudera India serta Lempeng Benua Asia.
Pantai benua kelihatan
di atas lautan di banyak tempat di bumi membentuk massa daratan yang maha luas.
Dimana menunjukkan penyebaran lautan dan daratan yang luas di berbagai tempat
di bumi. Pada dasarnya bumi kita ini dapat dibagi menjadi tanah hemisfer yang
meliputi seluruh massa tanah daratan dan lautan hemisfer. Sampai sekarang belum
ada keterangan yang cukup yang dapat menerangkan tentang perbedaan-perbedaan
penyebaran daratan dan lautan ini.
Pada mulanya dipercaya bahwa permukaan dasar
lautan itu adalah datar dan tidak mempunyai bentuk, tetapi ilmu-ilmu modern
sekarang telah membuktikan bahwa topografi mereka adalah kompleks seperti
daratan. Bentuk-bentuk itu adalah seperti berikut ini :
1)
Ridge dan Rise
Ini adalah
suatu bentuk proses
peninggian yang terdapat
diatas lautan (sea floor) yang
hampir serupa dengan adanya gunung-gunung
di daratan. Pada prinsipnya tidak
ada perbedaan antara ridge dan rise. Mereka hanya dapat dibedakan dari letak
kemiringanan lereng-lerengnya saja. Ridge lerengnya lebih bersifat terjal dari
rise. Rise mempunyai ketinggian sekitar dua sampai empat kilometer dari dasar
dan mempunyai lebar kira-kira 2.000 sampai 4.000 kilometer.
Ridge
dan rise utama yang membentang di dunia bergabung menjadi satu dan membentuk
satu rantai yang amat panjang yang dikenal sebagai mid-ocean ridge system (system ridge bagian tengah lautan). Bagian
sistem ridge ini ditandai dengan adanya sebuah lembah yang
curam yang dikenal sebagai lembah rift
(rift valley). Hal ini khususnya terbentuk dengan baik di mid-Atlantic Ridge.
Tetapi hal ini jujuga dapat dimana system ridge membentuk sebuah penyebaran yang
mengesankan di daratan Afrika Timur. Di sini lembah rift dapat di temukan
dengan kedalaman 2800 km kemudian tempat ini di isi dengan air yang membentuk
danau-danau anatara laim danau Tanganyika.
2)
Trench
Bagian
laut yang terdalam adalah bentuk seperti saluran yang seolah-olah terpisah
sangat dalam yang terdapat di perbatasan antara benua dengan kepulauan.
3)
Abyssal Plain (daratan abyssal)
Daerah
ini relative terbagi rata dari permukaan bumi yang terapat di bagian sisi yang
mengarah ke daratan dari sistem midoceanic
ridge.
4)
Continental Island (pulau-pulau benua)
Beberapa pulau seperti
Greenland dan Madagaskar menurut sifat geologinya merupakan bagian dari masa
tanah daratan benua besar yang kemudian menjadi terpisah. Daerah-daerah ini
lapisan kerak buminya terdiri dari batu-batuan besi (granitic) yang jenisnya
sama dengan yang terdapat di daratan benua.
5)
Island Arc (kumpulan pulau-pulau)
Kumpulan
pulau-pulau seperti kepulauan Indonesia juga mempunyai perbatasan dengan benua,
tetapi mereka mempunyai asal yang berbedah. Kepulauan ini terdiri dari batu-batuan vulkanik dan
sisa-sisa sendimen pada permukaan kulit lautan.
6)
Mid-Oceanic
Volkanic Islands (pulau-pulau vulkanik yang terdapat di tengah-tengah
lautan)
Daerah ini terdiri dari
banyak pulau-pulau kecil, khususnya terdapat di lautan Pasifik, dimana letak
mereka sangat jauh dari masa daratan.
7)
Atol-atol
Daerah
ini terdira dari kumpulan pulau-pulau yang sebagian tengelam di bawah permukaan
air batu-batuan yang terdapat di sini di tandai oleh adanya terumbu karang (Coral
Reff) yang terbentuk seperti cincing yang mengelilingi sebuah dangkol yang
dangkal.
8)
Seamount dan Guyot
Mereka
adalah gunung-gunung berapi yang muncul dari dasar lantai lautan, tetapi tida
dapat mencapai samapi kepermukaan lautan. Seamound mempunyai lereng yang curang
dan berpuncak runcing dan kemungkinqn mempunyai tinggi sampai 1 km atau lebih.
Guyot mempunyai bentuk yang serupa dengan seamount tetapi bagian puncaknya
datar.
a)
Menggambarkan Bentuk Dasar Laut.
`
b). Mendeskripsikan Proses Terbentuknya Morfologi Dasar
Laut
Kerak bumi merupakan lempeng
tektonik sehingga pergerakan relatifnya menyebabkan terbentuknya ciri-ciri
khusus dasar laut. Berikut
ini merupakan pembagian bentuk-bentuk dasar laut berdasarkan
defenisi dari Nontji (1993).
a.
Paparan (shelf) yang dangkal
b.
Depresi dalam berbagai bentuk (basin, palung)
c.
Berbagai bentuk elevasi berupa punggung (rise,
ridge)
Menurut Ilahude (1997), dilihat dari
ari segi skala ata besarnya bentuk – bentuk dasar laut, dasar laut dibedakan
ke alam 3 golongan besar yaitu:
1.
Relief Besar (macro relief)
a.
Secara vertikal ukurannya bisa sampai ribuan meter.
b.
Secara horizontal ukurannya bisa mencapai ratusan atau
ribuan kilometer.
2. Relief Pertengahan (intermediate
relief)
a.
Secara vertikal berukuran ratusan meter.
b.
Secara horizontal berukuran puluhan kilometer.
c.
Bisa merupakan bagian integral dari satu relief besar.
3. Relief Kecil (micro relief)
a.
Hanya berukuran beberapa cm sampai beberapa meter.
b.
Umumnya hanya bisa diungkapkan dengan teknik fotografi
bawah ai
1.
Ridge dan Rise
Ini adalah suatu bentuk proses
peninggian yang terdapat di atas laut ( sea floor) yang hampir serupa dengan adanya gunung-gunung di
daratan
2.
Trench
Bagian laut yang
terdalam dengan bentuk seperti saluran seolah-olah terpisah sangat dalam yang
terdapat di perbatasan antara benua.
3.
Abyssal Plain
Daerah yang relatif tebagi rata dari
permukaan bumi yang terdapat dibagian sisi yang mengarah ke daratan.
4.
Continetal Island
Beberapa pulau yang menurut sifat
geologisnya bagian dari massa tanah daratan benua besar yang kemudian terpisah
5.
Island Arc (kumpulan pulau-pulau)
Kumpulan pulau-pulau seperti indonesia
yang mempunyai perbatasan dengan benua
6.
Mid-Oceanic Volcanic Island
Pulau-pulau vulkanik yang terdapat
di tengah-tengah lautan. Terdiri dari pulau-pulau kecil, khususnya terdapat di
Lautan pasifik
7.
Atol-atol
Daerah yang terdiri dari kumpulan
pulau-pulau yang sebagian besar tenggelam di bawah permukaan laut dan
berbentuk cincin.
8.
Seamout dan guyot
c). Mendeskripsikan
Macam-Macam Morfologi Dasar Laut
Kajian tepian tektonik aktif
difokuskan untuk mengidentifikasi bentuk geomorfologi dasar laut dari
masing-masing segmen lempeng. Empat bentuk morfologi utama dapat
diidentifikasi, seperti zona subduksi, palung laut, prisma akresi, dan cekungan
busur muka. Gambaran bentuk geomorfologi dasar laut ini kemungkinan merupakan
contoh morfologi dasar laut yang terbaik di dunia. Batas-batas bentuk
geomorfologi dasar laut ini sangat jelas terlihat pada rekaman seismic dan
citra seabeam. Makin kearah selatan, dasar laut makin banyak mengalami
pensesaran normal. Sesar-sesar ini nampaknya lebih intensif makin jauh dari
palung laut. Pada sumbu palung, bentuk kerak samudera telah banyak mengalami
pensesaran dan membentuk pola-pola horst dan graben secara luas
Judul yang dipersiapkan pada Seminar Nasional
Geomorfologi LIPI, Jakarta, 9 September 2009.
Hasil identifikasi bentuk dasar laut
dari beberapa lintasan seismik, citra seabeam dan foto dasar laut maka dapat
dikenali beberapa bentuk geomorfologi utama yang umum terdapat pada kawasan
subduksi lempeng aktif. Empat bentuk morfologi utama dapat diidentifikasi,
yaitu zona subduksi, palung laut, prisma akresi, dan cekungan busur muka.
Gambaran bentuk geomorfologi dasar laut ini kemungkinan merupakan contoh
morfologi dasar laut yang terbaik di dunia karena batas-batasnya yang jelas dan
mudah dikenali.
1) Zona Subduksi
Geomorfologi zona subduksi ini
merupakan gabungan yang erat antara proses-proses yang terjadi pada tepian
kerak samudera, tepian kerak benua dan proses penunjaman itu sendiri.
Gambar 1. Gambaran geomorfologi pada zona subduksi dan
kenampakan seamount di kerak samudera India, sumbu palung laut dan
prisma akresi di lepas pantai Bengkulu.
2) Geomorfologi Palung Laut
Palung laut merupakan bentuk paritan
memanjang dengan kedalaman mencapai lebih dari 6.500 meter. Umumnya palung laut
ini merupakan batas antara kerak samudera India dengan tepian benua Eurasia
sebagai bentuk penunjaman yang menghasilkan celah memanjang tegak lurus
terhadap arah penunjaman.
Gambar 2. Satuan geomorfologi palung samudra di sebelah selatan Jawa
(PPPGL, 2008)
3) Geomorfologi Prisma Akresi
Pembentukan prisma akresi di dasar
laut dikontrol oleh aktifitas tektonik sesar-sesar naik (thrusting) yang
mengakibatkan proses pengangkatan (uplifting). Proses ini terjadi karena
konsekuensi dari proses tumbukan antar segmen kontinen yang menyebabkan bagian
tepian lempeng daerah tumbukan tersebut mengalami proses pengangkatan. Proses
ini umumnya terjadi di kawasan barat Indonesia yaitu di samudra Hindia.
Gambar 3 : Geomorfologi
prisma akresi yang naik kepermukaan sebagai pulau prisma akresi di lepas pantai
sebelah barat Aceh.
DAFTAR PUSTAKA
Nontji, 1993. Deskripsi air
lautan pasifik. Jakarta press.
Sahala, Hutabarat dan Stewart M.
Evans. 1984. Pengantar Oseanografi.Jakarta
: Universitas Indonesia Press.
Seminar Nasional 2009. Geomorfologi LIPI, Jakarta.
Sumarsono, Harlan. 2009. Karakteristik dan Variabilitas Bulanan Angin Permukaan Di Perairan Samudera Hindia. Skripsi. Bandung: Program Paska Sarjana Univerrsitas Pendidikan Indonesia.
AWAL
MULA DAN PERTAMBAHAN AIR LAUT
1.
AWAL MULA TERBENTUKNYA LAUTAN
Sebelum mengetahui sejarah pembentukan laut,
harus diketahui terlebih dahulu bagaimana terbentuknya bumi. Karena sebelum
lautan terbentuk adalah bumi yang terlebih dahulu tercipta. Bumi dilahirkan 4,5
milyar tahun yang lalu. Menurut ceritanya, tata surya kita yang bernama Bima
Sakti, terbentuk dari kumpulan debu di angkasa raya yang dalam proses
selanjutnya tumbuh menjadi gumpalan bebatuan dari mulai yang berukuran kecil
hingga ke ukuran asteroid sebesar ratusan kilometer. (Prager, Ellen J, dan
Sylvia A. Earle, 2000)
Ganbar 1. Proses Perkembangan Planet Bumi (Srigandono. Penjelajah.Angkasa1993)
Bebatuan angkasa tersebut selanjutnya saling
bertabrakan, dimana awalnya tabrakan yang terjadi masih lambat. Akibat adanya
gaya gravitasi, bebatuan angkasa yang saling bertabrakan itu saling menyatu dan
membentuk suatu massa batuan yang kemudian menjadi cikal bakal (embrio) bumi.
Lama kelamaan dengan semakin banyaknya bebatuan yang menjadi satu tersebut,
embrio bumi tumbuh semakin besar. Sejalan dengan semakin berkembangnya embrio
bumi tersebut, semakin besar pula gaya tarik gravitasinya sehingga bebatuan
angkasa yang ada mulai semakin cepat menabrak permukaan embrio bumi yang sudah
tumbuh semakin besar itu. Akibat tumbukan-tumbukan yang sangat dahsyat tersebut
timbulah ledakan yang sudah pasti sangat dahsyat pula yang mengakibatkan
terbentuknya kawah-kawah yang sangat besar dan pelepasan panas secara besar
pula. (Prager, Ellen J, dan Sylvia A. Earle 2000)
Gambar 2. Awal Mula
Terbentuknya Laut (Frozenyuki.
Ledakan Maha Dahsyat Diseberia 1908)
Laut sendiri menurut sejarahnya terbentuk
4,4 milyar tahun yang lalu, dimana awalnya bersifat sangat asam dengan air yang
mendidih (dengan suhu sekitar 1000C) karena panasnya bumi pada saat
itu. Asamnya air laut terjadi karena saat itu atmosfer bumi dipenuhi oleh
karbon dioksida. Keasaman air inilah yang menyebabkan tingginya pelapukan yang
terjadi yang menghasilkan garam-garaman yang menyebabkan air laut menjadi asin
seperti sekarang ini. Pada saat itu, gelombang tsunami sering terjadi karena
seringnya asteroid menghantam bumi. Pasang surut laut yang terjadi pada saat
itu bertipe mamut alias ‘ruar biasa’ tingginya karena jarak bulan yang begitu
dekat dengan bumi. (Prager, Ellen J, dan Sylvia A. Earle, 2000)
Para ahli memiliki
beberapa versi tentang sejarah terbentuknya lautan yang ada dibumi. Salah satu
versi yang cukup terkenal adalah bahwa pada saat itu Bumi mulai mendingin
akibat mulai berkurangnya aktivitas vulkanik, disamping itu atmosfer bumi pada
saat itu tertutup oleh debu-debu vulkanik yang mengakibatkan terhalangnya sinar
Matahari untuk masuk ke Bumi. Akibatnya, uap air di atmosfer mulai
terkondensasi dan terbentuklah hujan. Hujan inilah (yang mungkin berupa hujan
tipe mamut juga) yang mengisi cekungan-cekungan di Bumi hingga terbentuklah
lautan. Secara perlahan-lahan, jumlah karbon dioksida yang ada diatmosfer mulai
berkurang akibat terlarut dalam air laut dan bereaksi dengan ion karbonat
membentuk kalsium karbonat. Akibatnya, langit mulai menjadi cerah sehingga
sinar Matahari dapat kembali masuk menyinari Bumi dan mengakibatkan terjadinya
proses penguapan sehingga volume air laut di Bumi juga mengalami pengurangan
dan bagian-bagian di Bumi yang awalnya terendam air mulai kering. Proses
pelapukan batuan terus berlanjut akibat hujan yang terjadi dan terbawa ke
lautan, menyebabkan air laut semakin asin. (Prager, Ellen J, dan
Sylvia A. Earle 2000)
Pada 3,8 milyar tahun
yang lalu, planet Bumi mulai terlihat biru karena laut yang sudah terbentuk
tersebut. Suhu Bumi semakin dingin karena air di laut berperan dalam menyerap
energi panas yang ada, namun pada saat itu diperkirakan belum ada bentuk
kehidupan di Bumi. Kehidupan di Bumi, menurut para ahli, berawal dari lautan
(life begin in the ocean). Namun demikian, masih merupakan perdebatan hangat
hingga saat ini, kapan tepatnya kehidupan awal itu terjadi dan di bagian lautan
yang mana? apakah di dasar laut ataukah di permukaan? Hasil penemuan geologis
di tahun 1971 pada bebatuan di Afrika Selatan (yang diperkirakan berusia 3,2
s.d. 4 milyar tahun) menunjukkan adanya fosil seukuran beras dari bakteri
primitif yang diperkirakan hidup di dalam lumpur mendidih di dasar laut.
(Aryono Prihandito, 1989)
Secara perlahan-lahan,
jumlah karbon dioksida yang ada diatmosfer mulai berkurang akibat terlarut dalam
air laut dan bereaksi dengan ion karbonat membentuk kalsium karbonat.
Akibatnya, langit mulai menjadi cerah sehingga sinar Matahari dapat kembali
masuk menyinari Bumi dan mengakibatkan terjadinya proses penguapan sehingga
volume air laut di Bumi juga mengalami pengurangan dan bagian-bagian di Bumi
yang awalnya terendam air mulai kering. Proses pelapukan batuan terus berlanjut
akibat hujan yang terjadi dan terbawa ke lautan, menyebabkan air laut semakin
asin. (Aryono Prihandito, 1989)
Kehidupan di Bumi,
menurut para ahli, berawal dari lautan (life begin in the ocean). Namun
demikian teori ini masih merupakan perdebatan hingga saat ini. Pada hasil
penemuan geologis di tahun 1971 pada bebatuan di Afrika Selatan (yang
diperkirakan berusia 3,2 s.d. 4 milyar tahun) menunjukkan adanya fosil seukuran
beras dari bakteri primitif yang diperkirakan hidup di dalam lumpur mendidih di
dasar laut. Hal ini mungkin menjawab pertanyaan tentang saat-saat awal
kehidupan dan di bagian lautan yang mana terjadi awal kehidupan tersebut.
Sedangkan kelautan itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari berbagai biota atau
makhluk hidup di laut yang perlu dimanfaatkan melalui usaha perikanan. (Nursid
SumaatmaQja, 1988)
Seperti yang telah diketahui bersama bahwa air laut rasanya asin. Air laut rasannya asin karena kandungan garamnya tinggi, semula garam-garam itu berasal dari daratan. Proses pelapukan terhadap berbagai batu-batuan didaratan kemudian terlarut dan tersangkut sampai kelaut dalam jangka waktu jutaan tahun, maka garam-garaman tersebut larut kedalam air laut. Rata-rata air laut mempunyai kandungan garam atau salinitas 34,72%. Artinya dalam 1 liter (1000 mL) air laut terdapat 35 gram garam (terutama, namun tidak seluruhnya, garam dapur/NaCl). (Prager, Ellen J, dan Sylvia A. Earle, 2000).
Seperti yang telah diketahui bersama bahwa air laut rasanya asin. Air laut rasannya asin karena kandungan garamnya tinggi, semula garam-garam itu berasal dari daratan. Proses pelapukan terhadap berbagai batu-batuan didaratan kemudian terlarut dan tersangkut sampai kelaut dalam jangka waktu jutaan tahun, maka garam-garaman tersebut larut kedalam air laut. Rata-rata air laut mempunyai kandungan garam atau salinitas 34,72%. Artinya dalam 1 liter (1000 mL) air laut terdapat 35 gram garam (terutama, namun tidak seluruhnya, garam dapur/NaCl). (Prager, Ellen J, dan Sylvia A. Earle, 2000).
Gambar
3. Air
Garam Laut(Yupazq.
