ASAS-ASAS
DAN KONSEP EKOLOGI
1.
Prinsip
Dasar Energi
Pada dasarnya energi didefinisikan
sebagai kemampuan untuk melakukan kerja.sebagaimana yang di jelaskan pada asas
1 ilmu ingkungan bahwa “Semua energi yang
memasuki jasad hidup, populasi atau ekosistem merupakan energi yang tersimpan
atau yang terlepaskan” Namun jika kita melihat cara kerja dari energi itu
sendiri ternyata Energi adalah bukan hanya yang bisa mengalir dan berpindah
tempat tetapi juga menjelaskan tentang perubahan ukuran besar serta arah.
Apabila benda bergerak lebih cepat maka benda tersebut memiliki energi kinetic
yang tinggi dan apabila objek dipisahkan dari tanah maka dikatakan memiliki
energi potensial yang lebih besar. Dalam pemindahan energi, sebagian menjadi
panas dan yang lainnya mengalir ke lingkungan sekitar. Karena energi berpindah
dari satu sistem ke sistem lain dengan pengaruh temperatur dan bila energi
potensial nuklir berpindah dan mampu memUtarkan turbin. Energi memiliki
sifat-sifat pemindahan energi seperti hukum kekekalan energi yang menyatakan “apabila system berpindah ke energy yang
lebih tinggi maka system lain energinya akan berpindah ke lebih rendah”.
Demikian juga dengan perubahannya, Perubahan apapun yang terjadi maka sebagian
akan berubah menjadi panas dan sisanya di alirkan ke lingkungan. Cara
penghitungannya adalah :
Efisiensi = energi yang dipindahkan x
100 Jumlah seluruh energi.
Pada kenyatannya energi yang dipancarkan
oleh matahari sangatlah besar namun yang sampai kebumi hanyalah seberapa kira-kira
2 kalori/cm kubik/menit. Tidak seluruh radiasi ini mampu mencapai bumi, sebagian
diserap oleh gas yang ada di atmosper. Sebagian radiasi yang ada di atmosper
tidak semua diserap gas udara ada yang terpencar ada juga yang diserap tanah.
Hal ini i sebabkan oleh bentuk bumi yang berupa bola juga mampu mempengaruhi
aliran energi maka tidak semua tempat pada permukaan disinari secara vertikal
ada sinar yang datangnya miring.
Energi radiasi matahari melalui proses
fotosintesis telah diubah menjadi energi kimia yang potensial bagi tumbuhan
hijau sebagai sumber energi di ekosistem itu. Energi yang terkandung dalam
tumbuh-tumbuhan itu menjadi sumber energi bagi makhluk hidup lain. Bahan-bahan
organik dalam tubuh jasad makhluk hidup itu mengalami proses-proses yang
mengubahnya menjadi enegri untuk tumbuh dan berkembang biak, menjalani metabolisme
dan menjadi energi yang terbuang. Terbuang dalam arti tidak dapat dimanfaatkan
untuk melakukan kerja. Energi yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh makhluk
hidup akan dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk panas untuk kemudian beradiasi
ke atmosfer.
Sesuai dengan hukum termodinamika maka “Energy hanya dapat berpindah dari satu
bentuk mennjadi benntuk lain tapi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan”.
Misalnya
cahaya, adalah salah satu bentuk energi; untuk itu dia dapat diubah menjadi
kerja, panas, atau energi potensial dari makanan. Tergantung pada keadaan,
tetapi tak pernah berkurang jumlahnya.
Sebagian dari energi cahaya yang menjadi energi panas dari tanah, menjadi energi kinetik dari pergerakan angin yang dapat melakukan pekerjaan memompa air. Energi tidak hilang dengan menaikkan air, tetapi menjadi energi potensial karena energi laten (tersimpan) dalam air yang menyebabkan air dapat dinaikkan dapat diubah menjadi beberapa tipe energi dengan membiarkan air jatuh kembali ke dalam sumur.
Sebagian dari energi cahaya yang menjadi energi panas dari tanah, menjadi energi kinetik dari pergerakan angin yang dapat melakukan pekerjaan memompa air. Energi tidak hilang dengan menaikkan air, tetapi menjadi energi potensial karena energi laten (tersimpan) dalam air yang menyebabkan air dapat dinaikkan dapat diubah menjadi beberapa tipe energi dengan membiarkan air jatuh kembali ke dalam sumur.
