A. Pengertian batuan sedimen
Hasil
pelapukan dan pengikisan permukaan bumi merupakan bahan utama sedimen. Sedimen
berasal dari bahasa latin sedimentum yang
berarti pengendapan. Batuan sedimen tersingkap paling banyak di daratan di
bandingkan batuan lainnya. Batuan beku dan metamorf, sebesar 75 persen luas
daratan, walaupun di perkirakan hanya 5 persen volume bagian terluar bumi.
Meskipun kelihatannya kecil, namun batuan sedimen sangat penting dalam geologi,
karena di dalamnya terekam sejarah peristiwa-peistiwa geologi di masa lampau.
Batuan
sedimen merupakan batuan yang terbentuk dari sedimen yang di endapkan di darat
maupun di dalam air dan setelah mengalami proses geologi menjadi batuan
sedimen. Batuan sedimen termasuk dalam batuan sekunder karena mateoal pembentuknya
merupakan hasil dari aktivitas kimia dan mekanik denudasi terhadap batuan yang
sudah ada. Diendapkan dari lutan atau suspensi dalam air atau udara pada suhu
dan tekanan normal. Endapannya adalah hasil rombakan dan hancuran batuan kerak
bumi, terdiri dari fragmen batuan, mineral dan berbagai material lainnya,
ditransport oleh angin atau air dan di endapkan di lekukan-lekukan di darat
maupun di laut. Material yang terbawa dalam suspense mengendap karena kecepatan
medium transporasinya tertahan atau kondisi fisiknya berubah dan material dalam
larutan terendapakan karena perubahan kondisi kimia atau fisika medium, atau
secara tidak langsung oleh aktivitas binatang dan tumbuhan.
Sedimen
tidak hanya bersumber dari darat saja tetapi dapat juga dari yang terakumulasi
di tepi-tepi cekungan yang melengser kebawah akibat gaya gravitasi. Meskipun
secara teoritis dibawah permukaan air tidak terjadi erosi, namun masih ada
energy air, gelombang dan arus bawah permukaan yang mengikis terumbu-terumbu
karang di laut dan hasil kikisannya terendapkan di sekitarnya. Material sedimen
dapat beripa :
1. Fragmen
dan mineral-mineral dari batuan yang sudah ada. Misalnya kerikil di sungai,
pasir di pantai dan lumpur di laut atau di danau.
2. Material
organik, seperti terumbu koral di laut, sisa-sisa cangkang organism air dan
vegetasi di rawa-rawa.
3. Hasil
penguapan dan proses kimia seperti garam di danau payau dankalsim karbonat di
aut dangkal.
B. Proses sedimentasi
Batuan
yang berasal dari hasil rombakan berbagai jenis batuan adalah batuan sedimen.
Batuan sedimen ini terbentuk dengan proses pertama tentunya adalah pecahnya
atau terabrasinya batuan sumber yang kemudian hasil pecahannya tertransportasi
dan mengendap di suatu area tertentu. Proses-proses tersebut telah lazim
disebut sebagai proses-proses sedimentasi. Proses sedimentasi pada batuan
sedimen klastik terdiri dari 2 proses, yakni proses sedimentasi secara mekanik
dan proses sedimentasi secara kimiawi.
v Proses sedimentasi mekanik
Proses
sedimentasi secara mekanik merupakan proses dimana butir-butir sedimen
tertransportasi hingga diendapkan di suatu tempat. Proses ini dipengaruhi oleh
banyak hal dari luar. Transportasi butir-butir sedimen dapat dipengaruhi oleh
air, gravitasi, angin, dan es. Dalam cairan, terdapat dua macam aliran, yakni
laminar (yang tidak menghasilkan transportasi butir-butir sedimen) dan
turbulent (yang menghasilkan transportasi dan pengendapan butir-butir sedimen).