2010/kenapa-air-laut-asin)
Walaupun kebanyakan air
laut di dunia memiliki kadar garam sekitar 3,5 %, air laut juga berbeda-beda
kandungan garamnya. Yang paling tawar adalah di timur Teluk Finlandia dan di
utara Teluk Bothnia, keduanya bagian dari Laut Baltik. Yang paling asin adalah
di Laut Merah, di mana suhu tinggi dan sirkulasi terbatas membuat penguapan
tinggi dan sedikit masukan air dari sungai-sungai. Kadar garam di beberapa
danau dapat lebih tinggi lagi. kadar garam yang terdapat dalam air laut
bervariasi. variasi kandungan garam air laut dipengaruhi oleh:
1.
Volume atau jumlah air tawar yang masuk
kedalam perairan laut;
2.
Besar kecilnya penguapan, yang
dipengaruhi suhu udara;
3.
Dan arus laut;
Berdasarkan proses
terjadinya laut dapat dibedakan menjadi tiga, antara lain sebagai berikut:
1.
Laut
Transgresi, adalah laut yang terjadi
karena naiknya permukaan laut. permukaan air laut naik karena proses
berakhirnya zaman Es, yaitu glesyer yang ada dikutub dan Es yang ada
dipuncak-puncak gunung mencair. ini mengakibatkan daerah pantai akan menjadi
laut karena tergenang air. contoh laut transgresi adalah laut jawa, laut
karimata, dan laut arafuru. (Seyhan, Ersin,1990)
Gambar
4. Laut
Transgresi dan Laut regresi(zazzle.com.2009)
2.
Laut Regresi, terjadi karena proses pembekuan secara besar-besaran didaerah
kutup dan puncak-puncak gunung yang tinggi. akibatnya luas laut akan berkurang,
sedang daratan akan bertambah luas. hal ini terjadi karena bumi tertutup oleh
debu kosmis dan matahari memasuki priode
aktifitas minimum, sehingga akan menurunkan suhu dibumi. (Seyhan, Ersin,1990)
Gambar 5. Laut
Ingresi(Kamusbesar.Com/53836/Laut-Ingresi)
3.
Laut Ingresi, adalah laut yang terjadi
karena dasar laut mengalami penurunan yang disebabkan tenaga tektonik. contoh:
Laut tengah dan Laut Karibia. (Seyhan, Ersin,1990)
Lautan sama halnya
dengan daratan, mempunyai kehidupan dan mempunyai relief dasar yang beragam.
selama berabad-abad manusia menganggap laut sebagai permukaan yang tidak pernah
tenang, yang mula-mula menghalangi dan membantu usaha mereka dalam menjelajahi
dunia. adapun manusia juga sadar bahwa laut adalah sumber daya makanan yang
dapat dipanen dipanen dengan susah payah untuk menunjang hasil yang mereka
peroleh dari daratan. (Eugene p. Odum, 1996)
Gambaran mengenai
asal-usul sejarah geologi lautan berubah dari dunia spekulasi menjadi dasar
teori yang mapan. peran utama laut dalam mengatur iklim dunia, atmosfer dan
fungsinya dalam siklus bahan mineral utama. (Eugene p. Odum, 1996)
2.
TEORI
PERTAMBAHAN AIR LAUT
Ada
beberapa teori yang mengungkapkan tentang pertambahan air laut, dari beberapa
teori tersebut ada tiga teori yang sangat mendominan, yaitu teori Kuenen, teori
Twenhoffel dan teori Walther.
(Suhadi Purwantara 2009)
Gambar 6. Salah Satu Pertambahan Air Laut(Suhadi
Purwantara 2009)
1.
Teori Kuenen
Dalam teori kuenen terdapat tiga hal yang mendasari dari mana asal
pertambahan air laut. teori ini lebih cenderung berpendapat bahwa penambahan
air laut sebagian besar dihasilkan dari juvenille water atau dalam bahasa
indonesianya adalah Air juvenile (juvenile
water), yang artinya air yang berasal dari
magma (primer) yang kemudian menjadi bagian dari hidrosfer. Air magmatik (magmatic water), yaitu air yang berasal
dari magma (dapat air juvenile) sejak magma tersebut bersatu denga air meteorik
atau air yang berasal dari sedimen. juvenille water itulah yang pertama kali mengisi air lautan pertama
disamudra purba. Awal Maret samudera purba terbentuk, Agustus fosil pertama November Dinosaurus
muncul dan punah Desember tanggal 31 pukul 22.30 manusia mulai ada. (Suhadi
Purwantara 2009)
Kemudian hal kedua
yang diungkapkan dalam teori ini adalah Vol air lautan 1.370 x
106 cu.km, yang artinya dari adanya air yang dihasilkan oleh juvenile water maka terjadilah sebuah siklus yang terus berlangsung,
sehingga dari Air laut atau darat menguap, lalu menjadi awan, awan
menjadi hujan, hujan jatuh di darat jadi air sungai dan air tanah lalu kembali
lagi mengalir ke laut. yang dapat mencapai volume air laut 1.370 x 106. (Suhadi Purwantara 2009)
Gambar 7. Gambar
Teori Kuenen(Suhadi Purwantara 2009)
Hal yang ketiga yaitu, dalam teori ini menungkapkan
bahwa Sekarang jumlah juvenille water 0,1 cu.km per tahun, didasarkan pada vol
magma erupsi 2 cu.km per tahun. (Suhadi Purwantara 2009)
2.
Teori
Twenhoffel
Teori pertambahan air laut disusul oleh pendapat Twenhoffel
bahwa air laut mengalami pertambahan sedikit demi sedikit sehingga pertambahan
air laut berubah secara linier. (Suhadi
Purwantara 2009)
Gambar
7. Gambar
Teori Twenhoffel(Suhadi Purwantara 2009)
Teori ini juga mengungkapkan bahwa pada Sejak zaman
cambrium 600 juta tahun lalu, air laut telah bertambah 60 juta km3.
dan teori ini juga mengungkapkan Pada
awal zaman cambrium vol air lautan 1.300 juta km3. Setelah
Twenhoffel berpendapat maka pendapat yang lain muncul, salah satunya yaitu
pendapat atau teori dari walther. (Suhadi Purwantara 2009)
3.
Teori Walther
Teori twenhoffel kemudian mulai bergeser ketika
Walther mengemukakan teorinya, dalam teorinya dia mengungkapkan bahwa Air laut
bertambah drastis sejak zaman mesozoikum
200 juta tahun lalu. (Suhadi
Purwantara 2009)
Gambar 8. Gambar
Teori Wlther(Suhadi
Purwantara 2009)
Selain itu
walther juga mengungkapkan teorinya tentag pertambahan air laut berdasarkan
fosil, dalam teori pertambahan air laut berdasarkan fosil, Walther
mengungkapkan bahwa air laut yang semula terperas dari suatu magma kemudian
mengisi cekung-cekung yang diakibatkan kerutan bumi oleh proses pendinginan.
Walther mengemukan teorinya disertai dengan argumentasi keberadaan fosil
bintang laut. (Suhadi
Purwantara 2009)
DAFTAR PUSTAKA
Suhadi Purwantara. 2009. Kebijakan Direktorat
Pendidikan Menengah Umum. Jurnal.oseanografi-media-2009
Aryono Prihandito. 1989.
Geografi.Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
Nursid Sumaatmaja. 1988. Kajian Masalah Pendidikan
Dan Ilmu Geografi. Bandung: Penerbit Alumni.
Prager, Ellen J, dan Sylvia A. Earle,
The Oceans. 2000. McGraw-Hill.
Eugene p.
odum.dasar-dasarekologi. 1998.edisi 3
Seyhan,
Ersin,(1990). Dasar-dasar Hidrologi (terjemah). Yogyakarta: Gajah Mada
University Press. Materi Pelatihan Terintegrasi ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL-GEOGRAFI
SIFAT
FISIK DAN KIMIA AIR LAUT
1.
PENDAHULUAN
Lautan
mengandung sumber–sumber mineral yang jumlahnya berlimpah–limpah. Air laut
sendiri mengandung zat – zat yang terlarut didalamnya yang merupakan sumber
dari beberapa zat kimia penting adalah salah satu sumber alam yang pertama kali
dikelola oleh manusia. Berabad – abad yang lalu manusia telah menemukan suatu
cara untuk mendapatkan garam dengan jalan menguapkan air laut dengan
pertolongan sinar matahari. Sampai sekarang proses ini masih terus dipakai
sebagai dasar komersil pada banyak tempat didunia.
Beberapa metode
telah dikembangkan dalam mengelola lautan sehingga pada waktu ini dapat
dilakukan pengestrakan bermacam – macam zat kimia dari air laut. Sodium klorida
( NaCl ) adalah ekstra yang paling besar yang biasanya dipergunakan pada
perusahaan – perusahaan kimia dalam memproduksi klorida dan sodium hidroksida.
Magnesium dan bromin adalah bahan lain yang terdapat dalam air laut yang
mempunyai nilai ekonomi penting.
2.
SIFAT
FISIK DAN KIMIA AIR LAUT
Sifat fisik dan
kimia air laut yang terpenting meliputi suhu, kadar garam (salinitas), densitas
dan gerakan air laut. Suhu air laut pada umumnya makin kedalam makin rendah,
sedangkan kadar garam justru sebaliknya makin kedalam makin tinggi.
Secara umum
sifat – sifat tersebut dapat dibedakan menjadi lapisan atas dan lapisan bawah.
Tabel 1. Sifat
air dilapisan atas dan dilapisan bawah
(Muhamad Jafar
Elly. 2009)
No
|
Sifat
|
Lapisan atas
|
Lapisan bawah
|
1
2
3
4
5
6
|
Suhu
Kadar
garam
Cahaya
matahari
Proses
fosintesis
Kadar
unsur hara
(N, P, Si dsb)
Kadar
zat asam
|
Tinggi
Rendah
Kuat
Cepat
Rendah
Tinggi
|
Rendah
Tinggi
Lemah
Lambat
Tinggi
Rendah
|
a.
Suhu
Air Laut
Karena Indonesia
terletak didaerah tropik , maka suhu permukaan air laut cukup tinggi, yakni
antara 26 0C – 30 0C. Makin dalam kita masuk kelaut suhu
air laut makin rendah. Hal ini dapat dipahami karena sumber suhu air laut
adalah dari penyinaran matahari.
Tabel 2. Suhu dan kedalaman beberapa laut(Muhamad
Jafar Elly. 2009)
No
|
Laut
|
Kedalaman
( M )
|
Suhu
|
1
2
3
|
Laut
sulu
Laut
sulawesi
Dasar
palung sunda
|
500
– 4000
1.400
- 4000
±
7000
|
10.2°C
3.7°C
1°
- 2°C
|
Faktor
– faktor yang menyebabkan air laut lambat adalah sebagai berikut :
a.
Permukaan air laut mengkilat, bagaikan
cermin sehingga sinar matahari banyak yang dipantulkan oleh permukaan air laut
tersebut.
b.
Air laut sering bergerak, sehingga panas
yang diterima segera disebarkan kesegala arah.
c.
Panas yang diterima dari matahari selain
untuk menaikan suhu digunakan untuk penguapan.
d.
Kalor jenis air laut relatif besar,
sehingga untuk menaikan suhu 1°C / cm3 air laut dibutuhkan kalori
cukup banyak ( jika dibandingkan dengan daratan).
Pada
malam hari, air laut lambat dingin karena hal – hal berikut :
a.
Permukaan air laut yang mengkilat
menghalangi pelepasan panas.
b.
Proses pelepasan panas juga terhalangi
oleh uap air yang ada di atas permukaan air laut. proses pengembunan pada malam
hari berarti terjadi pelepasan panas.
c.
Kalor jenis air laut yang besar (sekitar
1), sehingga untuk menurunkan suhu 1°C sehingga untuk menurunkan kalori cukup
banyak.
Selain itu, pola
distribusi perairan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain musim, lintang
geografis, intensitas cahaya matahari dan angin ( Bowden, 1980 dalam suasana et al, 2004 ).
( Muhamad Jafar Elly. 2009, hal 54 )
Perubahan
temperatur atau suhu air laut disebabkan oleh perpindahan panas dari massa yang
satu ke massa yang lainnya. Matahari mempunyai efek yang paling besar terhadap
perubahan suhu permukaan laut. Kenaikan temperatur permukaan laut disebabkan
oleh :
a.
Radiasi dari angkasa dan matahari
b.
Konduksi panas dari atmosfir
c.
Kondensasi uap air
Penurunan
temperatur permukaan laut disebabkan oleh :
a.
Radiasi balik permukaan laut ke atmosfir
b.
Konduksi balik panas ke atmosfir
c.
Evaporasi (penguapan)
Para Ahli Oseanografi membagi pola temperatur dalam
arah vertikal menjadi tiga lapisan :
1.
Well-mixed surface layer (10 - 500 m)
2.
Thermocline, lapisan transisi (500 - 1000 m)
3.
Lapisan yang relatif homogen dan dingin (>
1000 m)
Bentuk pola temperatur
dalam arah vertikal sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :
1.
Posisi geografis daerah perairan
2.
Waktu, berkaitan dengan musim
(sudomo-gis.com Tulisan
Hidrografi_Sifat Fisik Air Laut.pdf
b.
Kadar
garam air laut (salinitas)
Air laut rasanya
asin karena banyak mengandung garam. Kadar garam air laut. Di dunia rata – rata
35°/00, artinya tiap liter air laut rata – rata mengandung garam
sebanyak 35 gram.
Secara
umum, lautan terdiri dari air sebanyak 96.5 %, material terlarut dalam bentuk molekul dan ion sebanyak 35
%, material yang terlarut tersebut 89 % terdiri dari garam chlor, sedangkan
sisanya 11% terdiri dari unsur – unsur lainnya. (sudomo-gis.com Tulisan
Hidrografi_Sifat Fisik Air Laut.pdf )
Seperti telah diketahui
bersama bahwa air laut rasanya asin. Air laut terasa asin karena kandungan garamnya
tinggi. Semula garam – garam itu berasal dari daratan. Proses pelapukan
terhadap berbagai batu – batuan didaratan kemudian terlarut dan terangkut
sampai ke laut dalam jangka waktuu jutaan tahun, maka garam – garaman tersebut
larut kedalam air laut. Kadar garam yang
terdapat dalam air laut bervarasi. Variasi kandungan garam air laut dipengaruhi
oleh :
1.
Volume atau jumlah air tawar yang masuk
ke perairan laut
2.
Besar kecilnya penguapan , yang
sipengaruhi oleh suhu udara
3.
Arus laut
( Muhammad, Hamid, 2005
)
Unsur – unsur
garam – garaman yang terkandung dalam air laut cukup banyak dan yang dominan
adalah NaCl.
Tabel 3. Unsur-unsur
Garam (Sumber: Zen dan Skinner,1982)
Unsur
|
Presentase ( %
)
|
NaCl
MgCl2
MgSO4
CaSO4
KCL
CaCO3
MgBr2
SrSO4
|
78.04
9.21
6.52
2.49
2.11
0.33
0.25
0.05
|
Faktor utama yang mempengaruhi perubahan salinitas,
yaitu :
a.
Evaporasi (penguapan) air laut
b.
Hujan
c.
Mencair/membekunya es
d.
Aliran sungai menuju ke laut
Para Ahli Oseanografi membagi pola salinitas
dalam arah vertikal menjadi empat lapisan :
1.
Well-mixed
surface zone, dengan ketebalan 50 - 100 m (salinitas
seragam)
2.
Halocline,
zona
dimana salinitas berubah dengan cepat sesuai dengan
3.
Bertambahnya kedalaman
4.
Zona di bawah Halocline sampai ke dasar laut, dengan salinitas yang relatif
homogen
5.
Zona Berkala (Occasional Zone), pada kedalaman 600 - 1000 m, dimana terdapat
nilai salinitas minimum
(sudomo-gis.com Tulisan Hidrografi_Sifat Fisik
Air Laut.pdf)
Salinitas air laut di seluruh wilayah perairan di
dunia berkisar antara 33 - 37 °/00, dengan nilai median 34,7 0/00,
namun di Laut Merah dapat mencapai 40 °/00. Salinitas air laut
tertinggi terjadi di sekitar wilayah ekuator,
sedangkan terendah dapat terjadi di daerah kutub, walaupun pada
kenyataannya sekitar 75 % air laut mempunyai salinitas antara 34,5 0/00 - 35,0
°/00.
Contoh nilai salinitas rata-rata untuk beberapa
tempat :
a.
Atlantik : 34,90 °/00
b.
Pasifik : 34,62 °/00
c.
Indonesia : 34,76 °/00
(sudomo-gis.com
Tulisan Hidrografi_Sifat Fisik Air Laut.pdf)
c.
Densitas
Densitas air laut merupakan jumlah massa air laut
per satu satuan volume. Densitas merupakan fungsi langsung dari kedalaman laut,
serta dipengaruhi juga oleh salinitas, temperatur, dan tekanan. Pada umumnya
nilai densitas (berkisar antara 1,02 - 1,07 gr/cm3) akan bertambah sesuai
dengan bertambahnya salinitas dan tekanan serta berkurangnya temperatur
Perubahan densitas dapat disebabkan oleh
proses-proses :
1.
Evaporasi di permukaan laut
2.
Massa air pada kedalaman < 100 m
sangat dipengaruhi oleh angin dan
gelombang, sehingga besarnya densitas relatif homogen
3.
Di bawah lapisan ini terjadi perubahan
temperatur yang cukup besar (Thermocline) dan juga salinitas (Halocline),
sehingga menghasilkan pola perubahan densitas yang cukup besar (Pynocline)
4.
Di bawah Pynocline hingga ke dasar laut
mempunyai densitas yang lebih padat
Stabilitas air laut dipengaruhi oleh perbedaan
densitasnya, yang disebut dengan Sirkulasi Densitas atau Thermohaline. Dalam
kegiatan pemeruman (pengukuran kedalaman dengan alat Echosounder), salinitas
dan temperatur yang diperoleh dari pengukuran pada interval kedalaman tertentu
sangat berguna untuk menentukan :
a.
Cepat rambat gelombang akustik
b.
Menentukan pembelokan arah perambatan
gelombang akustik (refraksi).
(sudomo-gis.com
Tulisan Hidrografi_Sifat Fisik Air Laut.pdf )
1.
Perbedaan – perbedaan densitas
Gerakan air yang
luas dapat diakibatoleh perbedaan dnsitas dari lautan lapisan yang mempunyai
kedalaman yang berbeda – beda. Perbedaan – perbedaan timbul terutama disebabkan
oleh salinitas dan suhu. Contohnya, laut mediterania salinitas yang tinggi yang
merupakan hasil dari besarnya penguapan yang terjadi di sini. Akibatnya lapisan
permukaan menjadi lebih padat yang kemudian akan tenggelam kelapisan yang lebih
dalam. Sirkulasi massa air yang ditembulkan oleh adanya perbedaan suhu dikenal
sebagai thermohaline circulation. Proses
ini menyebabkan timbulnya aliran massa air dari laut yang dalam di daerah kutub
selatan (antartik) dan kutub utara (arktik) kearah daerah tropik. Angin yang
dingi membentuk massa air yang padat pada lapisan permukaan daerah – daerah
kutub yang kemudian tenggelam masuk ke lautan atlantik dan dari sini massa air
tersebut mengalir kearah akuator. Massa air kutub selatan lebih padat dari pada
massa air dari daerah kutub utara. Massa air kutub selatan akan mengalir di
bawah massa air kutub utara ketika massa air yang berasal dari aarah yang
berlawanan ini bertemu di lautan atlantik utara.