Tapi mengapa piramida makanan semakin keatas
semakin menyempit ? hal itu karena tidak semua energi yang disalurkann itu
tersalurkan semua, sebagian digunakan untuk dirinya bertahan hidup dan juga
tidak semua pemakan mampu memakan apa yang mereka makan.
Hasil buangan organisme beserta bagian
organisme yang telah mati masih memiliki energi potensial. Hal ini karena materi mengalir dari
mata rantai makanan yang satu ke mata rantai yang lain. Apabila makhluk mati,
tidak berarti aliran materi terhenti, melainkan makhluk yang mati menjadi
makanan makhluk lainnya. Untuk itu proses seperti ini
menimbulkan pertanyaan “Dapatkah energi ini kembali dimanfaatkan” ? jawabannya
BISA salah satu contohnya yaitu usaha gas bio dimana susunan utama gas ini
adalah gas metan yang sifatnya tidak berbau, berwarna, dan tidak berasa. Gas bio
ini memanfaatkan sisa organik yang terdapat pada kotoran sampah hewan maupun
manusia melalui beberapa proses.
Bio gas terbentuk bila bahan organic
dari kotoran sampah hewan maupun manusia direndam dalam air dan diletakkan
dalam ruangan yang kedap udara sehingga tercipta suatu keadaan anaerob yatu
tidak adanya udara, namun proses pembusukan ini dapat juga menggunakan suatu
wadah khusus agar dapat menciptakan gas metan yang bagus.
Jadi pada intinya energi tidak dapat di
kurangi dan tidak dapat di tambah melainkan energi hanya bisa berpindah dari
satu bentuk ke bentuk yang lain, hal ini karena tidak semua energi yang di
salurkan tersalurkan. Karena sebagian energi hanya di gunakan untuk bertahan
hidup dan sebagiannya terbuang. Terbuang dalam hal ini bukan berarti tidak
dapat dimanfaatkan untuk melakukan kerja. Energi yang tidak dapat dimanfaatkan
oleh tubuh makhluk hidup akan dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk panas untuk
kemudian beradiasi ke atmosfer. Sehingga energi itu akan tetap ada tanpa
berkurang dan bertambah.
2.
Lingkungan
Energi
Lingkungan energi adalah lingkungan dimana
organisme-organisme terendam dalam radiasi sinar matahari yang terus menerus
berubah dari permukaan-permukaan dii
sekitarnya. Hal tersebut merupakan penyumbang utama terhadap perubahan
iklim (tempratur, curah hujan). Komponen lain dari lingkungan energi, radiasi
panas, datang dari permukaan atau apa saja yang berada pada tempratur di atas
nol mutlak. Ini meliputi tidak saja tanah, air, dan vegetasi tetapi juga
awan-awan, yang menyumbangkan sejumlah nyata energi panas yang dipancarkan ke
bawah ekosistem.
Pada lapisan teratas atmosfer besarnya radiasi adalah kurang lebih 2
gcal/cm2/detik. Jumlah ini akan berkurang apabila melewati atmosfer, paling
banyak 67 % (1,34 gcal/cm2/detik) yang dapat mencapai permukaan bumi pada
tengah hari di musim panas.
Radiasi matahari pada lapisan atmosfer adalah konstan dibandingkan dengan:
a.
Radiasi matahari yang mencapai permukaan laut pada
hari yang cerah.
b.
Sinar matahari yang menembus mendung sempurna.
c.
Cahaya yang menembus vegetasi
Jadi, radiasi matahari semakin berkurang dan terjadi
perubahan spektrum energi bilamana ia melewati awan, air dan vegetasi.
Absorbsi di dalam atmosfer secara luas mengurangi
cahaya nampak dan secara tidak beraturan mengurangi radiasi inframerah. Cahaya
nampak tersebut sedikit berkurang ketika melewati awan yang tebal dan air, yang
berarti bahwa fotosintesis dapat diteruskan pada hari yang berawan dan pada
beberapa kedalaman air yang jernih. Vegetasi menyerap gelombang panjang cahaya
nampak yang berwarna biru dan merah serta infra merah secara lemah.