Arus turbulen ini membuat partikel atau butiran-butiran sedimen mengendap
secara suspensi, sehingga butiran-butiran yang diendapkan merupakan butiran
sedimen berbutir halus (pasir hingga lempung). Proses sedimentasi yang
dipengaruhi oleh gravitasi dibagi menjadi 4, yakni yang dipengaruhi oleh arus
turbidit, grain flows, aliran sedimen cair, dan debris flows.
1.
Arus
turbiditi dipengaruhi oleh aliran air dan juga gravitasi. Ciri utama pengendpan
oleh arus ini adalah butiran lebih kasar akan berada di bagian bawah
pengendapan dan semakin halus ke bagian atas pengendapan.
2.
Grain
flows biasanya terjadi saat sedimen yang memiliki kemas dan sorting yang sangat
baik jatuh pada slope di bawah gravitasi. Biasanya sedimennya membentuk reverse
grading.
3.
Liquified
sediment flows merupakan hasil dari proses liquefaction.
4.
sedangkan debris flows, volume sedimen
melebihi volume ar, dan menyebabka aliran dengan viskositas tinggi. Dengan
sedikit turbulens, sorting dari partikel mengecil dan akhirnya menghasilkan
endapan dengan sorting buruk.
v Proses sedimentasi kimiawi
Proses
sedimentasi secara kimiawi terjadi saat pori-pori yang berisi fluida menembus
atau mengisi pori-pori batuan. Hal ini juga berhubungan dnegan reaksi mineral
pada batuan tersebut terhadap cairan yang masuk tersebut. Berikut ini merupakan
beberapa proses kimiawi dari diagenesis batuan sedimen klastik:
a.
Dissolution
(pelarutan), mineral melarut dan membentuk porositas sekunder.
b.
Cementation
(sementasi), pengendpan mineral yang merupakan semen dari batuan, semen
tersebut diendapkan pada saat proses primer maupun sekunder.
c.
Authigenesis,
munulnya mineral baru yang tumbuh pada pori-pori batuan
d.
Recrystallization,
perubahan struktur kristal, namun kompsisi mineralnya tetap sama. Mineral yang
biasa terkristalisasi adalah kalsit.
e.
Replacement,
melarutnya satu mineral yang kemudian terdapat mineral lain yang terbentuk dan
menggantikan mineral tersebut
f.
Compaction
(kompaksi)
g.
Bioturbation
(bioturbasi), proses sedimentasi oleh hewan (makhluk hidup)
Dalam
proses sedimentasi itu sendiri terdapat yang disebut dengan diagenesis. Diagenesis
memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut,:
Ø Eoldiagenesis
Tahap
ini merupakan tahap awal dari pengendapan sedimen. Dimana terjadi pembebanan,
yang menyebabkan adanya kompaksi pada tiap lapisan sedimennya. Pada tahap ini
proses kompaksi mendominasi
Ø Mesodiagenesis = earlydiagenesis
Ø Latelydiagenesis
tahap mesogenesis ini terjadi setelah melewati tahap eoldiagenesis. Pada tahap ini, kompaksi yang sangat kuat disertai dnegan proses burial, menyebabkan kenaikan suhu dan tekanan yang memicu terjadinya dissolution. Pada tahap ini proses yang mendominasi adalah proses dissolution (pelarutan). Sampai dengan proses ini, dikategorikan sebagai earlydiagenesis. Apabila setelah proses pelarutan, masih terjadi burial, maka akan terjadi sementasi di sekitar butiran-butiran sedimen. (inilah yang disebut dnegan latelydigenesis). Apabila kompaksi terus berlanjut, hingga pada suhu 150 derajat celcius.. Proses diagenesis akan berhenti dan digantikan menjadi proses metamorfisme.
tahap mesogenesis ini terjadi setelah melewati tahap eoldiagenesis. Pada tahap ini, kompaksi yang sangat kuat disertai dnegan proses burial, menyebabkan kenaikan suhu dan tekanan yang memicu terjadinya dissolution. Pada tahap ini proses yang mendominasi adalah proses dissolution (pelarutan). Sampai dengan proses ini, dikategorikan sebagai earlydiagenesis. Apabila setelah proses pelarutan, masih terjadi burial, maka akan terjadi sementasi di sekitar butiran-butiran sedimen. (inilah yang disebut dnegan latelydigenesis). Apabila kompaksi terus berlanjut, hingga pada suhu 150 derajat celcius.. Proses diagenesis akan berhenti dan digantikan menjadi proses metamorfisme.