(Sahala, Hutabarat. 2008. Jakarta)
d.
Pengamatan
Beberapa Sifat Fisik Dan Kimia Air Laut
Pengamatan
beberapa sifat fisik dan kimia air laut, dapat kita ketahui melalui studi kasus
penelitian sifat fisik dan kimia air laut diekosistem terumbu karang pulau
sipora dan siberut di kepulauan mentawai, juni 2004. Yang bertujuan untuk
mengamati sifat fisik dan kimia air laut dibeberapa ekosistem terumbu karang.
Pada kedua pulau
yang diteliti memiliki potensi alam yang memadai bila dikelola dengan baik.
Perairannya memilki berbagai ekosistem laut yang merupakan tempat hidup dan
memijah ikan-ikan laut seperti ekosistem mangrove, lamun dan karang. Namun
seiring berjalannya waktu, ekosistem ini rusak akibat dari aktivitas manusia
seperti menagkap ikan dengan cara yang tidak ramah lingkungan. Sehingga
ekosistem laut seperti terumbu karang menjadi rusak.
Dalam studi kasus ini, sifat kimia air laut
yang diukur adalah :
1.
Kadar garam (salinitas)
2.
Kadar zat hara fosfat dan nitrat
3.
Nitrit
4.
Oksigen terlarut
5.
pH
Sifat
fisik air laut yang diukur adalah :
1.
Kecerahan
2.
Warna
3.
Bau
4.
Lapisan minyak
5.
Sampah padat terapung
6.
Zat padat tersuspensi
(jurnal ilmiah Sorihi. 2004)
Dalam penilitian
ini, metode penelitian yang digunakan yaitu dari masing-masing perairan
ditetapkan 11 stasiun pengamatan sesuai dengan tujuan peneltian dengan menggunakan
GPS.
Gambar
1. Stasiun pengamatan p.sipora (jurnal ilmiah Sorihi. 2004)
Gambar
2. Stasiun pengamatan p. Siberut (jurnal ilmiah Sorihi. 2004)
Air laut diambil dengan menggunakan water
sampler. Kadar garam diukur dengan menggunakan salinometer, zat hara fosfat dan
nitrit dengan spektrometer, oksigen terlarut dengan titrasi dan pH dengan pH
meter.
Gambar 3. Salinometer
Gambar
4. Spektrometer
Gambar
5. pH meter
Dari penelitian
yang dilakukan dapat diketahui hal-hal berikut :
a.
Salinitas dipulau sipora berkisar
anatara 34.184 0/00 dengan rerata 33.72 0/00 sedangkan
untuk pulau siberut berkisar antara 32.034,5 0/00. Yang dapat disimpulkan
bahwa kadar garam di kedua pulau ini, reratanya masih sesuai dengan salinitas
yang dijumpai di indonesia.
Untuk
daerah pesisir salinitas berkisar antara 32-34 0/00 (romimohtarto
dan tayib, 1982). Sedngkan untuk laut lepas dan terbuka salinitas berkisar
antara 33-37 dengan rerata 36 ppt. Baku mutu air laut ( KMNLH 2004 ) menetapkan
nilai ambang batas (NAB) saliniyas sebesar nilai salinitas alami ± 10 % variasi
alami untuk biota,33-34 0/00 untuk koral, dan alami untuk wisata
alami. (jurnal ilmiah Sorihi. 2004)
b.
Hasil pengukuran fospat di pulau sipora
berkisar antara 263.5-69 ug.at/1 dengan rerata 3603 ug.at/1 yang kadarnya lebih
tinggi dri pulau siberut yang berkisar 249.5-54 ug.at/1. Dapat disimpulkan
bahwa perairan sipora relatif lebih subur dari pulau siberut.
Adanya
hutan mangrove dapat berpengaruh pada penambahan fosfat terhadap air laut.
Karena hutan mangrove membuat kadar fosfat menjadi timnggi. Kadar fosfat
diperairan normal yaitu berkisar antara 0.01-1.68 ug.at/1 (sutamihardja 1987).
Kadar fosfat diperairan yang cukup subur berkisar antara0.07-1.61 ug.at/1.
(Liaw 1969). Dapat disimpulkan bahwa perairan sipora dan siberut merupakan
perairan yang subur.
c.
Pada pengukuran nitrit kedua pulau
berkisar ˂ 1.0-1.0 ug.at/1 dengan rerata ˂ 1.0 ug.at/1 yang dapat disimpulkan
bahwa kedua perairan ini mempunyai tingkat pencemaran senyawa organis yang
relatif sama.
Nitrit
merupakan salah satu indikator adanya pencemaran oleh senyawa organis. Nitrit
juga beracun karena dapat bereaksi dengan hemoglobin dalam darah, sehingga
darah tidak dapt mengangkut oksigen, disamping itu nitrit juga dapat membentuk
nitrosamin pada air buangan tertentu dan dapat menimbulkan kanker. (Alaert dan
Santika, 1984).
d.
Kadar nitrat dikedua perairan relatif
lebih tinggi dari kadar normal nitrat diperairan laut. Kadar nitrat diperairan
laut yang normal berkisar antara 0.01-0.05 ug.at/1. (Brotowidjojo et al 1995).
e.
Perbedaan kadar oksigen terlarut relatif
kecil. Kadar oksigen yang relatif lebih tinggi diperairan P. Sipora menunjukan
bahwa perairan dipulau tersebut lebih bersih dari pencemaran senyawa organik.
Kadar organis yang tinggi disuatu perairan menghabiskan banyak oksigen untuk
mengurainya.
Kadar
oksigen terlarut di perairan laut yang normal berkisar antar 5.7-8.5 ppm.
(Sutamihardja,1987).
f.
Pada pengukuran pH P. Sipora berkisar
8.1-8.2 dengan rerata 8.136 sedangkan P. Siberut berkisar 7.9-8.1 dengan rerata
8.009. yang dapat disimpulkan bahwa pulau sipora lebih bersifat alkalis dari
pulau siberut.
Varisai
pH umumnya disebabkan oleh proses-proses kimia dan biologis yang dapat
menghasilkan senyawa- senyawa kimia baik yang bersifat asam maupun alkalis. pH
yang normal diperairan berkisar antara 8.0-8.5 (Salim, 1986).
g.
Pada pengukuran kecerahan dapt diketahui
bahwa pada perairan siberut dan sipora adalah tampak dasar. Hal ini menunjukan
bahwa penetrasi cahaya matahari mencapai lapisan yang lebih dalam kondisi air
laut yang lebih relatif jernih.
Kecerahan
air laut pada umumnya dipengaruhi oleh curah hujan. Curah hujan yang tinggi
akan menyebabkan turbulensi dan membawa lumpur-lumpur yang berasal dari darat
melalui aliran-aliran sungai ke perairan laut, sehingga perairan laut menjadi keruh. Keadaan ini
merupakan penyebab salah satu penyebab rusaknya terumbu karang diperairan laut
akibat tertutup lumpur atau sedimen. (Sutarma, 1987).
h.
Pengukuran warna air laut biasanya
secara umum dilihat warna alami yakni berkisar antara hijau muda sampai biru
tua. Warna hijau muda umumnya dijumpai pada lokasi yang relatif dekat pantai (±
25 meter), sedangkan biru tua agak jauh dari pantai (50-100 meter ).
i.
Pengukuran bau air laut biasanya dilihat
pada air laut yang berbau. Air laut yang berbau biasanya terdapat atau dijumpai
di dermaga-dermaga atau pelabuhan. Bau berasal dari gas-gas yang dihasilkan
dari dekomposisi senyawa organik.
j.
Sampah padat terapung (SPT)
Sampah padat terapung
biasanya berasal dari aktivitas manusia baik didarat maupun diperairan laut
sendiri. Benda terapung dapat berupa botol plastik, plastik pembungkus, kaleng,
karet/sandal, tanaman/kelapa. Lapisan minyak hanya dijumpai didermaga verry.
Lapisan
minyak mengandung minyak bumi dan minyak bumi mengandung senyawa aromatik yang
bersifat racun terhadap biota laut.lapisan minyak juga mengurangi penetrasi
matahari kelapisan yang lebih dalam, sehingga dapat menghalangi proses
fotosintesis. Namun demikian lapisan minyak setebal 1 mm belumlah mengurangi
kelarutan oksigen dari udara kepermukaan laut. (Schwindiger, 1968).
k.
Pengukuran zat padat tersuspensi di P.
Sipora berkisar antara 3.75-8.78 ppm dengan rerata 5,735 ppm sedangkan dipulau
siberut berkisar 3.83-6.96 ppm dengan rerata 4.554 ppm. Menunjukan perairan P.
Sipora relatif lebih keruh dibandingkan dengan Siberut.
DAFTAR
PUSTAKA
Elly,
Muhamad Jafar. 2009. Sistem informasi
geografi. Yogyakarta : graha ilmu
Hutabarat, sahala dan evart stewart
M.2008. jakarta : pengantar oseanografi.
Universitas indonesia pres
Muhamad, hamid. 2005. Ilmu pengetahuan sosial – geografi. Jakarta
: departemen pendidikan nasional, direktorat
jendral pendidikan dasar dan menengah, direktorat pendidikan lanjutan
pertama.
Sorihi. 2004.jurnal : pengamatan beberapa sifat kimia dan fisika
air laut diekosistem terumbu karang. Terrnate
fakultas perikanan dan ilmu kelautan
Sudomo-gis.com
Tulisan Hidrografi_Sifat Fisik Air Laut.pdf
GELOMBANG
DAN PASANG
1.
PENDAHULUAN
Gelombang selalu
menimbulkan sebuah ayunan air yang bergerak tanpa henti-hentinya pada lapisan
permukaan laut dan jarang dalam keadaan sama sekali diam. Hembusan angin
sepoi-sepoi pada cuaca yang tenang sekalipun sudah cukup untuk dapat
menimbulkan riak gelombang. Sebaliknya dalam keadaan dimana terjadi badai yang besar dapat menimbulkan suatu gelombang
besar yang dapat mengakibatkan suatu kerusakan hebat pada kapal-kapal atau
daerah-daerah pantai. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans, 2008).
Gelombang adalah
gerakan naik turunya air laut secara vertikal sehingga membentuk punggung dan
lembah. (Sahala Hutabarat dan Stewart M.
Evans. 2008).
Ombak atau gelombang
laut terjadi karena gesekan angin terhadap permukaan air laut. Besar kecilnya
ombak sangat tergantung pada kedalaman laut dan kekuatan angin. Karena pukulan
ombak yang kuat dan terus menerus terhadap sebuah pantai, terjadilah pengikisan
terhadap pantai tersebut, yang kemudian kita kenal dengan abrast. Di
pantai-pantai yang terjal, seperti pantai selatan pulau jawa, abrasi dapat
memperterjal pantai. Pantai yang memiliki tebing terjal ini disebut cliff. (Sahala Hutabarat dan Stewart M.
Evans. 2008).
2.
SUSUNAN
GELOMBANG
Susunan gelombang dilautan
baik bentuk maupun macamnya sangat bervariasi dan kompleksnya, sehingga
mengakibatkan mereka hampir tidak dapat diuraikan karena itu sangatlah berguna
untuk membuat sebuah model gelombang buatan yang dapat digerakkan dan dikontrol
secara hati-hati didalam sebuah tangki gelombang di laboratorium. Bentuk
gelombang ini kemungkinan tidak pernah kita jumpai dalam bentuk yang tepat sama
seperti yang terdapat pada permukaan laut. Paaling tidak bentuk gelombang ideal
ini sudah memungkinkan kita untuk dapat mengenal bentuk sebenarnya serta
membantu memberikan istilah-istilah yang dapat digunakan guna menerangkan
susunan gelombang yang lebih kompleks. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans.
2008).
Beberapa cara analitik untuk menghitung perambatan gelombang telah
dikembangkan oleh beberapa ahli, demikian pula penyelesaiannya secara numeric.
Sebuah cara analitik lain di cobe dikenalkan dengan menguraikan suatu liku muka
air yang tidak simetrik kedalam beberapa harmonic dari hitung tersebut akan
didapatkan koefisien-koefisien harmoniknya yang dapat dipakai untuk menghitung
tinggi muka air dan kecepatan aliran di setiap tititk di saluran. (Budi
Wignyosukarto, 1986)
Ippen dan Harleman mengembangkan suatu persamaan perambatan gelombang
pasang surut pada sebuah saluran dengan tampang persegi dan tertutup ujungnya.
Dari analisis dua likupasang surut kedua batas limitnya, yang dianggap sebagai
liku sinusoidal, Ippen dan Harleman dapat menghitung kecepatan dan amplitude
gelombang sepanjang saluran tersebut. Metode Ippen dan Harleman tersebut akan
dikembangkan agar dapat dipakai untuk menghitung karekteristik aliran untuk
liku pasang surut dalam bentuk tak tentu (tidak sinusoidal) dengan membuat
analisis harmonic dari liku tersebut. (Budi Wignyosukarto, 1986)
3. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GELOMBANG
Proses terjadinya
gelombang laut dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah sebagai
berikut:
a.
Tiupan
Angin
Salah satu pembangkit
arus permukaan adalah disebabkan oleh adanya angin yang bertiup diatasnya.
Tenaga angin memberikan pengaruh terhadap arus permukaan secara horisontal
sesuai dengan arah angin berhembus. Kecepatan arus akan berkurang sesuai dengan
bertambahnya kedalaman perairan. Selain pergerakan arah arus mendatar, angin
dapat juga membangkitkan timbulnya arus air vertikal yang dikenal dengan up
welling dan sinking di daerah-daerah tertentu. (Muh. Hamid, 2005)
b.
Perbedaan
Suhu
Sirkulasi arus laut
dapat juga ditimbulakan oleh perbedaan suhu yang disebut thermohaline
circulation. Air laut yang memiliki suhu yang dingin memiliki densitas yang
lebih tinggi dibandingkan dengan air laut yang memiliki suhu panas. Kondisi
yang demikian menyebabkan timbulnya aliran masa air dari laut dalam didaerah
kutup selatan (antartik) dan kutup utara (artik) ke daerah tropik. (Muh. Hamid. 2005)
c.
Tumbukan
Dengan Daratan
Arus laut dapat juga
disebkan oleh tumbukkan dengan daratan atau benua. Air didepan daratan atau
benua lebih tinggi daripada permukaan air laut disekitarnya. Perbedaan
permukaan air laut tersebut menyebabkan aliran air dari laut yang memiliki
permukaan air tinggi ke laut yang memiliki permukaan air rendah. (Muh. Hamid. 2005)
d.
Perbedaan
Kadar Garam
Air laut yang memiliki
kadar garam tinggi akan memiliki masa jenis yang lebih tinggi daripada air yang
berkadar garam rendah. Jika ada dua laut yang bersebelahan dengan kadar garam
berbeda, dibagian permukaan terjadi aliran air dari laut berkadar garam rendah
kelaut yang berkadar garam tinggi. Adapun dibagian dasar laut terjadi aliran
air yang berkadar garam tinggi kelaut yang berkadar garam rendah. Contohnya di
Ambang Gibraltar. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans. 2008).
e.
Getaran
Kerak Bumi
Gempa tektonik atau
letusan gunung api akan menyebabkan terjadinya gerakan kerak bumi yang akan
menghasilkan terjadinya gelombang laut yang besar. Gelombang semacam ini
dinamakan dengan tsunami. Letusan gunung krakatau di selat sunda tahun 1883
menyebabkan gelombang besar dan menyapu penduduk dipantai banten dan lampung.
Demikian juga gempa tektonik di utara pulau flores tahun 1996, menimbulkan
gempa besar dan menyapu pemukiman yang bermukim di pantai. (Muh. Hamid. 2005).
4.
BENTUK
PECAH GELOMBANG
Ada empat tipe-tipe
pecah gelombang yang terjadi di pantai, yaitu sebagai berikut:
a.
Spilling
(Melimpah)
Pecahan gelombang ini
terjadi akibat terjadinya badai dilautan. Begitu atas gelombang tertumpah ke
bawah di depan puncak gelombang, dan proses ini merupakan suatu proses yang
terjadi secara perlahan-lahan dan kekuatan gelombang yang tidak teratur terjadi
untuk periode yang relatif lama. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans. 2008).
Gambar 1. Bentuk pecah gelombang tipe spilling (melimpah)
(Sumber
http://blognyajose.blogspot.com/2011_01_26_archive.html)
b.
Plunging
(menunjang)
Pecahan gelombang ini
berhubungan dengan gelombang besar (swell) dan karena itu mereka cenderung
untuk terjadi beberapa hari setelah berlalunya badai atau tidak seberapa jauh
dari pusat badai itu sendiri. Pecahnya gelombang disini mempunyai bentuk
cembung ke belakang tetapi puncak gelombang melengkung ke depan berbentuk
cekung kearah muka. Proses tertumpahnya gelombang jenis ini ke bawah disertai
dengan tenaga yang sangat besar, walaupun mereka kemungkinan tampaknya kurang
dahsyat jika dibandingkan dengan spilling. (Sahala Hutabarat dan Stewart M.
Evans. 2008).
Gambar 1. Bentuk pecah gelombang tipe plunging (menunjang)
(Sumber
http://putukebarongan.blogspot.com./2009_12_01_archive.html)
c.
Colapsing
(Meluruh)
Collapsing adalah bagian depan dari gelombang
curam pada saat mulai pecah. Collapsing breaker bentuknya terletak antara
bentuk plunging dan surging dan tidak secara jelas didefinisikan dengan bentuk
lainnya. Jenis pecah collapsing bisa dilihat dalam transisi antara pecah dan
non-pecah. (Gross, 1993).
d.
Surging
(Menggelora)
Surging,
adalah tipe empasan dimana gelombang pecah tepat di tepi pantai. Tipe empasan
ini sangat mempengaruhi lebarnya zona surf suatu perairan karena jenis
gelombang yang pecah tepat di tepi pantai akan mengakibatkan semakin sempitnya
zona surf. Gelombangnya lebih lemah saat mencapai pantai dengan dasar yang
lebih curam dan kemudian gelombang akan pecah tepat pada tepi pantai (Gross,
1993).
5. BENTUK GELOMBANG
Gelombang dapat dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
a.
Sea
Sea adalah gelombang
yang berlangsung dibangkitkan oleh angin. Selain itu jenis gelombang ini
digolongkan gelombang primer. (Muh.
Hamid. 2005).
b.
Swell
Swell adalah gelombang
lanjutan dari gerakan air yang terdorong oleh kekuatan gelombang sea. Selain
itu gelombang jenis ini juga di golongkan sebagai gelombang primer sama seperti
jenis gelombang sea. Bersama dengan gerakan arus, gerakan gelombang pada zona
dekat pantai (nearshore zone) dan ketika gelombang ini sampai ke garis pantai
(shoreline) akan mengalami tiga kemungkinan, yaitu refleksi, refraksi,
difraksi. (Muh. Hamid. 2005).
c.
Surf
Surf adalah gelombang
yang telah pecah (break) ketika mendekati garis pantai. Jenis gelombang ini
digolongkan sebagai gelombang sekunder. (Muh. Hamid. 2005).
6.