Pada daerah perbukitan atau daerah pegunungan di
belahan bumi utara, permukaan lereng di bagian selatan menerima radiasi lebih
besar dan lereng bagian selatan lebih kecil dari pada yang diperoleh di
permukaan datar; hal ini menyebabkan perbedaan dalam iklim setempat dan
vegetasi.
Energi memiliki kualitas maupun kuantitas. Jumlah yang
sama dari bentuk-bentuk energi yang berbeda bervariasi besar di dalam potensi
kerjanya. Kualitas energi diukur dengan energi yang digunakan di dalam
transformasi atau lebih spesifik dengan jumlah dari satu tipe energi yang
diperlukan untuk membangun bentuk energi yang lain di dalam rantai transformasi
energi seperti rantai makanan atau rantai konversi energi pembangkit tenaga
listrik. Apabila kualitas yang dikonversi ke dalam bentuk-bentuk baru menurun,
kualitas dari bagian yang dikonversi itu ditingkatkan secara proporsional pada
tiap-tiap tahap. Dengan kata lain, apabila kuantitas menurun maka kualitas akan
meningkat. Suatu faktor kualitas dapat didefinisikan sebagai jumlah kalori
sinar matahari yang perlu digunakan untuk memproduksi satu kalori dari bentuk
kualitas yang lebih tinggi (misalnya makanan atau kayu). Struktur kimia sumber
energi menentukan kualitasnya sebagai sumber makanan bagi konsumer. Apakah
energi potensial di dalam suatu komponen tersedia bagi konsumer, tergantung
pada nilai kualitas sumber sebagai makanan.
3. Produktivitas
Produktivitas merupakan laju
pemasukan dan penyimpanan energi di dalam ekosistem. Produktivitas dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu:
1.
Produktivitas
primer adalah pengubahan energi cahaya oleh produsen atau autotrof.
Produktivitas primer merupakan laju penambatan energi yang dilakukan oleh
produsen. Produktivitas primer dibedakan atas produktivitas primer kasar
(bruto) yang merupakan hasil asimilasi total, dan produktivitas primer bersih
(neto) yang merupakan penyimpanan energi di dalam jaringan tubuh tumbuhan.
Produktivitas primer bersih ini juga adalah produktivitas kasar dikurangi dengan
energi yang digunakan untuk respirasi.
2.
Produktivitas
sekunder adalah penggunaan energi pada hewan dan mikroba (heterotrof).
Produktivitas sekunder merupakan laju penambatan energi yang dilakukan oleh
konsumen. Pada produktivitas sekunder ini tidak dibedakan atas produktivitas
kasar dan bersih. Produktivitas sekunder pada dasamya adalah asimilasi pada
aras atau tingkatan konsumen.
Dalam sebuah ekosistem, produktivitas primer menunjukkan simpanan energi kimia yang tersedia bagi
konsumen. Pada sebagian besar produsen primer, produktivitas primer bersih
dapat mencapai 50% – 90% dari produktivitas primer kotor. Produktivitas primer
dapat dinyatakan dalam energi persatuan luas persatuan waktu (J/m2/tahun),
atau sebagai biomassa (berat kering organik) vegetasi yang ditambahkan ke
ekosistem persatuan luasan per satuan waktu (g/m2/tahun).
Namun demikian, produktivitas primer suatu
ekosistem hendaknya tidak dikelirukan dengan total biomassa dari autotrof
fotosintetik yang terdapat pada suatu waktu tertentu, yang disebut biomassa
tanaman tegakan (standing crop biomass). Produktivitas primer menunjukkan
laju di mana organisme-organisme mensintesis biomassa baru.
Meskipun sebuah hutan memiliki biomassa tanaman tegakan yang sangat besar,
produktivitas primernya mungkin sesungguhnya kurang dari produktivitas primer
beberapa padang rumput yang tidak mengakumulasi vegetasi (Campbell et al.,
2002).
Karena produktivitas merupakan
laju penambahan materi organik baru, maka satuan yang digunakan adalah:
a.
satuan energi (kkal) atau satuan biomasa(gram)
b.
satuan luas (persegi)
c.
satuan waktu (hari, minggu, bulan, tahun)
contoh satuan produktivitas :
gram/m²/hari.