Ø Telodiagenesis
sedangkan jika setelah tahapan mesodiagenesis terjadi pengangkatan, dalam proses pengangkatan ini, keberadaan berbagai jenis air (air meteorik, air tanah, dll) mempengaruhi susunan komposisi kimia batuan, sehingga memungkinkan terjadinya authigenesis (pengisian mineral baru).
sedangkan jika setelah tahapan mesodiagenesis terjadi pengangkatan, dalam proses pengangkatan ini, keberadaan berbagai jenis air (air meteorik, air tanah, dll) mempengaruhi susunan komposisi kimia batuan, sehingga memungkinkan terjadinya authigenesis (pengisian mineral baru).
C. Macam-Macam Batuan Sedimen
1.
Batuan
sedimen kalstik
Batuan sedimen
klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali
detritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku,
metamorf dan sedimen itu sendiri. Batuan sedimen diendapkan dengan proses
mekanis, terbagi dalam dua golongan besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran
besar butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses
pengendapan baik yang terbentuk dilingkungan darat maupun dilingkungan laut.
Batuan yang ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung
dari ledakan gunungapi dan di endapkan disekitar gunung tersebut dan dapat juga
diendapkan dilingkungan sungai dan batuan batupasir bisa terjadi dilingkungan
laut, sungai dan danau. Semua batuan diatas tersebut termasuk ke dalam golongan
detritus kasar. Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan
lanau, serpih dan batua lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini
pada umumnya di endapkan di lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut
dalam.
Fragmentasi
batuan asal tersebut dimulai dari pelapukan mekanis maupun secara kimiawi,
kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan. Setelah
pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni, prosess- proses yang
berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah
litifikasi.
a.
Breksi
|
Breksi
memiliki butiran-butiran yang bersifat coarse yang terbentuk dari sementasi
fragmen-fragmen yang bersifat kasar dengan ukuran 2 hingga 256 milimeter. Fragmen-fragmen
ini bersifat runcing dan menyudut. Fragmen-fragmen dari Breksi biasanya
merupakan fragmen yang terkumpul pada bagian dasar lereng yang mengalami
sedimentasi, selain itu fragmen juga dapat berasal dari hasil longsoran yang
mengalami litifikasi. Komposisi dari breksi terdiri dari sejenis atau campuran
dari rijang, kuarsa, granit, kuarsit, batu gamping, dan lain-lain.
b.
Konglomerat
|
Konglomerat
hampir sama dengan breksi, yaitu memiliki ukuran butir 2-256 milimeter dan
terdiri atas sejenis atau campuran rijang, kuarsa, granit, dan lain-lain, hanya
saja fragmen yang menyusun batuan ini umumnya bulat atau agak membulat. Pada
konglomerat, terjadi proses transport pada material-material penyusunnya yang
mengakibatkan fragmen-fragmennya memiliki bentuk yang membulat.
c.
Standstone
(Batu Pasir)
|
Sandstone
atau batu pasir terbentuk dari sementasi dari butiran-butiran pasir yang
terbawa oleh aliran sungai, angin, dan ombak dan akhirnya terakumulasi pada
suatu tempat. Ukuran butiran dari batu pasir ini 1/16 hingga 2 milimeter.
Komposisi batuannya bervariasi, tersusun terutama dari kuarsa, feldspar atau
pecahan dari batuan, misalnya basalt, riolit, sabak, serta sedikit klorit dan
bijih besi. Batu pasir umumnya digolongkan menjadi tiga kriteria, yaitu Quartz
Sandstone, Arkose, dan Graywacke.