PASANG SURUT AIR LAUT
Air pada bagian ujung
pantai yang berbatasan dengan lautan tidak pernah diam pada suatu ketinggian
yang tetap, tetapi mereka ini selalu bergerak naik dan turun sesuai dengan
siklus pasang. Permukaan air laut perlahan-lahan naik sampai pada ketinggian
meksimum, peristiwa ini dinamakan pasang tinggi (high water). Setelah itu
kemudian turun sampai kepada suatu ketinggian minimum yang di sebut pasang
rendah (low water). Dari sini permukaan air akan mulai bergerak naik lagi.
Perbedaan ketinggian ketinggian permukaan antara pasang tinggi dan pasang
rendah dikenal sebagai tinggi pasang (tidal range). Sifat khas dari naik
turunnya permukaan air ini terjadi dua kali setiap hari sehingga terjadi dua
periode pasang tinggi dan dua periode pasang rendah. Bentuk pasang semacam ini
dinamakan sebagai semi datar diurnal tide. Kemudian akan turun lagi pada
ketinggian minimum dihari yang keempat belasnya. Pasang yang mempunyai tinggi
maksimum dikenal sebagai spring tide, sedangkan yang mempunyai tinggi minimum
dikenal sebagai neaphide. Biasanya terjadi dua siklus lengkap setiap bulan yang
berhubungan dengan fase bulan. Spring tide terjadi pada waktu bulan baru dan
bulan penuh. Sedangkan nieptide terjadi pada waktu perempatan bulan pertama dan
permpatan bulan ketiga. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans. 2008).
Posisi bulan terhadap
bumi dan matahari selalu berubah sebagai akibat revolusi bulan mengelilingi
bumi. Terkadang antara bumi, matahari, dan bulan dalam satu garis lurus. Pada
waktu yang lain posisinya berubah menjadi matahari, bumi, dan bulan.
Selanjutnya ada pula posisi antara matahari, bumi, dan bulan membentuk sudut
siku-siku. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans. 2008).
Gaya tarik matahari
juga memberikan pengaruh terhadap molekul air laut, walaupun antara gaya tarik
matahari dan gaya tarik bumi terhadap bumi adalah 1 : 2,2. Pada waktu posisi
matahari, bulan, dan bumi segaris lurus, keduanya saling bekerja sama menarik
molekul air laut sehingga gaya tarik bulan (2,2) dan matahari (1) menjadi 3,2.
Ketika kekuatan kerjasama ini terjalin, terjadilah pasang tertinggi yang
biasanya disebut pasang purnama (spring tides). (Sahala Hutabarat dan Stewart
M. Evans. 2008).
Pada waktu bulan, bumi
dan matahari membentuk sudut siku-siku (900) terjadi pasang naik
paling rendah yang disebut pasang perbani (neap tides) yaitu sekitar tanggal 6,
7, 8 atau 19, 20, 21 pada bulan komariah. (Muh. Hamid. 2005).
7.
PASANG NAIK DAN PASANG SURUT
Air laut naik atau
turun terutama akibat adanya pengaruh gaya tarik bulan. Dalam satu hari (24
jam) terjadi dua kali pasang naik dan dua kali pasang surut. Pasang purnama
merupakan pasang naik setinggi-tingginya yang terjadi pada saat bulan baru dan
bulan purnama. Pasang perbani merupakan pasang naik sekecil-kecilnya, terjadi
pada minggu kedua dan keempat setiap bulannya. Peristiwa pasang perbani terjadi
karena matahari –bumi-bulan dan membentuk sudut (elongasi) 900. (Muh Hamid. 2005).
Selain pengaruh
bulan,pasang surut air laut dapat terjadi sebagai akibat dari pengaruh gempa
bumi dan letusan gunung api di lautan. Air pasang tiba-tiba sebagai akibat atau
pengaruh gempa laut ini disebut tsunami, seperti yang terjadi Banyuwangi, Jawa
Timur pada bulan Juni 1994. Di laut-laut yang sempit, seperti selat malaka dan
selat bangka, sering terjadi air laut naik yang kadang-kadang disertai arus
deras. Peristiwa ini dikenal dengan istilah Beno. (Muh Hamid. 2005).
Bila teknologi ini
telah dikuasai oleh bangsa Indonesia, maka hal ini dapat menjadi sumber energi
yang potensial, karena pantai yang dimiliki oleh Indonesia sangat panjang, dan
luas lautannya jauh lebih luas dari daratan. (Sahala Hutabarat dan Stewart M.
Evans. 2008).
DAFTAR
PUSTAKA
Hutabarat, Sahala & M.E Stewart, 2008. Pengantar Oseanografi. Jakarta :
Universitas Indonesia.
Pendidikan Nasional Departemen, 2005. Ilmu
Pengetahuan Sosial Geografi Perairan Darat Dan Laut. Jakarta
Yohandi, Handi, 2007. IPS Geografi.
Jakarta
Wignyonsukarto,
Budi, 1986. Perambatan Gelombang Pasang Surut Sebuah Metode Analitik. Jakarta
ARUS
LAUT
1.
DEFINISI
ARUS LAUT
Arus merupakan gerakan yang sangat luas yang terjadi
pada seluruh lautan di dunia. Arus permukaan dibangkitkan terutama oleh angin
yang berhembus di permukaan laut. selain itu topografi muka air laut juga turut
mempengaruhi gerakan arus permukaan. Angin dan topografi laut saat ini dapat
diamati dengan menggunakan satelit Altimetri Jason1. Dengan bantuan data dari
satelit ini, maka dapat dipetakan pola dari pergerakan arus laut permukaan
secara global. (Rahma Widyastuti, 2010)
Arus merupakan gerakan air yang sangat luas yang
terjadi pada seluruh lautan di dunia. Arus- arus ini mempunyai arti yang sangat
penting dalam menentukan arah pelayaran bagi kapal-kapal. Peta harus telah di
buat oleh para pelaut berabad-abad yang lalu.
Kita dapat mengetahui adanya arus-arus ini terutama di dasarkan atas
pekerjaan seorang ahli oseanografi kebangsaan Amerika Matthew Fontaine yang
telah memulai pekerjaan tersebut sejak 1840. Ia membuat sebuah gambar dari
system arus-arus duniaberdasarkan atas pengamatan dan pengukuran terhadap besarnya
pengaruh arus yang mempengaruhi pembelokan arah kapal dari lintasan jalan yang
seharusnya dikehendaki dari suatu pelayaran yang panjang dan memakan waktu yang
lama. Pada waktu ini teknik yang lebih rumit telah dapat di lakukan dalam
mengukur arus-arus ini, sehingga memungkinkan untuk mengukur kecepatan dan arah
arus di seluruh lapisan perairan.Akibatnya gambaran yang lengkap tentang
arus-arus ini sudah dapat di buat pada waktu ini. (Hutabarat, Sahala dan Evans,
Stewart M. 2008)
Arus laut adalah gerakan masa air secara teratur
dari suatu tempat ketempat lain. Sebagaian besar arus laut bergerak dengan arah
horinzontal dan hanya sebagian kecil
bergerak dengan arah vertical. Gerakan masa air laut secara vertical disebut
upwelling. (Mahammad, hamid. 2005).
2.
JENIS-JENIS
ARUS
Menurut letaknya arus dibagi menjadi
dua, yaitu arus atas dan arus bawah. Arus atas adalah arus yang bergerak di
permukaan laut, bergerak dengan arah horizontal dan dipengaruhi oleh pola
sebaran angin; Sedangkan arus bawah Deep-water Circulation) adalah arus yang
bergerak dibawah permukaan laut arah pergerakannya tidak dipengaruhi oleh pola
sebaran angin dan mambawa massa air dari daerah kutub ke daerah ekuator. Faktor
utama yang mengendalikan gerakan massa air laut di kedalaman samudera adalah
densitas air laut. Perbedaan densitas diantara dua massa air laut yang
berdampingan menyebabkan gerakan vertikal air laut dan menciptakan gerakan
massa air laut-dalam(deep-water masses) yang bergerak melintasi samudera secara
perlahan. Gerakan massa air laut-dalam tersebut kadang mempengaruhi sirkulasi
permukaan. Menurut suhunya kita mengenal adanya arus panas dan arus dingin.
Arus panas adalah arus yang bila suhunya lebih panas dari daerah yang dilalui.
Sedangkan arus dingin adalah arus yang suhunya lebih dingin dari daerah yang
dilaluinya. (Gross, M.G.1990).
Macam – macam jenis arus laut :
1.
Berdasarkan
Penyebab Terjadinya
a)
Arus ekhman
yaitu arus yang dipengaruhi oleh
angin. , arus yang ditimbulkan oleh angin
mempunyai kecepatan yang berbeda menurut kedalaman. Kecepatan arus yang
dibangkitkan oleh angin memiliki perubahan yang kecil seiring pertambahan
kedalaman hingga tidak berpengaruh sama sekali.
Gambar 1. Arus ekhman (Sumber: http://seaogys.blogspot.com)
b)
Arus thermohaline
Yaitu
arus yang dipengaruhi oleh densitas. Perubahan densitas timbul karena adanya perubahan suhu dan
salinitas anatara 2 massa air yang densitasnya tinggi akan tenggelam dan
menyebar dibawah permukaan air sebagai arus dalam dan sirkulasinya disebut arus
termohalin (thermohaline circulation)
Gambar 2. arus termohalin. (Sumber :Pond, S dan G.L Pickard. 1983)
c)
Arus pasut
Yaitu
arus yang dipengaruhi oleh pasang dan surutnya air laut. Arus yang disebabkan oleh gaya tarik
menarik antara bumi dan benda benda angkasa. Arus pasut ini merupakan arus yang
gerakannya horizontal.
d)
Arus geostropik
Yaitu
arus yang dipengaruhi oleh gradien tek anan mendatar dan gaya coriolis.
Gambar
3.
Gaya coriolis
2. Berdasarkan kedalaman
a)
Arus permukaan
Yaitu arus
di permukaan air dan bergerak secara horizontal yang disebabkan oleh pola
sebaran angin.
Gambar 4. Arus
permukaan
b)
Arus dalam
Yaitu
arus yang terjadi jauh didasar kolom perairan. Arah arus tidak jelas karena
terjadi akibat perubahan densitas air laut.
3. Berdasarkan
suhu
Gambar 6. Arus panas dan arus dingin
a)
Arus panas
yaitu
arus yang suhunya lebih panas dari wilayah yang dilaluinya.
b)
Arus dingin
Yaitu
arus yang suhunya lebih dingin dari wilayah yang dilaluinya.
Sebaran suhu secara menegak (
vertikal) diperairan Indonesia terbagi atas tiga lapisan, yakni lapisan hangat
di bagian teratas atau lapisan epilimnion dimana pada lapisan ini gradien suhu
berubah secara perlahan, lapisan termoklin yaitu lapisan dimana gradien suhu
berubah secara cepat sesuai dengan pertambahan kedalaman, lapisan dingin di
bawah lapisan termoklin yang disebut juga lapisan hipolimnion dimana suhu air
laut konstan sebesar 4ºC. Pada lapisan termoklin memiliki ciri gradien suhu
yaitu perubahan suhu terhadap kedalaman sebesar 0.1ºC untuk setiap pertambahan
kedalaman satu meter (Nontji,1987).
Kisaran suhu pada daerah tropis
relatif stabil karena cahaya matahari lebih banyak mengenai daerah ekuator
daripada daerah kutub. Hal ini dikarenakan cahaya matahari yang merambat
melalui atmosfer banyak kehilangan panas sebelum cahaya tersebut mencapai kutub.
Suhu di lautan kemungkinan berkisar antara -1.87°C (titik beku air laut) di
daerah kutub sampai maksimum sekitar 42°C di daerah perairan dangkal (Hutabarat
dan Evans, 1986).
Suhu menurun secara teratur
sesuai dengan kedalaman. Semakin dalam suhu akan semakin rendah atau dingin.
Hal ini diakibatkan karena kurangnya intensitas matahari yang masuk kedalam
perairan. Pada kedalaman melebihi 1000 meter suhu air relatif konstan dan
berkisar antara 2°C – 4°C (Hutagalung, 1988)
Beberapa fenomena – fenomena yang
terjadi di laut disebabkan oleh arus dan suhu laut. Seperti kita ketahui, El
Nino merupakan sebuah fenomena dimana kolam air panas yang berasal dari
Samudera Pasifik bergerak ke arah Indonesia. Hal ini terjadi karena anomali
perubahan suhu yang drastis di perairan pasifik. Suhu yang tadinya dingin
berangsur menjadi panas. Sesuai dengan hukum konveksi, “air yang lebih panas
akan bergerak ke air yang dingin”. Air di pasifik yang panas bergerak ke arah
perairan timur Indonesia yang lebih dingin. Fenomena ini mengakibatkan turunnya
curah hujan secara drastis di Indonesia bagian timur.
Lalu beberapa arus yang terjadi
di dunia pun diakibatkan karena perbedaan suhu perairan di seluruh dunia.
Contohnya pada daerah ekuator suhu perairannya lebih panas dibanding daerah
kutub. Hali ini terjadi karena daerah ekuator lebih banyak menyerap panas
matahari dibanding daerah kutub. Dibawah ini merupakan gambar suhu
perairan laut ekuator dan sekitarnya.
Pada daerah ekuator terlihat
lebih renggang, ini merupakan tanda bahwa perairan di daerah ekuator lebih
panas dan airnya “mengembang”. Sedangkan disekitarnya terlihat padat karena
suhu perairannya lebih dingin dibanding pada daerah ekuator. Contoh arus yang
bergerak dari daerah yang lebih panas ke dingin adalah Arus Khatulistiwa
Utara yang merupakan arus panas yang mengalir menuju ke arah barat sejajar
dengan garis khatulistiwa dan ditimbulkan serta didorong oleh angin pasat timur
laut. (Hutabarat.
S & Evans. S., 1984).
3.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI ARUS LAUT
Arus laut terjadi
karena beberapa factor antara lain tiupan angin, perbedaan kadar garam,
menumbuk daratan, perbedaan suhu.
a)
Arus laut karena tiupan angin.
Tiupan
angin angin yang menerpa air laut dipermukaan akan menimbulkan arus laut.
Seperti halnya bila kita meniup air dalam cawan, maka dari itu dapat
disimpulkan bahwa angin dapat menyebabkan arus laut. Arah arus itu searah
dengan aliran angin .
Arus
karena tiupan angin ini bila menumbuk daratan atau benua, maka air didepan
daratan atau benua itu akan lebih
tingggi dari permukaan air laut disekitanya. Perbedaan permukaan air laut
tersebut akan menyebabkan terjadinya aliran air dari laut yang memiliki
permukaan air lebih tinggi menuju kelaut yang memiliki permukaan air lebih
rendah.Arus laut yang demikian disebut
arus kompensasi.
b)
Arus laut karena perbedaan kadar garam.
Air
laut yang memiliki kadar garam tingggi memiliki massa jenis yang lebih besar
dari pada air laut yang kadar garamnya rendah. Oleh karena itu, jika ada dua
laut yang bersebelahan tetapi kadar garamnya berbeda, maka dibagian dasar laut
akan terjadi aliran air dari laut berkadar garam tinggi menuju kelaut berkadar
garam rendah. Sebaliknya di bagian permukaan akan terjadi aliran air dari laut
berkadar garam rendah menuju kelaut
berkadar garam tingggi. Contoh Ambang Gibraltar, yang terletak diantara Benua
eropa dan Benua amerika.
c)
Perbedaan suhu
Air
laut yang dingin memiliki massa jenis yang lebih besar dari pada air laut yang
panas. Air laut didaerah kutub bersuhu dingin, sehingga memiliki massa jenis
lebih besar. Oleh karena itu, laut tersebut akan tenggelam dan bergerak menuju
ke daerah yang massa jenisnya kecil, melalui dasar laut yang dalam. Bila arus
ini menumbuk daratan, arah aliranya dapat berubah dari dasar menuju
kepermukaan. Inilah yang disebut up-welling
kaya akan ikan karena arus ini membawa unsure hara dari dasar laut. Contoh :
laut Banda dn pantai Barat peru –Equader ( Amerika Latin ). (Mahammad, hamid.
2005).
4.
KLASIFIKASI
ARUS LAUT
1.
Berdasarkan temperaturnya , arus laut
dibedakan menjadi dua yaitu, arus laut panas dan arus laut dingin. Arus laut
panas yaitu arus yang temperatur airnya lebih tinggi dari temperature air laut
yang didatangi. Contoh : Arus teluk, dan kurosiwo. Arus ini dating ari daerah
tropis kedaerah sedang. Begitupun sebaliknya dengan arus dingin. Arus dingin
contohnya Arus Labrador, Arus Benguela, Arus Oyasiwo, dan Arus peru. Arus itu
dating dari kutub kedaerah sedang.
2.
Berdasarkan letaknya, Arus laut
dibedakan menjadi dua , yaitu arus permukaan dan arus dasar atau arus bawah.
Arus permukaan bergerak sebagai arus dipermukaan laut. Contoh : Semua arus laut
karena angin. Arus bawah, air yang bergerak sebagai arus laut berada didasar
laut. Bila arah bergerak berubah kearah vertical, maka arus ini akan menjadi up welling.
Di
permukaan laut terdapat arus laut di sepanjang pantai yang disebut dengan longshore current. Arus ini mengalir
searah dengan garis pantai. Pada daerah pantai berpasir halus dengan
gelombangnya yang agak besar sering terjadi arus dasar yang dangkal, dengan
arah alirantegak lurus dengan garis pantai yang disebut rip current. Proses
terjadinya, bila arus air pada longshore current
yang berlawanan arah bertemu, dan
pada saat itu arah gelombang sejajar dengan garis pantai maka pada lokasi
pertemuan dengan longshore current itu akan terjadi penumpukan massa air, yang
kemudian akan mengalir ketempat yang lebih rendah yaitu menuju ketengah laut.
Kondisi ini akan diperkuat bila permukaan air laut di depan kumpulan massa air
tersebut lebih rendah, sehingga rip
current menjadi lebih kuat dank
eras. Bila arah gelombang tidak sejajar dengan garis pantai maka wujud dari longshore current akan berupa garis yang terputus-putus. Pada
ujung longshore current dari ujung long
shore current yang terputus-putus
tersebut arus air akan menuju ketampat yang lebih rendah, yaitu ketengah laut.
Pada lokasi itulah tempat terjadinya rip
current.
Rip current mampu
menyeret pasir dibawahnya beserta orang berada di tempat itu dan dibawah kelaut
yang lebih kedalam. Rip current inilah yang sering menggelamkan orang
yang sedang berwisata di pantai. (Mahammad, hamid. 2005)
5.
MANFAAT
ARUS LAUT
Arus
laut mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia, antara lain yaitu :
a.
Arus laut karena tiupan angin dapat
mempengaruhi kondisi iklim suatu tempat,
misalnya di Eropa barat di musim dingin tidak begitu dingin dan lautnya tidak
membeku karena dipengaruhi oleh arus panas gulfstream
atau arus teluk.
b.
Pertemuan arus panas dan arus dingin
merupakan daerah yang kaya iklim. Hal ini disebabkan karena di daerah itu kaya akan planktom.
c.
Arus laut dapat menyebarkan berbagai macam jenis
hewan tumbuhan keberbagai belahan dunia. (Muhammad, hamid. 2005).