Dalam kajian ekologi tumbuhan
yang dibahas hanya produktivitas primer.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi primer:
a.
Proses
Fotosintesis
Dalam proses ini hanya sebagian kecil energi cahaya yang dimanfaatkan.
Diperkirakan dari sejumlah energi cahaya yang sampai pada tumbuhan, hanya 1-5%
dapat diubah menjadi energi kimia. Pemanfaatan energi cahaya untuk membentuk
karbohidrat dalam fotosintesis meliputi beberapa proses kimia yang sangat
kompleks termasuk dengan biokalalisatornya yang berupa enzim. Secara sederhana
reaksi fotosintesis dapat dituliskan sebagai berikut.
6CO2 + 6H2O + energy radiasi →
6C6H12O6 + O2
a
b c d e
a.
dari udara atau hasil respirasi
b.
dari tanah
c.
diabsorpsi oleh pigmen dalam dalam daun (klorofil)
d.
gula dalam sel tumbuhan
e.
dilepas keudara atau dipakai dalam respirasi
Gula yang di hasilkan dalam fotosintesis mempunyai berbagai kemungkinan
yaitu, dimanfaatkan kembali dalam proses respirasi untuk menghasilkan ATP;
dikonversi menjadi bentuk senyawa organik lain; dan dikombinasi dengan gugus
tertentu menjadi asam amino dan selanjutnya diubah menjadi protein.
b.
Proses
Respirasi
Pada kondisi optimum kecepatan
fotosintesis dapat mencapai 30 kali dari
respirasi terutama pada tempat terendah cahaya matahari. Umumnya karbohidrat
yang digunakan antara 10-75% tergantung jenis dan usia tumbuhan.
c.
Faktor
Lingkungan
Faktor lingkungan
ada 2 yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal meliputi
struktur dan komposisi komunitas, jenis dan usia tumbuhan, serta peneduhan. Adapun faktor lain yang mempengaruhi produktivitas primer yaitu faktor eksternal seperti ; cahaya, karbohidrat, air,
nutrisi, suhu, dan tanah.
1)
Cahaya
Cahaya
merupakan sumber energi primer bagi ekosistem. Cahaya memiliki peran yang
sangat vital dalam produktivitas primer. Oleh karena hanya dengan energi cahaya
tumbuhan dan fitoplankton dapat menggerakkan mesin fotosintesis dalam tubuhnya.
Hal ini berarti bahwa wilayah yang menerima lebih banyak dan lebih lama
penyinaran cahaya matahari tahunan akan memiliki kesempatan berfotosintesis
yang lebih panjang sehingga mendukung peningkatan produktivitas primer.
2)
Karbondioksida
Karbondioksida
diambil secara pasif dan dipengaruhi terutama oleh kadar karbondioksida yang
ada diluar dan dalam tumbuhan.
3)
Air
Jumlah air yang tidak memadai
menghambat semua proses metabolisme termasuk fotosintesis karena stomata
tertutup dan tumbuhan menjadi layu. Air merupakan bahan dasar dalam
proses fotosintesis, sehingga ketersediaan air merupakan faktor pembatas terhadap
aktivitas fotosintetik.
4) Nutrisi
Nutrien untuk sejumlah klorofil dan enzim yang berperan aktif dalam proses
fotosintesis. Produktivitas dapat menurun
bahkan berhenti jika suatu nutrien spesifik atau nutrien tunggal tidak lagi
terdapat dalam jumlah yang mencukupi.
4)
Suhu
Secara langsung suhu berperan
dalam mengontrol reaksi enzimatik dalam proses fotosintetis, sehingga tingginya
suhu dapat meningkatkan laju maksimum fotosintesis. Sedangkan secara tidak
langsung, misalnya suhu berperan dalam membentuk stratifikasi kolom perairan
yang akibatnya dapat mempengaruhi distribusi vertikal fitoplankton.
5)
Tanah
Tanah merupakan tempat
sebagian besar tumbuhan untuk hidup terutama tumbuhan darat. Di dalam tanah
mengandung berbagai macam zatatau senyawa yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Salah
satunya kandungan hidrogen.
Beberapa cara penentuan
produktivitas primer adalah sebagai berikut :
1.