2.
Batuan
Sedimen Non-Klastik
a.
Limestone
(Batu Gamping)
|
Limestone atau
batu gamping adalah batuan sedimen yang memiliki komposisi mineral utama dari
kalsit (CaCO3). Teksturnya bervariasi antara rapat, afanitis, berbutir kasar,
kristalin atau oolit. Batu gamping dapat terbentuk baik karena hasil dari
proses organisme atau karena proses anorganik. Batu gamping dapat dibedakan
menjadi batu gamping terumbu, calcilutite, dan calcarenite.
b.
Coal (Batu Bara)
Coal atau batu bara adalah
batuan sedimen yang terbentuk dari kompaksi material yang berasal dari
tumbuhan, baik berupa akar, batang, maupun daun. Teksturnya amorf, berlapis,
dan tebal. Komposisinya berupa humus dan karbon. Warna biasanya coklat
kehitaman dan pecahannya bersifat prismatik.
Batu bara terbentuk pada
rawa-rawa pada daerah beriklim tropis yang airnya mengandung sedikit oksigen.
Bagian dari tumbuhan jatuh dan mengendap di dasar rawa semakin lama semakin
bertambah dan terakumulasi. Material tersebut lama-kelamaan terkubur oleh
material di atasnya sehingga tekanannya bertambah dan air keluar, dan kemudian
mengalami kompaksi menjadi batu-bara.
D. Hukum Superposisi
Hukum
superposisi (atau prinsip superposisi) adalah sebuah aksioma kunci berdasarkan
observasi sejarah alam yang merupakan prinsip dasar stratigrafi sedimen dan
ilmu geologi lain tergantung alam:"Lapisan sedimen yang diendapkan dalam
urutan waktu, dengan yang tertua di bagian bawah dan yang termuda di atas.
Pada
saat sedimen di endapkan, mengikuti hukum alam, maka material yang terberat
akan terendapakan telebih dahulu di bandingkan dengan yang lebih ringan, sesuai
dengan kecepatan atau medium pembawanya. Mekanisme dan kondisi lingkungan
pengenapan akan terekam dalam sedimen meskipun telah mengalami diagenesa
menjadi batuan sedimen.
Pada
pertengahan abad 17 Nicholaus Steno memperhatikan
bahwa sedimen akan terkumpul oleh proses pengendapan melalui suatu medium air
atau angin. Endapan ini akan membentuk lapisan-lapisan mendatar atau
horizontal, yang terendapkan terlebih dahulu berada di sebelah bawah yang
kemudian berada di atasnya. Berdasarkan pengamatannya ini, pada tahun 1669 ia
mencetuskan 3 prinsip dasar pengendapan yang lebih di kenal dengan Hukum steno
yaitu :
1.
Horizontalitas (Horizontality) : Kedudukan awal pengendapan suatu
lapisan batuan adalah horisontal, kecuali pada tepi cekungan memiliki sudut kemiringan
asli (initial-dip) karena dasar cekungannya yang memang menyudut.
2.
Superposisi (Superposition) : Dalam kondisi normal (belum
terganggu), perlapisan suatu batuan yang berada pada posisi paling bawah
merupakan batuan yang pertama terbentuk dan tertua dibandingkan dengan lapisan
batuan diatasnya.
3. Kesinambungan
Lateral (Lateral Continuity)
: Pelamparan suatu lapisan batuan akan menerus sepanjang jurus perlapisan
batuannya. Dengan kata lain bahwa apabila pelamparan suatu lapisan batuan
sepanjang jurus perlapisannya berbeda litologinya maka dikatakan bahwa
perlapisan batuan tersebut berubah facies. Dengan demikian, konsep perubahan
facies terjadi apabila dalam satu lapis batuan terdapat sifat, fisika, kimia,
dan biologi yang berbeda satu dengan lainnya