Laut tak ubahnya
seperti sungai. Airnya selalu bergerak, sehingga ada arus laut.karenya lebarnya
lautan, maka alur arus laut dapat bergeser, meskipun arahnya tetap. Di daerah
pantai arah arus dapat terganggu dengan adanya tanjung, teluk, atau pun pulau. Karena
gangguan itulah maka terbentuknya bebagai gejala pantai, sperti Tombolo, danau laut (Laguna), kikisan pantai (abrasi),dan
endapan yang memungkinkan tumbuhnya tanaman bakau (mangrove). Bentuk pantai tertentu dapat menyebabkan terjadinya
arus berputar. Ada putaran air disebut vortex, yaitu putaran air tercepat
dibagian luar, dan eddy yaitu putaran
iar tercepat bagian dalam. Adanya putaran air laut tersebut menyebabkan air
laut mampu menarik benda-benda yang terapung menjadi tenggelam. (Suradi, Imam.
1997).
6.
FAKTOR-FAKTOR
PEMBANGKIT ARUS
Tiga sumber utama
pembangkit arus adalah : Angin (arus
permukaan), Variasidensitas, Pasut laut. Pengaruh lainnya dapat disebabkan oleh : Gaya Coriolis, Gaya
Berat, Gaya Gesekan, dan Tekanan
Atmosfir. Peranan pengamatan arus dalam Survei Hidrografi : Kerekayasaan : konstruksi lepas pantai, perencanaan pelabuhan, dan pemantauan lingkungan, Penentuan posisi (metode
Dead-Reckoning), Keselamatan
pelayaran. (Eka Djunarsjah, 2005).
Gerakan air dipermukaan
laut terutama disebabkan karena adanya angin yang bertiup di atasnya. Akibatnya
arus yang mengalir di permukaan lautan merupakan hasil kerja gabungan dari
faktor lain selain angin. Faktor
tersebut yaitu :
1)
Bentuk topografi dasar lautan dan
pulau-pulau yang ada disekitarnya.
Beberapa
system lautan di utama di dunia di batasi oleh massa daratan dari tiga sisi dan
pula oleh arus equatorial counter disisi yang ke empat. Batas-batas ini
menghasilkan system aliran yang hampit tertutup dan cenderung membuat aliran
air yang mengarah dalam suatu bentuk bulatan. Dari sinilah terbentuk adanya
Gyre
Gambar 1. Gyre (Sumber: Pond, S
dan G.L Pickard. 1983)
2)
Gaya coriolis dan arus ekman
Gaya
coriolis mempengaruhi aliran massa air, di mana gaya ini akan membelokkan arah
mereka dari arah yang lurus. Gaya ini timbul sebagia akibat dari perputaran
bumi pada porosnya. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita tidak sadar bahwa
gaya ini ternyata dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap benda-benda
bergerak dalam jarakyang luas. Sebagai contoh sebuah selongsong peluru yang di
tembakkan dari sebuah bedil akan memberikan sebuah bekas lintasan yang jalannya
agak lengkung sebagai hasil dari peranan gaya coriolis yang terjadi padanya.
Pmbelokkan ini akan mengarah ke kiri di belahn bumi selatan. Gaya inilah yang
menghasilkan adanya alira gyre yang mengarah kea rah jarum jam (ke kanan) pada
belahan bumi sebelah utara dan mengarah
ke arah lawan jarum jam (ke kiri) pada belahan bumi bagian selatan.
Gaya
coriolis juga yang menyebabkan timbulnya perubahan-perubahan arah arus yang
kompleks susunannya yang terjadi sesuai dengan makin dalamnya ke dalaman suatu
perairan.
Pada
umunya tenaga angin yang di berikan pada lapisan permukaan dapat membangkitkan
timbulnya arus permukaan yang menpunyai kecepatan sekitar 2 % dari kecepatan
angin itu sendiri. (Hutabarat, Sahala, dan Evans, Stewart M. 2008).
Terjadinya arus di lautan disebabkan oleh dua faktor utama,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti perbedaan
densitas air laut, gradien tekanan mendatar dan gesekan lapisan air. Sedangkan
faktor eksternal seperti gaya tarik matahari dan bulan yang dipengaruhi oleh
tahanan dasar laut dan gaya coriolis, perbedaan tekanan udara, gaya gravitasi,
gaya tektonik dan angin.
Gaya-gaya utama yang berperan dalam sirkulasi massa air adalah gaya gradien tekanan, gaya coriolis, gaya gravitasi, gaya gesekan, dan gaya sentrifugal. Faktor penyebab terjadinya arus yaitu dapat dibedakan menjadi tiga komponen yaitu gaya eksternal, gaya internal angin, gaya-gaya kedua yang hanya datang karena fluida dalam gerakan yang relatif terhadap permukaan bumi. Dari gaya-gaya yang bekerja dalam pembentukan arus antara lain tegangan angin, gaya Viskositas, gaya Coriolis, gaya gradien tekanan horizontal, gaya yang menghasilkan pasut. (Gross, M.G.1990)
Gaya-gaya utama yang berperan dalam sirkulasi massa air adalah gaya gradien tekanan, gaya coriolis, gaya gravitasi, gaya gesekan, dan gaya sentrifugal. Faktor penyebab terjadinya arus yaitu dapat dibedakan menjadi tiga komponen yaitu gaya eksternal, gaya internal angin, gaya-gaya kedua yang hanya datang karena fluida dalam gerakan yang relatif terhadap permukaan bumi. Dari gaya-gaya yang bekerja dalam pembentukan arus antara lain tegangan angin, gaya Viskositas, gaya Coriolis, gaya gradien tekanan horizontal, gaya yang menghasilkan pasut. (Gross, M.G.1990)
7.
PERBEDAAN GELOMBANG DAN ARUS
Gelombang adalah pergerakan naik dan
turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan air laut yang membentuk
kurva/grafik sinusoida. Gelombang laut disebabkan oleh angin. Angin di atas
lautan mentransfer energinya ke perairan, menyebabkan riak-riak, alun/bukit,
dan berubah menjadi apa yang kita sebut sebagai gelombang.
Air laut selalu dalam keadaan bergerak. Arus laut bergerak tak
ubahnya arus di sungai, gelombang laut bergerak dan menabrak pantai, dan gaya
gravitasi bulan dan matahari mengakibatkan naik turunnya air laut dan biasa
disebut sebagai fenomena pasang surut laut.
Arus laut tercipta karena adanya pemanasan di beberapa bagian Bumi
oleh radiasi sinar matahari. Air yang lebih hangat akan “mengembang”, membuat
sebuah kemiringan (slope) terhadap daerah sekitarnya yang lebih dingin, dan
akibatnya air hangat tersebut akan mengalir ke arah yang lebih rendah yaitu ke
arah kutub yang lebih dingin dari pada ekuator.
DAFTAR
PUSTAKA
Bahharudin, dkk. 2009. Pola Tranformasi Gelombang dengan Menggunakan Model RCPwave PadaPantai
Bau-Bau Sulawesi Tenggara. Di akses : 29 desember 2011
Eka Djunarsjah, 2005. Sifat-sifat struktur air laut di akses:
29 desember 2011
Ai Yuningsih dan Achmad Masduki. 20011. Potensi energi arus laut untuk pembangkit tenaga listrik Di kawasan
pesisir flores timur, ntt. Di akses : 29 desember 2011
Rahma
widyastuti, dkk. 2010. pemodelan pola arus laut permukaan di
perairan indonesia menggunakan data satelit altimetri jason-1
Hadikusumah.
2009. Karakteristik Gelombang Dan Arus Di Eretan, IndramayuI. Di akses: 29 desember 2009
Yuningsih, Masduki dan Rahmat.2010. Penelitian Potensi Energi Arus Laut Sebagai
Sumber Energi Laut Terbarukan Di Perairan Toyapakeh Nusa Penida Bali. Di
akses: 29 desember 2011
Hutabarat, Sahala dan Evans, Stewart M. 2008.
Jakarta : Pengantar Oceanografi. Uneversitas
Indonesia Press.
Hutabarat. S & Evans. S., 1984, Pengantar
Oseanografi, UI-Press, Jakarta
Mahammad, hamid. 2005.Jakarta: Ilmu Pengetahuan Sosial-Geografi Direktorat Pendidikan Lanjutan
Pertama, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar.
Suradi, Imam. 1997. Ciracas, Jakarta : Geografi SMU Kelas 1. Erlangga.
Gross, M.G.1990.Oceanography : A View of Earth. Prentice Hall, Inc.
Englewood Cliff . New Jersey
SEBARAN SEDIMEN
1.
SEBARAN
SEDIMEN DASAR PERMUKAAN
Semula hasil
penghancuran batuan yang diangkut itu, akhirnya diendapkan di tempat lain,
manakala kekuatan mengangkutnya telah berkurang atau habis. Ada yang diendapkan
di laut, darat, danau, sungai, dan sebagainya.
Batuan endapan yang
berasal dari hasil penghancuran itu adakalanya mengalami penyatuan kembali
menjadi gumpalan besar karena terikat oleh zat kapur atau oksida silicon.
Perekatnya itu disebut grond massa. Jika yang diikatnya terdiri dari
kerikil–kerikil tajam, runcing–runcing, menghasilkan bongkahan yang disebut
breksi.
Sebaran sedimen terkait
dengan jenis endapan yang tersebar di dasar permukaan laut. Jenis endapan
sedimen ini bisa berupa pasir, lumpur, kerikil atau batuan mineral lainnya.
Kondisi sedimen dasar perairan merupakan factor yang sangat penting dalam
mengevaluasi potensi wisata bahari suatu perairan. Sedimen dasar perairan yan
berupa pasir hingga pasir kerikilan akan mempunyai nilai yang lebih berpotensi
untuk kegiatan rekreasi pantai dibandingkan sedimen dasar perairan yang berupa
lumpur. ( Jafar, Muhamad, Elly, 2009)
2.
SEDIMENTASI
DASAR LAUT
Seluruh permukaan
dasar laut ditutupi oleh partikel-partikel sedimen yang telah diendapkan secara
perlahan-lahan dalan jangka waktu berjuta-juta tahun. Ketebalan lapisan sedimen
yang terdapat dibanyak bagian laut berbeda-beda, dari sekitar 600 meter di
samudera Pasifik, 500–1000 meter di samudera Atlantik, 4000 meter di Arctic.
Sedimen terutama
terdiri dari partikel-partikel yang berasal dari hasil pecahan–pecahan batuan
dan potongan-potongan kulit (shell) serta sisa rangka dari organisma laut.
Sebagian besar laut yang dalam ditutupi oleh jenis partikel-partikel yang
berukuran kecil. Sedangkan pada laut-laut dangkal didominasi oleh jenis-jenis
partikel yang berukuran besar. Untuk mengklasifikasikan sedimen laut
berdasarkan sumbernya adalah :
a.
Sedimen Lithogenous (Sedimen
Terigin)
Jenis sedimen ini
berasal dari hasil pengikisan batuan di darat. Batuan beku atau batuan sedimen
telah mengalami proses desintegrasi (proses pecahnya batuan secara mekanis
menjadi batuan yang lebih kecil), maupun proses decomposisi (proses perubahan
susunan kimiawi dari batuan sehungga lapuk akibat pengerjaan air maupun udara).
Partikel-partikel dari hasil proses
desintegrasi maupun proses decomposisi itu diangkut baik oleh air sungai, angin
ke laut. Contoh bahan sedimen dari proses desintegrasi; mineral kwarsa, mica,
feldspar, pyroxenes, ampobol dan mineral berat lainnya. Sedangkan dari hasil
proses decomposisi; clay (lempung), hidroksida besi yang bebas, alumina, colloidal
silica, dll. Sedimen asal darat ini diendapkan di sekitar pantai, dimulai dari
endapan yang kasar (pasir) kemudian diikuti oleh partikel-partikel halus.
Kecepatan tenggelam
partikel-partikel ini telah dihitung, dimana partikel pasir hanya memerlukan
waktu sekitar 1,8 hari untuk tenggelam ke dasar laut yang kedalamannya 4.000
meter, sedangkan partikel lumpur sekitar 185 hari dan partikel liat 51 tahun.
Endapan lumpur dan tanah liat diangkut lebih jauh ke tengah laut dan kebanyakan
akan mengendap pada daerah continental shelf. Partikel-partikel yang lebih
halus diendapkan pada dasar laut yang dalam.
b.
Sedimen
Biogenous (sisa-sisa organisme)
http://www.google.co.id/imgres?q=gambar+biogenous&um=1&hl=id&client=firefoxa&sa=N&rls=org.mozilla:id:official&biw=1138&bih=544&tbm=isch&tbnid=coTdliR9fm70AM:&imgrefurl=
Sedimen marine yang banyak mengandung sisa-sisa organisme disebut lumpur
organisme atau ooze/selut. Sedimen laut yang berasal dari organisme
(binatang/tumbuhan) ada yang mengandung kapur (tipe calcareous) dan silisium
(tipe siliceous).
Dimana hal ini tergantung
pada jenis organisme dari mana mereka berasal dan macam bahan yang telah
bergabung kedalam kulit atau rangka mereka. Sisa-sisa rangka dari organisme
hidup juga akan membentuk endapan partikel-partikel halus yang di namakan ooze
yang biasanya mengendap pada daerah-daerah yang letaknya jauh dari pantai.
1)
Tipe Calcareous (Ooze/Selut
Gampingan)
Golongan binatang
yang mengandung kapur, terdiri dari:
a.
Globigerina Ooze (Selut/Lumpur globigerina) adalah lumpur dari organis ma
yang bersel tunggal yang dikenal sebagai foraminifera dimana kulitnya
mengandung kapur (CaCo3). Endapan ini membentuk ooze/selut yang menutupi 35 %
dari endapan dasar laut yang banyak dijumpai di daerah tropis.
b.
Pteropod Ooze adalah golongan moluska yang bersifat sebagai plankton dengan tubuh yang
mempunyai kulit (shell) yang mengandung kapur. Sedimen ini menutupi permukaan
dasar laut sekitar 1 %.
Jadi binatang yang
mengandung kapur dapat berupa binatang pelagis (plankton), tulang, gigi
binatang/ikan, juga binatang benthis seperti foraminifera, corals, cacing,
bryozoans, brachiopoda, moluska, echinoderms, anthro poda dan vertebrata.
Golongan Tumbuhan yang mengandung kapur
a.
Plankton
yang bersel satu yang termasuk cocoliths, rabdolit yang tersebar di laut-laut
terbuka.
b.
Algae
yaitu ganggang yang mengandung kapur, terutama hidup subur di perairan yang
hangat, dangkal dan di laut-laut daerah lintang rendah. Algae
membentuk coral reef (gosong karang), calsium carbonat (Ca Co3) sebagai hasil
fotosintesis dari Co2.
2)
Tipe Siliceous
1.
Radiolaria Ooze adalah golongan protozoa bersel satu, menutupi 1–2 % dari permukaan dasar
laut.
2.
Diatom ooze adalah gologan tumbuhan yang bersel tunggal yang mempunyai kulit
mengandung silica. Ooze yang terbentuk menutupi 9 % dari permukaan dasar laut
dan banyak dijumpai di daerah yang lebih dingin dengan salinitas rendah seperti
di samudera Hindia bagian Selatan.
3.
Red Clay Ooze–Ooze ini mempunyai kandungan yang tinggi dan banyak dijumpai
di bagian Timur samudera Hindia.
c.
Sedimen
Hydrogenous (Hasil reaksi kimia dalam air laut)
www.google.co.id/search?um=1&hl=id&client=firefoxa&rls=org.mozilla:id:official&biw=1138&bih=544&tbm=isch&btnG=Telusuri&q=Sedimen
Hydrogenous&orq=Sedimen+Hydrogenous+
Jenis partikel dari sedimen golongan ini dibentuk
sebagai hasil reaksi kimia dalam air laut. Sebagai contoh, manganese nodules (bungkahan-bungkahan mangan ) berasal dari
endapan lapisan oksida dan hidroksida dari besi mangan yang terdapat didalam
sebuah rangkaian lapisan konsentris disekitar pecahan batu atau runtuhan
puing-puing. Jenis logam-logam lain seperti copper
( tembaga ), cobalt dan nikel juga tergabung didalamnya.
Reaksi kimia yang terjadi disini bersifat sangat
lambat, dimana untuk membentuk sebuah module
yang besar diperlukan waktu selama berjuta-juta tahun dan proses ini kemudian
akan berhenti sama sekali jika nodule telah
terkubur didalam sedimen. Sebagai akibatnya nodule-nodule
ini menjadi begitu banyak dijumpai lautan pasifik dari pada dilautan atlantik.
Hal ini disebabkan karena tingkat kecepatan proses sedimentasi untuk mengukur
nodule–nodule yang terjadi di lautan pasifik lebih lambat jika dibandingkan
dengan di lautan atlantik. (Susieti, Heni dkk, 2010 )
d.
Sedimen
marine yang
bersumber dari Vulkanisme dan sedimen ekstraterestrial
(dari luar angkasa
seperti meteorit, debu kosmos). http://www.edukasi.net/index.php?mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Materi%20Pokok/view&id=325&uniq=3162
1.
Sedimen
asal vulkanisme (gunung api)
Bahan vulkanisme dapat dilihat dari sifat-sifat fisik maupun susunan kimiawinya. Contoh; pecahan lava, gelas
vulkanik, batu apung, butiran mineral.
2.
Sedimen
ekstraterestrial (sedimen berasal dari angkasa luar)
Benda-benda angkasa
dengan berbagai ukuran yang jatuh ke bumi/ke laut setiap saat terus terjadi.
Contoh endapannya; red clay (lempung merah), lapisan magnetis hitam, kristal
coklat, besi. Red clay banyak dijumpai pada samudera-samudera yang ada di bumi
ini.
3.
ARUS–ARUS
TURBIDITY
Contoh–contoh tanah bumi bagian tengah ( core ) yang
diambil dari sedimen yang berasal dari laut dalam ( continental rise dan
abyssal plain ). Lautan atlantik menimbulkan sebuah teka–teki. Contoh–contoh
ini terdiri dari lapisan selang–seling sedimen lithegenous.
Hal semacam ini biasanya hanya dapat dijumpai di
lapisan sedimen yang berhubungan dengan perairan dangkal dekat daerah daratan
dan sedimen biogeonous, setiap lapisan desimen lithogeneus sendiri dilapisi
dengan batu kerikil pada bagian dasarnya, kemudian diikuti oleh
partikel–partikel lain yang berukuran makin ke atas permukaan makin kecil. Hal
ini kemungkinan disebabkan oleh karena adanya arus–arus yang kuat, yang dikenal
sebagai arus–arus turbidity.
Dimana arus tersebut telah mencuci sejumlah besar
sedimen lithogenous dari waktu ke waktu mulai dari daerah continental shelf
yang dangkal sampai kebagian laut yang lebih dalam. Arus–arus ini terjadi oleh
adanya penumpukan sedimen yang melayang–layang diatas continental shelf yang kemudian tergiring masuk kedalam bentuk
massa air yang pekat. Sebagai contoh, penambahan sedimen sebesar 1
saja sudah akan menaikkan densitas air laut
bersih dari 1.026 menjadi 1.040.
Massa air ini secara relatif tidak stabil, misalnya dengan
adanya beberapa kekuatan dari luar seperti ledakan yang berasal dari letusan
gunung berapi atau gempa bumi kemungkinan akan menyebabkan massa air ini
bergerak. Akhirnya mereka akan terguling jatuh ke daerah continental rise,
sambil membawa sejumlah besar sedimen dan akibatnya terjadi penumpukan sedimen
diatas dasar permukaan laut dalam.