Metode penuaian
Cara ini di tentukan
berdasarkan berat pertumbuhan dari tumbuhan. Dapat dinyatakan secara langsung
berat keringnya atau kalori yang terkandung, tetapi keduanya dinyatakan dalam
luas dan priode waktu tertentu. Metode ini mengukur produktivitas primer
bersih.
Metode ini merupakan metode
paling awal dalam mengukur produktivitas primer. Caranya adalah dengan memotong
bagian tanaman yang berada diatas permukaan tanah, baik pada tumbuhan yang
tumbuh di tanah maupun yang didalam air. Bagian yang di potong selanjutnya
dipanaskan sampai seluruh airnya hilang atau beratnya konstan. Materi tersebut
ditimbang, dan prodiktivitas primer di nyatakan dalam biomassa per unit area
per unit waktu, misalnya sebagai gram berat kering/ m2 /tahun.metode
ini menunjukkan perubahan berat kering selama priode waktu tertentu.
Metode penuian tidak cocok untuk mengukur produktivitas primer fitoplankton, karena ada
beberapa kesalahan misalnya perubahan biomasa yang terjadi tidak hanya
diakibatkan oleh produktivitas tetapi juga berkurangnya fitoplankton oleh hewan
– hewan pada tropik diatasnya, atau mungkin jumlah fitoplankton berubah
karena gerakan air dan pengadukan.
Metode penuaian ini sangat
sederhana, meskipun memiliki potensi – potensi kesalahan- kesalahan : sistim
akar harus termasuk dalam perhitungan, dan adanya hewan herbivora.
2.
Metode penentuan oksigen
Metode ini sangat cocok dalam
menentukan produktivitas primer ekosistem perairan, dengan fitoplankton sebagai
produsennya. Dua contoh air yang mengandung ganggang di ambil pada kedalaman
yang relatif sama.
Satu contoh di simpan di dalam
botol bening dan satunya lagi pada botol yang di cat hitam. Kandungan oksigen
dari kedua botol tadi sebelumnya ditentukan, kemudian di simpan dalam air yang
sesuai dengan kedalaman dan tempat pengambilan air tadi. Kedua botol tadi di
biarkan selama satu sampai 12 jam. Selama itu akan terjadi perubahan kandungan
oksigen di kedua botol tadi. Pada botol yang hitam terjadi proses respirasi yang menggunakan oksigen,
sedangkan pada botol yang bening akan terjadi baik fotosintesis maupun
respirasi. Diasumsikan respirasi pada kedua botol relatif sama. Dengan demikian produktivitas pada ganggang dapat di tentukan.
Metode – metode ini memiliki
kelemahan – kelemahan, yaitu hanya dapat di lakukan pada produsen mikro dan
asumsi respirasi pada kedua botol tadi sama adalah kurang tepat.
3.
Metode pengukuran karbondioksida
Metode ini cocok untuk
tumbuhan darat dan dapat di pakai pada suatu organ daun, seluruh bagian
tumbuhan dan bahkan satu komunitas tumbuhan.
Ada dua tehnik atau metode
utama yaitu :
Metode ruang
tertutup
Metode ini biasanya di gunakan untuk
sebagian atau seluruh tumbuhan kecil(herba,perdu pendek). Dua contoh di pilih
dan di usahakan satu sama lainnya relatif sama. Satu contoh di simpan dalam
kontainer bening dan satunya lagi di simpan dalam kontainer gelap(tertutup lapisan
hitam). Udara dibiarkan keluar- masuk pada keedua kontainer melalui pipa yang
sudah di atur sedenikian rupa dan mempergunakan pengisapan udara dengan
kecepatan aliran udara tertentu. Konsentrasi karbondioksida yang masuk dan
keluar kontainer di pantau.
Dengan cara ini karbondioksida yang
di pakai dalam fotosintesis dapat dihitung, yaitu sama dengan jumlah yang di
hasilkan dalam kontainerr gelap di tambah dengan jumlah yang di pakai dalam
kontainer bening /terang. Dalam kontainer gelap terdapat produksi
karbondioksida sebagai hasil respirasi,dan pada kontainer bening karbondioksida
di pakai dalam proses fotosintesis daan juga adanya produksi akibat adanya
respirasi. Metode ini juga memiliki kelemahan seperti pada metode dengan
penentuan oksigen dan meningkatnya suhu dalam kontainer (seperti rumah
kaca)sehingga mempengaruhi proses fotosintesis dan respirasi.