Dimana partikel– partikel yang berukuran lebih besar akan lebih
cepat tenggelam dan menetap dari pada yang berukuran lebih kecil. Hal inilah
yang kemudian menimbulkan terbentuknya beberapa lapisan sedimen yang dijumpai
sampai saat ini. Sejak arus –arus turbidity hanya kadang–kadang saja terjadi,
maka sedimen lithogenous yang dibawa oleh arus semacam ini akan diendapkan dan
dijumpai diantara lapisan biogenous.
Terjadinya arus turbidity ini hanya dapat dicatat secara tidak
langsung, tetapi bukti tentang adanya mereka ini sudah jelas terlihat. Gempa
bumi yang terjadi di Grand Banks ( Newfoundland ) pada tahun 1929, dipercaya
telah menimbulkan sebuah arus kuat yang secara besar–besaran menghancurkan
rangkaian kawat telegram bawah laut pada beberapa tempat di dasar laut. Nodul-nodul ini banyak dijumpai di samudera Pasifik. (Muhammad, Hamid, 2005)
Pengendapan sedimen atau sedimentasi ditentukan oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah kecepatan arus sungai, kondisi dasar
sungai, turbolensi, dan lain sebagainya termasuk diameter sedimen itu sendiri.
Konsekuensinya, bahwa di daerah estuaria yang arus sungai dan pasang surutnya
kuat maka seluruh partikel sedimen kemungkinan akan tererosi terbawa arus.
Pada saat arus melemah partikel berat seperti pasir
akan mengendap dulu sedangkan sedimen yang berukuran halus masih terbawa arus.
Partikel–partikel halus akan mengendap apabila arus air cukup lemah yang
biasanya terjadi di wilayah estuaria sehingga sedimen yang ada di estuaria
berada dalam bentuk suspense dan berukuran kecil.
Partikel–partikel tersebut merupakan komposisi dari
clay mineral, yaitu illite, kaolinite, dan momorilonite yang terbawa dari
sungai. (Susieti,
Heni dkk, 2010 ).
Kecepatan endapan sedimen dapat pula dipengaruhi
oleh suhu, adanya karbonat, kompleks, dan protein. Penurunan suhu akan
mengakibatkan laju pengendapan menurun. Adanya hidrokarbon mengakibatkan laju
pengendapan naik beberapa senyawa protein mengakibatkan laju pengendapan naik dan
beberapa senyawa protein mengakibatkan kecepatan endapan menurun.
Sumber : ( Muhammad, Hamid, 2005 )
Sedimen
terutama terdiri dari partikel–partikel yang berasal dari hasil pembongkaran
batuan–batuan dan potongan–potongan kulit ( shell ) serta sisa rangka–rangka
dari organism laut.
Tidaklah
mengherankan jikalau ukuran partikel –partikel ini sangat ditentukan oleh
sifat–sifat fisik mereka dan akibatnya sedimen yang terdapat pada berbagai
tempat di dunia mempunyai sifat–sifat yang sangat berbeda satu dengan lainnya.
Sebagai
contoh, sebagian besar dasar laut yang dalam ditutupi oleh jenis
partikel–partikel yang berukuran kecil yang terdiri dari sedimen halus ,
sedangkan hampir semua pantai–pantai ditutupi oleh jenis partikel –partikel
yang berukuran besar yang terdiri dari sedimen kasar.
Ukuran
partikel– partikel ini merupakan suatu jalan yang mudah untuk dipakai
mengklasifikasi sedimen. Memuat kisaran ukuran Wentworth yang digunakan untuk
mengukur partikel–partikel yang diklasifikasikan mulai dari golongan yang
termasuk partikel tanah liat yaitu yang berukuran diameter kurang dari 0,004 mm
sampai kepada boulder ( batu berukuran besar yang berasal dari kikisan arus air
) yang mempunyai ukuran diameter 256 mm. Sedimen cenderung untuk didominasi
oleh satu atau beberapa jenis partikel, tetapi mereka tetap terdiri dari ukuran
yang berbeda–beda.
Tabel
1. Skala
Wentworth untuk mengklasifikasi partikel–partikel sedimen
( Sumber : Sahala Hutabarat dan
Stewart M.Evans, 2008 ).
Keterangan
|
Ukuran (mm )
|
Boulders
Gravel
Very coarse sand
Medium sand
Fine sand
Very fine sand
Silt
Clay
Dissolved material
|
>256
2 – 256
1 – 2
0,5 – 1
0,25 – 0,5
0,125 – 0,25
0,0625 – 0,125
0,002 – 0,0625
0,0005 – 0,002
<0,0005
|
4.
SEBARAN SPASIAL KARAKTERISTIK
SEDIMEN
Hasil analisis contoh sedimen perairan muara sungai
Bantan Tengah selama penelitian menunjukkan terdapat tiga fraksi sedimen, yaitu
pasir, lumpur dan liat. Sebaran rata-rata persentase masing-masing fraksi pada
setiap stasiun.
Tinggi pada stasiun yang berada di bagian luar muara dan
lumpur tinggi pada stasiun yang berada di bagian dalam muara. Tingginya
persentase lumpur pada stasiun yang berada di dalam muara karena perairan ini
terlindung dari pengaruh gelombang laut serta banyaknya bahan organik atau
detritus yang dibawa air sungai menumpuk di perairan ini, terutama pada saat
arus lambat.
Nybakken (1992) menyatakan bahwa keberadaan lumpur di
dasar perairan sangat dipengaruhi oleh banyaknya partikel tersuspensi yang
dibawa oleh air tawar dan air laut serta faktor-faktor yang mempengaruhi
penggumpalan, pengendapan bahan tersuspensi tersebut, seperti arus dari laut.
Knox (1986) menyatakan bahwa sedimen estuaria merupakan
lingkungan yang sangat kompleks, karena sedimen yang berada di muara berasal
dari beberapa sumber, meliputi dari daratan yang dibawa air sungai (fluvial
sediment), dan sedimen dari laut (marine sediment). Lumpur dan liat
di perairan muara sungai Bantan Tengah Kandungan bahan organik dalam sedimen
berhubungan erat dengan jenis sedimen. Rata-rata total bahan organik pada
setiap stasiun berkisar antara 0,31-3,10%, sedangkan karbon organik sedimen
berkisar antara 0,18-1,80% (Lampiran 1b). Kandungan bahan organik yang tinggi
dijumpai pada stasiun yang berada di bagian dalam muara, terutama stasiun 1, 2,
3, 4 dan 6 yang berada dekat mulut muara.
Hal ini erat kaitannya dengan jenis substrat. Nybakken
(1992) menyatakan bahwa jenis substrat dan ukurannya salah satu faktor ekologi
yang mempengaruhi kandungan bahan organik dan distribusi bentos. Semakin halus
tekstur substrat semakin besar kemampuannya menjebak bahan organik.
Selain itu
Lopez-Jamar (1981) menyatakan bahwa daerah yang kandungan bahan organiknya
sangat tinggi berhubungan dengan daerah dimana banyak pemeliharaan
kerang-kerangan (mussel), karena berhubungan erat dengan jumlah feses
yang banyak dari mussel yang dipelihara. Nilai redoks potensial (Eh)
sedimen tercatat pada setiap stasiun 5,5-38,5 mv. Nilai tertinggi pada stasiun
yang berada di mulut muara yang mendapat pengaruh limpasan air sungai sehingga
terjadi percampuran intensif antara air dan sedimen. Proses ini dapat
meningkatkan kandungan oksigen sedimen.
Rhoads (1974) menyatakan bahwa redoks potensial
berhubungan erat dengan kandungan oksigen yang terdapat dalam sedimen. Nilai pH
sedimen berkisar antara 6,51-7,27. Nilai ini masih merupakan nilai pH sedimen
pada umumnya.
Odum (1971) menyatakan bahwa nilai pH substrat erat
hubungannya dengan bahan organik substrat, jenis substrat dan kandungan
oksigen. Kandungan nitrat (NO3-N) dan ortofosfat (PO4-P) sedimen masing-masing
berkisar antara 0,077-0,140 mg/l dan 0,744-1,794 mg/l. Kandungan nitrat dan
orto-fosfat sedimen yang tinggi ditemui pada stasiun yang letaknya dekat dengat
daratan. Hal ini disebabkan sebagian besar sumber nitrat dan ortofosfat di
perairan berasal dari kegiatan yang berada di darat. Hasil analisis komponen
utama memperlihatkan bahwa kontribusi dari dua sumbu pertama sebesar 79,2% dari
ragam total.
Odum (1971) menyatakan bahwa kecepatan arus secara tidak
langsung mempengaruhi substrat dasar perairan. Nybakken (1992) menyatakan bahwa
perairan yang arusnya kuat akan banyak ditemukan substrat berpasir.
Nybakken (1992) menyatakan bahwa kebanyakan estuari
didominasi oleh substrat lumpur. Selanjutnya dijelaskan bahwa lumpur yang
terdapat di dalam muara merupakan penjebak bahan organik yang baik. (
geografi.upi.edu )
DAFTAR
PUSTAKA
Efriyeldi. 1999. Sebaran
Spasial Karakteristik Sedimen dan Kualitas Air Muara
Sungai Bantan Tengah, Bengkalis Kaitannya dengan
Budidaya KJA (Keramba Jarring Apung). Jurnal Natur Indonesia I1 (1): 85–92.
Fakultas Perikanan Universitas Riau.
Jafar,
Muhamad, Elly. 2009.) Jakarta : Sistem
Informasi Geografi.
Graha Ilmu.
Muhammad,
Hamid. 2005.Jakarta : Ilmu Pengetahuan
Sosial Geografi.
Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar
Dan Menengah, Pendidikan Lanjutan Pertama
Sahala Hutabarat dan Stewart M.Evans.
2008. Pengantar
Oseanografi.
Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press).
Suhartati M. Natsir dan Rubiman. 2010. Distribusi Foraminifera Bentik Resen di Laut
Arafura the Distribution
of Recent Benthic Foraminifera in the Arafura Sea. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis,
Vol. 2, No. 2, Hal. 74-82. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB
Susieti,
Heni dkk. 2010. Pola Sebaran Sedimen Tersuspensi Melalui PendekatanPenginderaan Jauh Di
Perairan Pesisir Semenanjung Muria-Jepara. Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal
of Waste Management Technology). Departemen Geografi, FMIPA-UI,
Kampus Universitas Indonesia, Depok
KEHIDUPAN LAUT
1.
PENDAHULUAN
Lingkungan laut merupakan lingkungan
perairan salin atau marine waters yang menyimpan berjuta misteri
kekayaan ekosistem dan biodiversitas yang hingga sekarang masih belum banyak
tersingkap. Lingkungan yang dinamakan lingkungan laut (Marine Environment)
cakupannya dimulai dari bagian pantai (coastal) dan daerah muara (estuarine)
hingga ke tengah samudra, dimulai dari bagian permukaan air hingga dasar
perairan yang bermacam-macam tipe kedalamannya dan bentuk morfologisnya. (Dias
Natasasmita, 2011)
Membahas
mengenai lingkungan dan kehidupan laut, ada 2 hal yang esensial darinya yang
pertama adalah zona kolom air (zona Pelagik) adalah bagian perairan dimana
terdapat massa air rdan yang kedua adalah zona dasar perairan atau disebut juga
zona bentik yang merupakan dasar / platform dari perairan itu sendiri. Dari
pembagian atas kedua hal tersebut, dapat dikembangkan lagi menjadi zona-zona
atau wilayah-wilayah dengan karakteristik yang lebih khusus lagi. Pembagian
wilayah atau zonasi tersebut dinamakan pemintakatan lingkungan laut dan dapat
digambarkan dengan skema sebagai berikut :
2.
LINGKUNGAN PELAGIK
Semua biota yang hidup di lingkungan laut tetapi tidak hidup di dasar laut
dinamakan biota pelagik. Lingkungan dimana biota ini hidup dinamakan lingkunagn
pelagik. Lingkungan ini mencakup kolom air mulai dari permukaan dasar laut
sampai paras laut. Lingkungan pelagik ini mempunyai batas wilayah atau mintakat
yang meluas mulai dari garis pantai sampai wilayah laut teluk. Secara
horisontal lingkungan pelagik dibagi menjadi neritik dan oseanik. Sedangkan
secara vertikal lingkungan ini dibagi menjadi epipelagik, mesopelagik,
batipelagik, dan abisopelagik. (Dias Natasasmita, 2011)
1.
Secara
Horisontal
a)
Mintakat Neritik
Mintakat neritik merupakan laut yang
terletak pada kedalaman 0 – 200 m. Ciri-ciri mintakat neritik diantaranya :
1.
Sinar matahari masih menembus dasar laut
2.
Kedalamannya ±200 m
3.
Bagian paling banyak terdapat ikan dan tumbuhan laut
Mintakat neritik berada di paparan benua yang dihuni
oleh biota laut yang berbeda dengan mintakat oseanik karena :
1.
Kandungan zat hara di mintakat neritik melimpah.
2.
Sifat kimiawi perairan neritik berbeda dengan perairan
oseanik karena berbeda-bedanya zat-zat terlarut yang dibawa ke laut dari
daratan.
3.
Perairan neritik sangat berubah-ubah, baik dalam waktu
maupun dalam ruang jika dibandingkan dengan perairan oseanik. Hal ini dapat
terjadi karena dekatnya mintakat ini dengan daratan dan adanya tumpahan
berbagai zat terlarut dari darat ke laut.
4.
Penembusan cahaya, kandungan sedimen dan energi fisik
dalam kolom air berbeda antara mintakat neritik dan mintakat oseanik.
b)
Mintakat Oseanik
Mintakat oseanik merupakan wilayah ekosistem laut lepas yang kedalamannya
tidak dapat ditembus cahaya matahari sampai ke dasar sehingga bagian dasarnya
paling gelap. Akibatnya bagian air dipermukaan tidak dapat bercampur dengan air
dibawahnya karena ada perbedaan suhu. Batas dari kedua lapisan air itu disebut
daerah Termoklin. Pada daerah ini banyak ikannya. Mintakat oseanik merupakan
wilayah lingkungan perairan yang terletak di luar lempeng benua. Pada mintakat
ini kandungan unsur hara kurang, kandungan sedimen relatife lebih sedikit sehingga
daya tembus cahaya hanya kuat sampai dengan 200 m.
2.
Secara
Vertikal
a)
Mintakat Epipelagik
Mintakat
epipelagik merupakan bagian kolom air paling atas. Mintakat epipelagik
disebut juga sebagai mintakat Fotik dengan kedalaman 200 m. Di beberapa daerah terutama
di paparan benua, penembusan cahaya di lapisan tersebut lebih jauh berkurang
dari pada di lapisan yang sama dari perairan oseanik karena tingginya kandungan
sedimen tersuspensi di paparan benua.
Mintakat ini dibadi manjadi tiga bagian, yakni pertama adalah mintakat pada
dan dekat permukaan, tempat terjadinya penyinaran siang hari di atas optimal
atau bahkan letal bagi fitoplankton. Penyinaran ini juga terlalu tinggi bagi
zooplankton. Yang kedua adalah mintakat yang dinamakan mintakat bawah permukaan,
tempat terjadinya pertumbuhan yang aktif sampai perairan yang agak jeluk, di
mana fitoplankton yang tidak terbiak aktif masih dapat berlimpah. Mintakat yang
ketiga atau mintakat terbawah termasuk lapisan perairan, tempat zooplankton
yang biasa bermigrasi ke permukaan pada malam hari, berada pada siang hari.
b)
Mintakat Mesopelagik
Mintakat ini terletak di bawah mintakat epipelagik. Mintakat ini memiliki
kedalaman dari 200 m – 1000 m. Karena letaknya di bawah mintakat fotik maka
tidak terdapat kegiatan yang menghasilkan produksi primer yang memanfaatkan
detritus yang turun dari lapisan yang lebih dangkal. Pada mintakat ini dan
seterusnya produksi oksigen lebih rendah daripada yang dimanfaatkan.
Tumbuh-tumbuhan dapat hidup di lapisan bawah ini, tetapi mereka akan lebih
banyak kehilangan zat organik yang dihasilkan daripada mendapatkannya.
c)
Mintakat Batipelagik
Zona batipelagik memiliki kedalaman antara 1001 m sampai 4000 m atau
sama dengan dasar laut. Sifat-sifat fisiknya seragam. Ikan-ikan dan biota
yang hidup di lingkungan ini biasanya merupakan organisme bioluminesen, yaitu
organisme yang dapat memancarkan cahaya sendiri. Karakteristik bioluminesen ini
merupakan adaptasi organisme terhadap lingkungannya yang gelap dan tidak
tertembus cahaya. Hewan-hewan yang hidup di zona ini biasanya merupakan
Cumi-cumi raksasa dan jenis yang lebih kecil, Gurita Dumbo, dan ikan-ikan laut
dalam dengan bentuk dan karakteristik yang sama sekali berbeda dengan ikan di
zona fotik, termasuk berbagai jenis Lantern Fish / ikan lentera dan Hagfish.
Paus yang diketahui hidup di zona ini biasanya merupakan Paus Sperma atau Sperm
Whale yang mengkonsumsi cumi-cumi raksasa.
Dengan minimnya pasokan energi karena tidak adanya cahaya, kebanyakan hewan
disini bergantung dari detritus atau sisa-sisa organisme yang jatuh dari zona
atas, yang biasa disebut sebagai salju laut atau marine snow. Yang lainnya
hidup sebagai predator.
d)
Mintakat abisopelagik
Mintakat ini memiliki kedalaman lebih dari 2000 m. Mintakat ini meluas ke
bagian-bagian terjeluk dari samudra atau disebut mintakat palung. Wilayah ini
merupakan wilayak yang tidak ada cahaya sama sekali, suhu dingin, dan tekanan
air tinggi. Mintakat ini merupakan lingkungan hidup atau habitat yang paling
sederhana. Di perairan abisal ini cahaya yang dihasilkan adalah dari
hewan-hewan yang hidup di mintakat ini atau bioluminesensi atau biopendar
cahaya. Di mintakat ini tidak terjadi fotosintesis dan tumbuh-tumbuhan yang
hidup sangat sedikit atau tidak ada sama sekali. Perubahan-perubahan suhu,
salinitas, dan kondisi-kondisi serupa tidak terjadi atau kalaupun ada dapat
diabaikan dilihat dari segi ekologik.
Kandungan karbondioksida (CO2) dalam air tinggi sehingga kapur
(CaCO3) mudah terlarut dalam air. Hal ini ditunjukkan olah
pembentukan cangkang dan kerangka kapur lemah di mintakat ini. tekanan air di
mintakat abisopelagik ini sangat tinggi sehingga hewan yang hidup di daerah ini
mengalami perubahan-perubahan morfologik dan fisiologik. Seperti lebih besarnya
gelembung renang pada ikan agar dapat mengambang di kolom air seperti yang
dikehendaki. Gelembung renang tersebut terperas oleh tekanan sehingga
sedikit ruang untuk gas, akibatnya ikan sedikit lebih ringan daripada berat air
di sekitarnya karena susah untuk mengapung. Untuk dapat mengapung, gelembung renang
tersebut harus dikembangkan. Rendahnya suhu juga memperlambat berbagai reaksi
kimiawi dan perubahan gejala-gejala fisiologik lain. (Dias Natasasmita, 2011)
Sumber
makanan organisme di daerah ini adalah sebagian berasal dari lapisan atas yang
berupa bangkai atau sisa-sisa berbagai biota laut yang mati dan tenggelam ke
dasar laut.
3.
BERDASARKAN INTENSITAS CAHAYA
Berdasarkan intensitas cahayanya, ekosistem laut
dibedakan menjadi 3 bagian :
1.
Daerah Fotik ; merupakan
daerah laut yang dapat ditembus cahaya matahari, kedalaman maksimum 200 m.
Daerah fotik ini merupakan daerah produktivitas primer di laut.
2.
Daerah Twilight ; daerahnya
remang-remang, tidak efektif untuk kegiatan fotosintesis, kedalaman antara 200
– 2000 m.
Gambar 3. Contoh Hewan
yang hidup di daerah Twilight (Sumber: http://.daerahtwilight.ac.id
3.
Daerah Afotik ; daerah yang
tidak tembus cahaya matahari. Jadi gelap sepanjang masa.
Gambar 4. Kehidupan
pada daerah Afotik (Sumber:
http://.daerahafotik.ac.id(Handi,
2007)
4.
LINGKUNGAN
BENTIK
Selain lingkungan neritik, pembagian lingkungan laut juga dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan dasar perairan atau bentiknya. Di zona pelagis biota yang biasa
hidup adalah ikan, cumi-cumi, dan makhluk perenang lainnya. Pada zona bentik,
biota yang hidup merupakan benthos atau biota yang hidup di dasar perairan
seperti jenis-jenis bivalvia, arthropoda, echinodermata, hewan-hewan karang,
coelenterata, dan spon. Dominasi biota penghuninya adalah filter feeder, yang
berarti biota mendapatkan makanan dengan cara menyaring air atau sedimen
melalui organ makannya. Karena sifat dan karakteristiknya yang merupakan filter
feeder maka biota yang hidup di lingkungan bentik atau benthos sangat
bergantung pada sedimen yang terdapat di dasar laut.
Zonasi Lingkungan Laut berdasarkan lingkungan bentik dapat dikelompokkan
menjadi beberapa zona yang memiliki karakteristik biota dan sedimen yang
berbeda-beda.
5. LAUT BERDASARKAN ZONASI KEDALAMANNYA
Adapun berdasarkan kedalamannya, laut dapat dibedakan dalam zona-zona
tertentu. Zonasi kedalaman laut dapat dibedakan sebagai berikut :
1.
Zona Litoral
Zona litoral, yaitu bagian dari
perairan laut yang paling dekat dengan pantai. Zona ini juga merupakan wilayah
perairan laut yang terletak antara garis pasang dan garis surut. Pada saat
surut wilayah ini kering atau menjadi daratan, sedangkanpada saat pasang akan terendam
air laut. Lebarnya yaitu antara batas air tertinggi pada saat pasang dan batas
air terendah pada saat surut. Pada wilayah ini hidup beberapa jenis binatang
yang bukan ikan, seperti : Kura-kura dan Kepiting. (Yohandi, 2007)
Dalam oseanografi dan biologi laut,
zona litoral memanjang hingga ke tepian continental shelf. Dari letaknya, zona
litoral dapat dibagi menjadi 3 sub-zona :
a)
Zona Supralitoral
Zona supralitoral atau disebut juga
sebagai zona supratidal adalah area yang berada diatas batas pasang secara
reguler terkena atau terciprat oleh air laut namun tidak tenggelam dalam air.
Air laut hanya menggenangi wilayah ini pada saat pasang tinggi pada saat badai.
Organisme yang hidup di zona
supralitoral harus menghadapi kondisi tertentu, seperti terekspos dengan udara,
air tawar dari hujan, hawa panas dan dingin, serta predasi dari hewan darat dan
burung laut. Bagian atas dari supralittoral biasa dihuni oleh dark lichen yang
terlihat sebagai kerak pada batuan. Beberapa Neritidae dan Isopod yang memakan
detritus menghuni supralittoral bagian bawah.
b)
Zona Eulittorial / Intertidal
Zona Eulitorrial biasa disebut sebagai zona intertidal adalah zona littoral
yang secara reguler terkena pasang surut air laut, tingginya adalah dari pasang
tertinggi hingga pasang terendah. Didalam wilayah intertidal terbentuk
banyak tebing-tebing, cerukan, dan gua, yang merupakan habitat yang sangat
mengakomodasi organisme sedimenter. Morfologi di zona intertidal ini
mencakup tebing berbatu, pantai pasir, dan tanah basah / wetlands.
Organisme yang terdapat pada zona intertidal ini telah beradaptasi terhadap
lingkungan yang ekstrem. Pasokan air secara reguler tercukupi dari pasang-surut
air laut, namun air yang didapat bervariasi dari air salin dari laut, air tawar
dari hujan, hingga garam kering yang tertinggal dari inundasi pasang surut,
membuat biota yang berada di zona ini harus beradaptasi dengan kondisi
salinitas yang variatif. Suhu di zona intertidal bervariasi, dari suhu yang
panas menyengat saat wilayah terekspos sinar matahari langsung, hingga suhu
yang amat rendah saat iklim dingin. Zona intertidal memiliki kekayaan nutrien
yang tinggi dari laut yang dibawa oleh ombak.
Biota yang berada di zona intertidal memiliki mekanisme adaptasi khusus
yang memungkinkan mereka untuk hidup. Contohnya siput Litorina yang akan terus
berada dalam cangkangnya yang tertutup rapat apabila air surut, melindunginya
dari panas ekstrim dan mencegah penguapan berlebih. Adaptasi morfologis pada
beberapa spesies dapat dilihat dari beberapa jenis mollusca seperti teritip
limpet dan polyplacophora memiliki cangkang hidrodinamik.
Lingkungan ekologis yang terlihat di zona intertidal adalah lingkungan
ekosistem mangrove yang didominasi oleh vegetasi mangrove. Vegetasi mangrove
memiliki tingkat adaptasi yang sangat tinggi terhadap keadaan yang ekstrim di
wilayah intertidal.
Pada bagian bawah wilayah intertidal terdapat subzona yang hampir permanen
terendam oleh air dan kondisi lingkungannya tidak seekstrim subzona diatasnya
yang biasa disebut sebagai Lower Littoral. Pada subzona lower littoral
terjangan ombak tidak besar dan juga tidak terjadi perubahan suhu yang sangat
ekstrem karena jarang sekali zona ini terekspos langsung oleh sinar matahari.
Pada subzona ini dapat ditemukan berbagai jenis biota seperti abalon, anemon,
rumput laut coklat, teritip, chiton, kepiting, alga hijau, hidroid, isopoda,
mussel, sculpin, timun laut, lettuce laut, palem laut, bintang laut, bulu babi,
udang, siput laut, spon, cacing tuba, dan sebagainya.
Biota pada wilayah ini dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, selain
karena keadaan lingkungannya yang cukup stabil, juga karena wilayah ini terjaga
dari predator seperti ikan karena ketinggian airnya yang cukup dangkal, dan
vegetasi perairan dapat melakukan fotosintesis dengan efektif karena mendapat
banyak sinar matahari. Hewan karang / koral lebih banyak hidup pada zona
sublittorial dibanding pada zona intertidal.
c)
Zona Sublittoral
Zona sublittoral merupakan bagian terdalam dari zona littoral, dimana dalam
zona ini dasar perairan tergenang air secara permanen, dan biasanya memanjang
hingga ujung continental shelf, pada kedalaman 200 meter.
Ada beberapa
subzonasi pada zona sublittorial yaitu zona infralittoral dimana alga
mendominasi kehidupan dibawah batas kedalaman zonasi dan zona sirkalitoral
dibawah infralitoral didominasi oleh hewan-hewan sessile seperti
tiram-tiraman. Bagian yang lebih dangkal dari zona sublittoral yang tidak
jauh dari pantai terkadang diistilahkan sebagai zona subtidal.
2.
Zona Neritik (wilayah Laut dangkal)
Zona neritik yaitu wilayah perairan laut yang memiliki kedalaman kurang
dari 200 m. Di wilayah ini sinar matahari masih dapat menembus sebagian dasar
laut. Oleh karena itu, bagian ini merupakan tempat yang paling kaya ikan dan
tumbuh-tumbuhan.
3.
Zona Bathyal (wilayah Laut Dalam)
Zona bathyal merupakan zona perairan remang-remang, biasanya dengan
kedalaman antara 200 – 1000 meter. Kedalaman 200 meter dikatakan sebagai batas
antara landasa konntinen dan samudera.
Biota yang hidup pada bagian bentik zona bathyal antara lain spon,
brachiopod, bintang laut, echinoid, dan populasi pemakan sedimen lainnya yang
terdapat pada bagian sedimen terrigenous. Biasanya biota yang hidup di zona ini
memiliki metabolisme yang lamban karena kebutuhan konservasi energi pada
lingkungan yang minim nutrisi.
Kecuali pada laut yang sangat dalam zona bathyal memanjang hingga ke zona
bentik pada dasar laut yang merupakan bagian dari continental slope yang berada
di kedalaman 1000 hingga 4000 meter.
4.
Zona Abisal
Zona ini dinamakan juga wilayah laut sangat dalam. Zona abisal mempunyai
kedalaman lebih dari 1800 meter. Oleh karena itu, wilayah ini merupakan wilayah
yang gelap, karena sinar matahari tidak mampu lagi menembus dasar laut. Tekanan
air di zona ini sekitar 0,25 ton per cm3 dengan suhu air sangat
rendah bahkan sampai melampaui titik beku air. Di zona ini sudah tidak ada lagi
tumbuhan dan jumlah hewan sangat terbatas.
Zona abisal
meluas dari pinggir paparan benua hingga ke bagian dasar laut terdalam dari
samudera. Kebanyakan lingkungan abisal ini menyerupai bahan lumpur. Dasar
samudera biasanya terdiri dari endapan kapur terutama kerangka foraminifera,
endapan silica, terutama kerangka diatom dan lempung merah dasar laut yang
lebih dalam dengan tekanan yang tinggi sehingga membuat zat-zat lain mudah
sekali larut. Zona abisal ini 82 % berkedalaman dari 2000 m sampai 6000 m
dengan suhu yang relative stabi antara 40C hingga 1,20C.
5.
Zona hadal
Zona hadal merupakan
zona laut terdalam lebih dari kedalaman 6000 meter. Zona ini termasuk kedalam
zona afotik (aphotic zone) karena
merupakan daerah laut dalam yang tidak terdapat cahaya karena cahaya matahari tidak
dapat menembus pada daerah tersebut. Substrat yang ada biasanya berupa kalsium
karbonat dan sisa-sisa zat renik atau organisme yang telah mati tenggelam
sampai ke dasar. Salinitas air dalam zona ini (salinitas = 34-35 ppt) tetap
mirip dengan salinitas khas abyssal dan tidak terpengaruh oleh tekanan.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi bagaimana tedapat hal tersebut karena
adanya hewan-hewan mati yang berada pada daerah atasnya mati dan mengendap di
dasar dari daerah hadal tersebut sehingga banyak ditemukan zat-zat kapur
atau mineral-mineral yang dikandung organisme yang mati tersebut dapat
terendapkan.
Karakteristik
lain dari zona hadal adalah mempunyai sumber panas bumi alami bernama
corong hidrotermal (hidrotermal vents). Hal ini pulalah yang membuat mengapa
terdapat organisme tertentu dapat hidup dalam lingkungan ekstrim dapat
dikatakan begitu karena dengan kondisi minim oksigen, tekanan yang tinggi dan
cahaya yang hampir tidak ada. Ada penurunan umum dalam kelimpahan dan biomassa
organisme dengan meningkatnya kedalaman. Meskipun demikian sampling dalam zona
Hadal telah mengungkapkan beragam organisme metazoan terutama fauna
bentik seperti ikan, holothurians, polychaetes, kerang, isopoda, actinians,
amphipods dan gastropoda. Kekayaan zona ini diperkirakan berasal dari
dataran abyssal, juga dan menurun dengan meningkatnya kedalaman, meskipun peran
relatif peningkatan tekanan versus berkorelasi lingkungan lainnya tetap belum
terpecahkan. Mereka kebanyakan mendapat makanan dari bantuan bakteri Chemosynthetic
yang menguraikan jasad-jasad dari biota yang mati pada lapisan diatasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad,
Hamid. 2005. Perairan Darat dan Laut.
Jilid 10 No. 57-59.
Tim MGMP Geografi DKI Jakarta, 1994. Geografi SMA Jilid 1, Regional Indonesia, Cet. 4. Kurikulum 1994.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sadali. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial-Geografi SMP/Mts Jilid 3, Cet. 1.
KTSP. Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara.
Yohandi. Handi. 2007. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta
Timur: Penerbit PT Perca.
Pengantar
Oseanografi : Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans, 2008
MANFAAT
LAUT BAGI MANUSIA
1.
PENDAHULUAN
Wilayah laut Indonesia
mencakup 12 mil laut ke arah luar garis pantai, selain itu Indonesia memiliki
wilayah yuridiksi nasional yang meliputi Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sejauh
200 mil dan landas kontinen sampai sejauh 350 mil dari garis pantai (Gambar 1).
Gambar
1. Wilayah laut
Indonesia (sumber: Kadin Batam, 2004)
Lautan
Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus selalu disyukuri
dengan cara mengelolanya secara bijaksana untuk kesejahteraan seluruh bangsa.
Beberapa alasan pentingnya pembangunan laut, antara lain :
1.
Indonesia
memiliki sumberdaya alam laut yang besar baik ditinjau dari kuantitas maupun
keanekaragaman hasilnya.
2.
Sumberdaya
laut merupakan sumberdaya yang dapat dipulihkan (sebagian besarnya), artinya
bahwa ikan ataupun sumberdaya laut lainnya dapat dimanfaatkan, namun harus
memperhatikan kelestariannya.
3.
Pusat
pertumbuhan ekonomi, dengan proses globalisasi perdagangan di abad 21 ini, akan
terbuka peluang untuk bersaing memasarkan produk-produk kelautan dalam
perdagangan Internasional.
4.
Sumber
protein hewani, sumberdaya ikan mengandung protein yang tinggi khususnya untuk
asam amino tak jenuh, atau biasa dikenal dengan kandungan Omega-3 yang sangat
bermanfaat bagi tubuh manusia.
5.
Penghasil
devisa negara, udang dan beberapa jenis ikan ekonomis penting seperti ikan
tuna, cakalang ataupun lobster, saat ini merupakan komoditi ekspor yang
menghasilkan devisa negara. Terlebih lagi dengan hasil penting di sektor
pertambangan minyak dan gas lepas pantai.
6.
Memperluas
lapangan kerja, dengan semakin sempitnya lahan pertanian di areal daratan, dan
semakin tingginya persaingan tenaga kerja di bidang industri, maka salah satu
alternatif dalam penyediaan lapangan pekerjaan adalah di sektor perikanan.
Apalagi dengan adanya otonomi daerah maka daerah-daerah yang memiliki potensi
di bidang perikanan yang cukup besar akan berlomba untuk mengembangkan potensi
perikanan laut yang ada, sehingga akan membuka peluang yang sangat besar bagi
penyedia lapangan pekerjaan yang sangat dibutuhkan oleh Bangsa Indonesia
sekarang ini.
7.
Wilayah
pesisir sebagai pusat pengembangan IPTEK dan industri kelautan, serta sebagai
zona strategis untuk pusat pengembangan jalur transportasi utama antar pulau
maupun menuju daerah-daerah di pedalaman. (Imam Basuki, Edward Sembiring, Dewi
Safitriani, Desmawati Simanjuntak, 2009).
2.
POTENSI SUMBERDAYA KELAUTAN
1.
Potensi Fisik
Potensi wilayah pesisir dan lautan Indonesia
dipandang dari segi fisik, terdiri dari Perairan Nusantara seluas 2.8 juta km2,
Laut Teritorial seluas 0.3 juta km2. Perairan Nasional seluas 3,1
juta km2, Luas Daratan sekitar 1,9 juta km2, Luas Wilayah
Nasional 5,0 juta km2, luas ZEE (Exlusive Economic Zone) sekitar 3,0
juta km2, panjang garis pantai lebih dari 81.000 km dan jumlah pulau
lebih dari 18.000 pulau. (Prof.Dr. Ir.
H. Tridoyo Kusumastanto, MS, 2003).
2.
Potensi Pembangunan
Potensi Wilayah pesisir dan laut Indonesia dipandang
dari segi pembangunan adalah sebagai berikut:
a)
Sumberdaya yang dapat diperbaharui
seperti; perikanan (tangkap, budidaya, dan pascapanen), hutan mangrove, terumbu
karang, industri bioteknologi kelautan dan pulau-pulau kecil.
b)
Sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui
seperti; minyak bumi dan gas, bahan tambang dan mineral lainnya.
c)
Energi kelautan seperti; pasang-surut,
gelombang, angin, OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion).
d)
Jasa-jasa lingkungan seperti;
pariwisata, perhubungan dan kepelabuhanan serta penampung (penetralisir)
limbah. (Prof.Dr.Ir.H.Tridoyo
Kusumastanto, MS, 2003).
3.
Potensi Sumberdaya Pulih (Renewable
Resource)
Potensi wilayah pesisir dan lautan lndonesia
dipandang dari segi perikanan meliputi; perikanan laut (tuna/cakalang, udang,
demersal, pelagis kecil, dan lainnya) sekitar 4.948.824 ton/tahun, dengan
taksiran nilai US$ 15.105.011.400, mariculture (rumput laut, ikan, dan
kerang-kerangan serta mutiara sebanyak 528.403 ton/tahun, dengan taksiran nilai
US$ 567.080.000, perairan umum 356.020 ton/tahun, dengan taksiran nilai US$
1.068.060.000, budidaya tambak 1.000.000 ton/tahun, dengan taksiran nilai US$
10.000.000.000, budidaya air tawar 1.039,100 ton/tahun, dengan taksiran nilai
US$ 5.195.500.000, dan potensi bioteknologi kelautan tiap tahun sebesar US$
40.000.000.000, secara total potensi sumberdaya perikanan Indonesia senilai US$
71.935.651.400 dan yang baru sempat digali sekitar US$ 17.620.302.800 atau 24,5
%. Potensi tersebut belum termasuk hutan mangrove, terumbu karang serta energi
terbarukan serta jasa seperti transportasi, pariwisata bahari yang memiliki
peluang besar untuk dikembangkan. (Prof.Dr.
Ir. H. Tridoyo Kusumastanto, MS, 2003).
4.
Potensi Sumberdaya Tidak Pulih (Non
Renewable Resource)
Pesisir dari Laut Indonesia memiliki cadangan minyak
dan gas, mineral dan bahan tambang yang besar. Dari hasil penelitian BPPT
(1998) dari 60 cekungan minyak yang terkandung dalam alam Indonesia, sekitar 70
persen atau sekitar 40 cekungan terdapat di laut. Dari 40 cekungan itu 10
cekungan telah diteliti secara intensif, 11 baru diteliti sebagian, sedangkan 29
belum terjamah. Diperkirakan ke-40 cekungan itu berpotensi menghasilkan 106,2
miliar barel setara minyak, namun baru 16,7 miliar barel yang diketahui dengan
pasti, 7,5 miliar barel di antaranya sudah dieksploitasi. Sedangkan sisanya
sebesar 89,5 miliar barel berupa kekayaan yang belum terjamah. Cadangan minyak
yang belum terjamah itu diperkirakan 57,3 miliar barel terkandung di lepas
pantai, yang lebih dari separuhnya atau sekitar 32,8 miliar barel terdapat di
laut dalam. Sementara itu untuk sumberdaya gas bumi, cadangan yang dimiliki
Indonesia sampai dengan tahun 1998 mencapai 136,5 Triliun Kaki Kubik (TKK).