Metode
aerodinamika
Metode ini
maksudnya menutupi kelemahan – kelemahan pada metode ruang tertutup.
Karbondiaksida yang diukur diambil dari sensor yang di pasang pada tabung tegak
dalam komunitas, dan satunya lagi di pasang lebih tinggi dari tumbuhan.
Perubahan konsentrasi karbondioksida di atas dan didalam komunitas dapat di
pakai sebagai indikasi dari produktivitas. Pada malam hari konsentrasi karbondioksida
akan meningkat akibat terjadi respirasi, sedangkan pada siang hari konsentrasi
akan menurun akibat proses fotosintesis. Perbandingan konsentrasi ini merupakan
indikasi berapa banyak karbon dioksida yang di manfaatkan dalam fotosintesis.
4. Metode kesamaan
Dalam ekosistem air,kesamaan akan
berpengaruh terhadap kelarutan karbondioksida.perubahan kesamaan dapat dipakai
sebagai indeks dari produktivitas.
Metode ini mempunyai potensi
kesalahan,sepeti kandungan nutrisi mempunyai pengaruh juga terhadap kesamaan
air.
5. Kehilangan
material dasar
Produktivitas dapat ditentukan
berdasarkan laju kehilangan material seperti nitrat dan posfat.metoda ini
menentukan produktivitas primer bersih dari ekosistem.teknik ini sangat berguna
untik ekosistem perairan yang luas,sepertidanau dan lautan,tetapi haya berlaku
bagi daerahyang beriklim musim (terjadinya penumpukan selama musim dingin dan
dimanfaatkan pada musim semi).
6.
Metode radioaktif
Materi aktif yang dapat di
identifikasi radiasinya di masukkan dalam sistem. Misalnya karbon aktif (C14)
dapat di introduksi melalui suplai karbondioksida yang nantinya di asimilasikan
oleh tumbuhan dan di pantau untuk mendapatkan perkiraa produktivitas. Tehnik
ini sangat mahal dan memerlukan peralatan yang canggih, tetapi memiliki
kelebihan dari metode lainya, yaitu dapat di pakai dalam berbagai tipe
ekosistem tanpa melakukan penghancuran terhadap ekosistem.
7.
Metode penentuan klorofil
Konsentrasi klorofil dapat
ditentukan berdasarkan cara yang sederhana, yaitu dengan cara mengekstraksi
pigmen tumbuhan. Mula–mula dilakukan pencuplikan daun dengan ukuran tertentu.
Untuk sampling fitoplankton dilakukan dengan pengambilan sampel air dalam
volume tertentu. Organisme selain fitoplankton harus di pisahkan dari sampel.
Samel selanjutnya di saring dengan menggunakan filter khusus fitoplankton pada
pompa vakum dengan tekanan rendah. Filter yang mengandung klorofil dilarutkan
pada aseton 85% , kemudian dibiarkan semalam, dan selanjutnya di sentrifuse.
Supernatannya dibuang dan pelet yang mengandung klorofil di keringkan dan di
timbang beratnya. Berat klorofil di ukur dalam mg klorofil/unit area.
Pengukuran klorofil juga bisa di lakukan dengan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 665 nm. Bila rasio asimilasi, kadar klorofil, dan jumlah energi
cahaya di ketahui, maka produktivitas primer kotor dapat diketahui. Metode ini
dapat di terapkan pada berbagai tipe ekosistem.
Cara-cara di atas sangat
penting mengingat proses ini memiliki arti ekologi yang sangat nyata. Sebagian
besar pengukurannya di lakukan secara tidak langsung , berdasarkan pada :
jumlah substansi yang di hasilkan, atau jumlah matrial yang di pakai, atau
jumlah hasil sampingannya. Satu hal yang perlu di ingat bahwa proses
fotosintesis berada dalam keseimbangan dengan respirasi.
Produktivitas harus diukur
selama waktu yang tepat , karena terdapat perbedaan metabolisme selama siang
dan malam hari. Perbedaan metabolisme juga terjadi antar musim, oleh sebab itu
disarankan pengukuran energi ini dalam skala tahunan.