Cadangan ini mengalami kenaikan bila dibandingkan tahun 1955 yang hanya sebesar
123,6 Triliun Kaki Kubik. Sedangkan potensi kekayaan tambang dasar laut seperti
aluminium, mangan, tembaga, zirconium, nikel, kobalt, biji besi non titanium,
vanadium, dan lain sebagainya yang sampai sekarang belum teridentifikasi dengan
baik sehingga diperlukan teknologi yang maju untuk mengembangkan potensi
tersebut. (Prof.Dr. Ir. H. Tridoyo
Kusumastanto, MS, 2003).
5.
Potensi Geopolitis
Indonesia memiliki posisi strategis, antar benua
yang menghubungkan negaranegara ekonomi maju, posisi geopolitis strategis
tersebut memberikan peluang Indonesia sebagai jalur ekonomi, misalnya beberapa
selat strategis jalur perekonomian dunia berada di wilayah NKRI yakni Selat
Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok, Selat Makasar dan Selat Ombai-Wetar. Potensi
geopolitis ini dapat digunakan Indonesia sebagai kekuatan Indonesia dalam
percaturan politik dan ekonomi antar bangsa. (Prof.Dr. Ir. H. Tridoyo Kusumastanto, MS, 2003).
6.
Potensi Sumberdaya Manusia
Potensi wilayah pesisir dan lautan Indonesia
dipandang dari segi SDM adalah sekitar 60 % penduduk Indonesia bermukim di
wilayah pesisir, sehingga pusat kegiatan perekonomian seperti: perdagangan,
perikanan tangkap, perikanan budidaya, pertambangan, transportasi laut, dan
pariwisata bahari. Potensi penduduk yang berada menyebar di pulau-pulau
merupakan aset yang strategis untuk peningkatan aktivitas ekonomi antar pulau
sekaligus pertahanan keamanan negara. (Prof.Dr.
Ir. H. Tridoyo Kusumastanto, MS, 2003).
3.
MANFAAT LAUT SECARA UMUM
Sejak dahulu lautan
telah memberi manfaat kepada manusia untuk dipergunakan sebagai suatu sarana
untuk bepergian, perniagaan dan perhubungan dari satu tempat ke tempat lain.
Akhir-akhir ini diketahui bahwa lautan banyak mengandung sumber-sumber alam
yang berlimpah-limpah jumlahnya dan bernilai berjuta-juta dolar.
Pada saat ini
kebanyakan dari sumber-sumber alam tersebut sebagian besar masih belum dikelola
dan mereka akan menjadi begitu penting artinya dimasa yang akan datang
mengingat masih terus meningkatnya jumlah penduduk di dunia dan makin meningkat
pula kebutuhan mereka untuk dapat hidup yang lebih layak. (Sahala Hutabarat dan
Stewart M.Evans, 2008).
Lautan mengandung
sumber-sumber mineral yang jumlahnya berlimpah-limpah. Air laut sendiri banyak
mengandung zat-zat yang terlarut didalamnya yang merupakan sumber dari
beberapa zat kimia penting dan ini adalah salah satu sumber alam yang pertama
kali dikelola oleh manusia. Berabad-abad yang lalu manusia telah menemukan
suatu cara untuk mendapatkan garam dengan jalan menguapkan air laut dengan
pertolongan sinar matahari. Sampai sekarang proses ini masih terus dipakai
sebagai dasar komersil pada banyak tempat di dunia. Beberapa metode telah
dikembangkan dalam mengelola lautan, sehingga pada waktu ini dapat dilakukan
pengekstrakan bermacam-macam zat kimia dari air laut. Sodium klorida (NaCl),
adalah ekstrak yang paling besar yang biasanya dipergunakan pada
perusahaan-perusahaan kimia dalam memproduksi klorida dan sodium hidroksida.
Magnesium dan bromin adalah bahan lain yang terdapat dalam air laut yang
mempunyai nilai ekonomi penting. (Sahala Hutabarat dan Stewart M.Evans, 2008).
Lautan juga kaya akan
deposit mineral-mineral dan beberapa diantaranya terdapay di perairan yang
dangkal yang berbatasan dengan daratan. Sebagai contoh, pasir, kerikil, dan
karang yang umum dipakai sebagai bahan industri bangunan banyak terdapat di
daerah pantai akibat diangkut dan disebarkan dari lautan. Beberapa mineral yang
sebenarnya berasal dan dibentuk di daratan kemudian tenggelam di laut sebagai
suatu hasil dari perubahan permukaan air laut yang terjadi secara terus
menerus. Proses semacam ini terjadi pada bahan mineral cassiterite yang
mengandung tin (timah) yang diangkut
dari daratan ke arah lepas pantai di banyak tempat di Indonesia.
Mineral-mineral ini diendapkan di aliran sungai ketika zaman Pleistocene dimana
pada waktu itu permukaan air laut masih rendah. Endapan-endapan ini sekarang
sebagian telah tergenang oleh air laut. Meskipun demikian, pada beberapa tempat
di sungai-sungai tua di dasar laut tanda-tanda dari bekas pusat distribusi
cassiterite masih dapat dilihat di dalamnya. (Sahala Hutabarat dan Stewart
M.Evans, 2008).
Sumber alam paling
penting yang ditemukan dari lautan pada zaman modern ini adalah sejumlah besar
hidrokarbon atau disebut juga sebagai petroleum atau gas di bawah permukaan
dasar laut. Perairan Asia Tenggara kaya akan cadangan minyak dimana
diperkirakan hampir 45% sumber alam yang tersedia didaerah ini berasal dari
lapangan minyak lepas pantai. Eksplorasi besar-besaran terhadap hidrokarbon
telah dilakukan di beberapa tempat perairan Asia Tenggara sejak tahun 1963 yang
disusul kemudian dengan serentetan penemuan-penemuan ladang minyak.
Lapangan-lapangan minyak lepas pantai yang berhasil ini sampai sekarang masih
tersebar pada area-area yang terbatas diperairan yang relatif dangkal. Sedikit
diragukan bahwa penemuan-penemuan minyak selanjutnya akan dapat ditemukan dari
perairan yang dalam. Akan tetapi pengeboran minyak dari tempat ini sudah tentu
memerlukan peralatan dan teknik yang lebih sulit, sehingga ditinjau dari segi
ekonomis hal ini akan kurang menguntungkan. (Sahala Hutabarat dan Stewart
M.Evans, 2008).
Lautan dalam merupakan
suatu tempat bagi sumber-sumber mineral yang lain. Sebagai contoh, mangan nodule
adalah jenis mineral laut dalam yang masih belum dikelola. Nodule-nodule ini terdiri dari cincin-cincin oksida dan hidroksida
dari logam besi dan mangan yang terdapat di sekitar pusat lingkaran dari sebuah
inti. Mereka ini mempunyai bermacam-macam ukuran diameter rmulai dari beberapa
mikron sampai yang mempunyai berat berton-ton. Bahan metal lainnya yang perlu
dicatat adalah tembaga dan nikel dan juga sejumlah kecil kobalt yang telah
bergabung kedalam mangan nodule. Gabungan ini kemudian berubah menjadi zat yang
lebih berharga jika dibandingkan dengan mangan dan besi. Hal ini yang membuat
mereka menjadi potensi ekonomi penting. (Sahala Hutabarat dan Stewart M.Evans,
2008).
Lautan juga sudah
dipergunakan sebagai suatu sumber pembangkit tenaga listrik di beberapa tempat
di dunia. Tenaga ini diperoleh dari gerakan air pasang. Arus yang berasal dari
air pasang dibiarkan mengalir masuk kedalam suatu dam penampung dan aliran ini
mengakibatkan suatu gerakan lambat yang kemudian dapat menggerakan mesin turbin
yang akan menghasilkan tenaga listrik. Akan tetapi tenaga pembangkit listrik
semacam ini hanya dapat mempunyai arti ekonomi di daerah-daerah yang mempunyai
perbedaan air pasang (yaitu perbedaan antara air pasang tinggi dan air pasang
rendah) yang besar. Paling tidak mempunyai perbedaan sebesar 5 meter. Hal ini
hanya dapat dijumpai pada beberapa daerah Asia Tenggara aliran air yang berasal
dari danau-danau air tawar telah digunakan sebagai pusat pembangkit tenaga
listrik dengan menggunakan prinsip yang sama. (Sahala Hutabarat dan Stewart
M.Evans, 2008).
4.
SUMBER-SUMBER
BIOLOGI, PERIKANAN DAN BUDIDAYA
Lautan yang berbatasan dengan daratan biasanya
mempunyai sumber perikanan berpotensi tinggi. Dari jumlah seluruh daerah
lautan, hanya 8% saja yang merupakan daerah dangkal continental shelf dan hampir
seluruh produksi ikan dunia berasal dari daerah ini. Daerah-daerah upwelling dimana airnya kaya akan
nutriean merupakan suatu daerah yang penting. Mereka ini hanya meliputi 0,1%
bagian saja dari jumlah seluruh lautan, tetapi menghasilkan sekitar 25% dari
jumlah tangkapan ikan per tahun dunia. Di Indonesia sudah dijumpai adanya upwelling dan darah-daerah pantai
mempunyai persediaan ikan yang banyak dan industri perikanan yang sangat
penting. Diperkirakan bahwa 67% protein hewani yang dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia berasal dari ikan. Ini kira-kira berjumlah 1,7 juta ton atau sama
dengan 11,7 kg perorang/tahun. Pendapatan devisa negara yang berasal dari
sektor perikanan juga sangat mengesankan. Ekspor produksi perikanan melompat
dari jumlah yang tidak berarti sebelum tahun 1969 menjadi 193 juta US dolar pada
tahun 1978. Ini berarti menghasilkan sekitar 1,7% dari devisa yang diterima
oleh negara.
Di dalam melengkapi
kebutuhan-kebutuhan yang telah disebut di atas ini, produksi perikanan yang
berasal dari laut akan menjadi begitu penting artinya di masa akan datang.
Produksi ikan secara keseluruhan (nasional) juga telah ditambah dari sektor
budidaya dan tambak. Pemeliharaan ikan bandeng dan udang telah meningkat
sebesar lebihkurang dua setengah kali diantara tahun 1968 dan tahun 1978.
(Sahala Hutabarat dan Stewart M.Evans, 2008).
5.
SUMBER
DAYA LAUT
Sumber daya laut dapat
berupa endapan mineral dan organisme laut. Endapan mineral laut yang sangat
mudah dimanfaatkan adalah garam-garam mineral. Air laut yang kaya akan
garam-garam mineral khususnya NaCl dapat diambil dengan cara penguapan air laut
pada tambak-tambak garam seperti di Pulau Madura dan Pesisir Pantai Utara Jawa
Tengah.
Endapan-endapan lain
yang dapat dimanfaatkan diantaranya adalah sedimen pasir laut. Sedimen pasir
laut merupakan sumber daya alam yang cukup ekonomis seperti yang telah
dieksploitasi di perairan Riau. Endapan mineral dari sedimen pasir laut yang
cukup ekonomis yaitu pasir besi banyak terdapat di daerah pesisir Pantai
Selatan Jawa mulai dari Purworejo Jawa Tengah sampai pesisir Pantai Selatan
Tasikmalaya (Cipatujah) Jawa Barat. Selain itu, banyak cekungan minyak bumi
yang terdapat di lepas pantai. Sumber daya laut di atas dapat digolongkan
sumber daya non hayati.
Adapun sumber daya
hayati di laut merupakan kekayaan yang sangat berharga. Bila dapat dijaga
kelestariannya, sumber ini dapat memberi nilai ekonomis dalam jangka waktu yang
panjang karena termasuk sumber daya yang dapat diperbaharui. Sumber daya hayati
laut antara lain adalah ikan dan hewan laut, lumut laut, dan terumbu karang yang
bisa menjadi taman laut sebagai tempat wisata. (Handi Yohandi, 2007)
a.
Manfaat Laut (termasuk
pantai dan pesisir) Bagi Manusia Berdasarkan Ekosistemnya
1.
Ekosistem Mangrove
Kawasan mangrove memiliki produktifitas
yang tinggi, antara lain :
a.
Kayunya
dapat dipakai sebagai kayu bakar karena nilai kalorinya yang tinggi. Selain
itu, kayu dari beberapa jenis tumbuhan mangrove dapat digunakan sebagai bahan
bangunan ataupun konstruksi kayu ;
b.
Kulit
kayu merupakan sumber tanin yang
digunakan untuk proses penyamakan kulit, bahan baku pembuatan lem dan pewarna,
serta pengawet jala penangkap ikan ;
c.
Daun
dapat dimanfaatkan sebgai makanan ternak. Berbagai jenis daun dapat digunakan
sebagai bahan baku obat bahkan ada juga yang mengkonsumsinya sebagai pengganti
teh dan tembakau ;
d.
Sumber
madu ;
e.
Buah-buahan
yang dapat dikonsumsi ;
f.
Akar-akarnya
yang kuat efektif untuk menahan kecepatan arus dan mengurangi abrasi pantai ;
g.
Tempat
mencari makan dan berlindung dari bermacam-macam spesies ikan dan hewan air
lainnya. (Hamid Muhammad, 2005)
Hutan mangrove suatu ekosistem yang unik dan
mempunyai 3 (tiga) fungsi pokok, yakni :
1.
Fungsi fisik, menjaga garis pantai agar tetap
stabil, melindungi pantai dari gempuran ombak dan abrasi, menjadi wilayah
penyangga terhadap rembesan air laut (intrusi) dan sebagai filter pencemaran
yang masuk ke laut.
2.
Fungsi biologis, sebagai daerah asuhan dan tempat
pemijahan (nursery ground dan spawning ground) bagi ikan, udang,
kepiting, kerang dan biota perairan lainnya (nursery ground), tempat
persinggahan burungburung yang bermigrasi serta tempat habitat alami berbagai
jenis biota flora (anggrek) dan fauna lainnya.
3.
Fungsi ekonomis, sebagai sumber bahan bakar (arang dan
kayu bakar), bahan bangunan (balok, atap rumah dan tikar), perikanan,
pertanian, tekstil (serat sintetis), makanan, obat-obatan, minuman (alkohol),
bahan mentah kertas, bahan pembuat kapal (gading-gading) dan lainnya. (Eni Kamal, 2006).
Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung
kehidupan yang penting di wilayah pantai. Selain berfungsi ekologis sebagai
penyedia nutrien bagi biota perairan, hutan mangrove juga sebagai : tempat
berkembang-biaknya berbagai macam biota pantai, penahan abrasi dan amukan
gelombang badai dan tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi air laut. Hutan
mangrove juga mempunyai fungsi ekonomis penting seperti penyedia kayu bakar,
dan daun-daunan sebagai bahan baku obat (Kodoatie dkk., 2004).
Kemampuan mangrove untuk mengembangkan wilayahnya ke
arah laut merupakan salah satu peran penting mangrove dalam pembentukan lahan
baru. Akar mangrove mampu mengikat dan menstabilkan substrat lumpur, pohonnya
mengurangi energi gelombang dan memperlambat arus, sementara vegetasi secara
keseluruhan dapat memerangkap sedimen. (Davies and Claridge, 1993; Othman,
1994).
Pantai merupakan kawasan produktif yang dapat
dioptimalisasikan dalam berbagai peruntukan termasuk usaha-usaha komersial,
industri, perkapalan, rekreasi, kehutanan, drainase, pengontrolan banjir,
perikanan tangkap, budidaya dll. Pendayagunaan kawasan pantai yang tidak terkontrol
akan menimbulkan perubahan-perubahan dalam ekosistem yang selanjutnya dapat
merusak sumber daya alam yang terkandung didalamnya. (Nurul Huda, 2008).
2.
Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang memiliki manfaat
yang tinggi, antara lain :
a.
Bahan makanan
berupa ikan, udang, kerang, rumput laut dan sebagainya hidup pada ekosistem ini
;
b.
Bahan
obat-obatan ;
c.
Bahan
budidaya ;
d.
Rekreasi
/ sebagai wisata bahari ;
e.
Penghalang
pesisir sehingga mencegah terjadinya erosi pesisir, sehingga manusia dapat
hidup di daerah pesisir ;
f.
Sebagai
bahan bangunan ;
g.
Industri
perikanan laut yang meliputi perikanan tangkap dan perairan budidaya dengan
potensi ekonomi yang belum tergali demikian besar. (Hamid Muhammad, 2005).
Terumbu karang juga dapat dimanfaatkan sebagai
tempat pariwisata bahari dan tempat menangkap ikan bagi para nelayan. Terumbu
karang juga dapat dieksploitasi untuk bahan bangunan, cenderamata, bahan
obat-obatan, bahan kosmetik dan hiasan akuarium (Welly, 2001), akan tetapi
dengan ditemukannya teknologi tranplantasi karang, alangkah baiknya eksploitasi
dan pemanfaatan karang untuk keperluan manusia dan ilmu pengetahuan, serta
industri adalah dengan memanfaatkan karang–karang yang sudah dibudidayakan
melalui teknik tranplantasi karang dan ini tentunya tidak memberikan dampak
terhadap kerusakan ekosistem terumbu karang. (Eni
Kamal, 2006).
3.
Manfaat Laut Berupa Hasil Laut
Dari
laut itu sendiri banyak manfaat yang bisa diambil oleh manusia, diantaranya :
a.
Dari
sektor perikanan, baik untuk konsumsi atau untuk dipasarkan
b.
Pengolahan
rumput laut yang bernilai ekonomi tinggi
c.
Pengendapan
mineral laut seperti NaCl
d.
Pengendapan
sedimen pasir laut menjadi pasir besi
e.
Kandungan
minyak bumi di lepas pantai (Nurul Huda,
2008).
DAFTAR
PUSTAKA
Muhammad, Hamid. 2005. Ilmu Pengetahuan Sosial-Geografi. Jakarta: Direktorat Pendidikan
Lanjutan Pertama, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen
Pendidikan Nasional.
Eni Kamal, 2006. Potensi
Dan Pelestarian Sumberdaya Pesisir : Hutan Mangrove Dan Terumbu Karang Di
Sumatera Barat. Jurnal
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 1. Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan
Pesisir Universitas Bung Hatta
Padang.
Tridoyo Kusumastanto, 2003. Pemberdayaan Sumberdaya
Kelautan, Perikanan dan Perhubungan Laut dalam Abad XXI. Pusat
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor.
Hutabarat, Sahala dan Stewart M.Evans. 2008. Pengantar Oseangrafi. Jakarta: UI Press.
Imam
Basuki, Edward Sembiring, Dewi Safitriani, Desmawati Simanjuntak, 2009.
Sumberdaya
Laut Indonesia Dan Pengelolaannya.
Nurul Huda, 2008. Strategi Kebijakan Pengelolaan Mangrove Berkelanjutan Di Wilayah Pesisir
Kabupaten Tanjung Jabung Timur Jambi. Tesis. Semarang: Program
Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar