Minggu, 17 Agustus 2014
Kasmat.yusuf.Geo.10: TEKNIK KONSERVASI LAHAN TERASERING
Kasmat.yusuf.Geo.10: TEKNIK KONSERVASI LAHAN TERASERING: KONSERVASI DAN REKLAMASI LAHAN TEKNIK KONSERVASI LAHAN TERASERING oleh : Kasmat Yusuf 4...
TEKNIK KONSERVASI LAHAN TERASERING
KONSERVASI DAN REKLAMASI LAHAN
TEKNIK KONSERVASI
LAHAN
TERASERING
oleh :
Kasmat Yusuf
451 410 164
Geografi A/2010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2013
TEKNIK
KONSERVASI LAHAN
Secara garis besar,
teknik Konservasi lahan dibedakan menjadi dua, yaitu teknik konservasi mekanik
dan vegetatif (Arsyad, 2000). Konservasi tanah secara mekanik adalah semua
perlakuan fisik mekanis dan pembuatan bangunan yang ditujukan untuk mengurangi
aliran permukaan guna menekan erosi dan meningkatkan kemampuan tanah mendukung
usahatani secara berkelanjutan. Pada prinsipnya
Konservasi mekanik
dalam pengendalian erosi harus selalu diikuti oleh cara vegetatif, yaitu
penggunaan tumbuhan/tanaman dan sisa-sisa tanaman/tumbuhan (misalnya mulsa dan
pupuk hijau), serta penerapan pola tanam yang dapat menutup permukaan tanah
sepanjang tahun. Ketiga teknik konservasi tanah
secara vegetatif, mekanis dan kimia pada prinsipnya memiliki tujuan yang sama
yaitu mengendalikan laju erosi, namun efektifitas, persyaratan dan kelayakan
untuk diterapkan sangat berbeda. Oleh karena itu pemilihan teknik konservasi
yang tepat sangat diperlukan.
1.
Teknik Konservasi Tanah Secara Vegetatif
Teknik
vegetatif adalah suatu cara pengelolaan lahan miring dengan menggunakan tanaman
sebagai sarana konservasi tanah (Seloliman, 1997). Tanaman penutup tanah ini
selain untuk mencegah atau mengendalikan bahaya erosi juga dapat berfungsi
memperbaiki struktur tanah, menambahkan bahan organik tanah, mencegah proses
pencucian unsur hara dan mengurangi fluktuasi temperatur tanah.
Metode
vegetatif untuk konservasi tanah dan air termasuk antara lain:
a.
penanaman penutup lahan (cover crop),
berfungsi untuk menahan air hujan agar tidak langsung mengenai permukaan tanah,
menambah kesuburan tanah (sebagai pupuk hijau), mengurangi pengikisan tanah
oleh air dan mempertahankan tingkat produktivitas tanah (Seloliman, 1997).
b.
Penanaman rumput kegunaannya hampir sama
dengan penutup tanah, tetapi mempunyai manfaat lain, yakni sebagai pakan ternak
dan penguat terras. Cara penanamannya dapat secara rapat, barisan maupun
menurut kontur.
c.
Penggunaan sisa tanaman untuk konservasi
tanah dapat berbentuk mulsa atau pupuk hijau. Dengan mulsa maka daun atau
batang tumbuhan disebarkan di atas permukaan tanah, sedangkan dengan pupuk
hijau maka sisa-sisa tanaman tersebut dibenamkan ke dalam tanah (Arsyad, 1989).
Syarat-syarat dari tanaman penutup tanah, antara lain:
Syarat-syarat dari tanaman penutup tanah, antara lain:
1)
Dapat berkembang dan daunnya banyak.
2)
Tahan terhadap pangkasan.
3)
Mudah diperbanyak dengan menggunakan
biji.
4)
Mampu menekan tanaman pengganggu.
5)
Akarnya dapat mengikat tanah, bukan merupakan
saingan tanaman pokok.
6)
Tahan terhadap penyakit dan kekeringan.
7)
Tidak berduri dan bersulur yang
membelit.
Selain dengan
penanaman tanaman penutup tanah (cover crop), cara vegetatif lainnya adalah:
1.
Tanaman dengan lajur berselang-seling,
pada kelerengan 6 – 10 % dengan tujuan:
ü
Membagi lereng agar menjadi lebih
pendek.
ü
Dapat menghambat atau mengurangi laju
aliran permukaan.
ü
Menahan partikel-partikel tanah yang
terbawa oleh aliran permukaan.
Tipe-tipe
tanaman lajur berseling adalah :
·
Countur strip cropping, adalah penanaman
berselang berdasarkan garis kontur.
·
Field strip cropping, digunakan untuk
kelerengan yang tidak bergelombang dengan jalur dapat melewati garis kontur,
tetapi tanaman tidak melewati garis kontur.
·
Wind strip cropping, digunakan pada
lahan yang datar atau kelerengan yang tidak tajam dengan jalur tanaman tegak
lurus arah angin, sehingga kadang-kadang arah alur searah dengan kelerengan.
·
Buffer strip cropping, adalah lajur tanaman
yang diselingi dengan lajur rumput atau legume sebagai penyangga.
2.
Menanam secara kontur (Countur
planting), dilakukan pada kelerengan 15 – 18 % dengan tujuan untuk memperbesar
kesempatan meresapnya air sehingga run off berkurang.
3.
Pergiliran tanaman (crop rotation).
4.
Reboisasi atau penghijauan.
5.
Penanaman saluran pembuang dengan rumput
dengan tujuan untuk melindungi saluran pembuang agar tidak rusak.
2. Teknik Konservasi Lahan Secara Mekanik
Cara
mekanik adalah cara pengelolaan lahan tegalan (tanah darat) dengan menggunakan
sarana fisik seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi tanahnya.
Tujuannya untuk memperlambat aliran air di permukaan, mengurangi erosi serta
menampung dan mengalirkan aliran air permukaan (Seloliman, 1997).
Termasuk
dalam metode mekanik untuk konservasi tanah dan air di antaranya pengolahan
tanah.Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang
diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan
tanaman.Tujuan pokok pengolahan tanah adalah menyiapkan tempat tumbuh bibit,
menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman dan
memberantas gulma (Arsyad, 1989).
Konservasi
lahan secara teknis-mekanis merupakan usaha-usaha pengawetan tanah untuk
mengurangi banyaknya tanah yang hilang di daerah lahan pertanian dengan cara
mekanis tertentu. Sehubungan dengan usaha-usaha perbaikan tanah secara mekanik
yang ditempuh bertujuan untuk memperlambat aliran permukaan dan menampung serta
melanjutkan penyaluran aliran permukaan dengan daya pengikisan tanah yang tidak
merusak.
a. Pengolahan
tanah menurut kontur
Pengolahan tanah
menurut kontur adalah setiap jenis pengolahan tanah (pembajakan, pencangkulan,
pemerataan) mengikuti garis kontur sehingga terbentuk alur-alur dan jalur
tumpukan tanah yang searah kontur dan memotong lereng. Alur-alur tanah ini akan
menghambat aliran air di permukaan dan mencegah erosi sehingga dapat menunjang
konservasi di daerah kering. Keuntungan utama pengolahan tanah menurut kontur
adalah terbentuknya penghambat aliran permukaan yang memungkinkan penyerapan
air dan menghindari pengangkutan tanah.Oleh sebab itu, pada daerah beriklim
kering pengolahan tanah menurut kontur juga sangat efektif untuk konservasi
ini.
b.
Pembuatan terras
Pembuatan terras adalah
untuk mengubah permukaan tanah miring menjadi bertingkat-tingkat untuk
mengurangi kecepatan aliran permukaan dan menahan serta menampungnya agar lebih
banyak air yang meresap ke dalam tanah melalui proses infiltrasi (Sarief,
1986). Menurut Arsyad (1989), pembuatan terras berfungsi untuk mengurangi
panjang lereng dan menahan air sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran
permukaan dan memungkinkan penyerapan oleh tanah, dengan demikian erosi
berkurang. (Idjudin, A. Abas. 2011).
3. Teknik Konservasi Lahan Secara
Kimia
Kemantapan
struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menentukan tingkat
kepekaan tanah terhadap erosi. Yang dimaksud dengan cara kimia dalam usaha
pencegahan erosi, yaitu dengan pemanfaatan soil conditioner atau bahan-bahan
pemantap tanah dalam hal memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap
resisten terhadap erosi (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985).
Bahan
kimia sebagai soil conditioner mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap
stabilitas agregat tanah.Pengaruhnya berjangka panjang karena senyawa tersebut
tahan terhadap mikroba tanah.Permeabilitas tanah dipertinggi dan erosi berkurang.Bahan
tersebut juga memperbaiki pertumbuhan tanaman semusim pada tanah liat yang
berat (Arsyad, 1989).
Penggunaan
bahan-bahan pemantap tanah bagi lahan-lahan pertanian dan perkebunan yang baru
dibuka sesunggunya sangat diperlukan mengingat:
ü
Lahan-lahan bukaan baru kebanyakan masih
merupakan tanah-tanah virgin yang memerlukan banyak perlakuan agar dapat didayagunakan
dengan efektif.
ü
Pada waktu penyiapan lahan tersebut
telah banyak unsur-unsur hara yang terangkat.
ü
Pengerjaan lahan tersebut menjadi lahan
yang siap untuk kepentingan perkebunan, menyebabkan banyak terangkut atau
rusaknya bagian top soil, mengingat pekerjaannya menggunakan
peralatan-peralatan berat seperti traktor, bulldozer dan alat-alat berat
lainnya.
TEKNIK KONSERVASI
LAHAN TERASERING
Teras adalah bangunan konservasi
tanah dan air yang dibuat dengan penggalian dan pengurugan tanah, membentuk
bangunan utama berupa bidang olah, guludan, dan saluran air yang mengikuti
kontur serta dapat pula dilengkapi dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran
pembuangan air (SPA) dan terjunan air yang tegak lurus kontur. (Yuliarta et
al., 2002).
Sedangkan menurut Sukartaatmadja
(2004), teras adalah bangunan konservasi tanah dan air secara mekanis yang
dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan lereng
dengan jalan penggalian dan pengurugan tanah melintang lereng. Tujuan pembuatan
teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan (run off) dan
memperbesar peresapan air, sehingga kehilangan tanah berkurang.
Teras berfungsi mengurangi panjang
lereng dan menahan air, sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran
permukaan, dan memungkinkan penyerapan air oleh tanah. Dengan demikian erosi
berkurang. (Arsyad, 1989).
Menurut Yuliarta et al (2002),
manfaat teras adalah mengurangi kecepatan aliran permukaan sehingga daya kikis
terhadap tanah dan erosi diperkecil, memperbesar peresapan air ke dalam tanah
dan menampung dan mengendalikan kecepatan dan arah aliran permukaan menuju ke
tempat yang lebih rendah secara aman.
Terasering
adalah penanaman dengan membuat teras-teras yang dilakukan untuk mengurangi
panjang lereng dan menahan atau memperkecil aliran permukaan agar air dapat
meresap ke dalam tanah. Jenis terasering antara lain teras datar, teras
kredit,Teras Guludan, dan teras bangku
1. Teras
Datar
Teras datar atau teras sawah (level
terrace) adalah bangunan konservasi tanah berupa tanggul sejajar kontur,
dengan kelerengan lahan tidak lebih dari 3 % dilengkapi saluran di atas dan di
bawah tanggul (Yuliarta, 2002).
Menurut Arsyad (1989), teras datar
dibuat tepat menurut arah garis kontur dan pada tanah-tanah yang
permeabilitasnya cukup besar sehingga tidak terjadi penggenangan dan tidak
terjadi aliran air melalui tebing teras. Teras datar pada dasarnya berfungsi
menahan dan menyerap air, dan juga sangat efektif dalam konservasi air di
daerah beriklim agak kering pada lereng sekitar dua persen.
Dalam Sukartaatmadja (2004)
dijelaskan bahwa tujuan pembuatan teras datar adalah untuk memperbaiki
pengaliran air dan pembasahan tanah, yaitu dengan pembuatan selokan menurut
garis kontur. Tanah galian ditimbun di tepi luar sehingga air dapat tertahan
dan terkumpul. Di atas pematang sebaiknya ditanami tanaman penguat teras berupa
rumput makanan ternak. (Idjudin, A. Abas. 2011).
2. Teras Kredit
Teras
kredit merupakan salah satu dari metode teknik mekanik tipe terasering dalam
tindakan konservasi tanah dan air, yaitu berupa gundukan atau guludan tanah dan
selokan/saluran air di bagian atas guludannya. Guludan dan saluran dibuat
sejajar kontur, dengan tidak mengubah kelerengan permukaan tanah asli di antara
guludan/selokan (Mawardi. 2011).
Teras
kredit merupakan bangunan konservasi tanah berupa guludan tanah atau batu
sejajar kontur, bidang olah tidak diubah dari kelerengan tanah asli. Teras
kredit merupakan gabungan antara saluran dan guludan menjadi satu (Priyono, et
al., 2002).
Teras
kredit biasanya dibuat pada tempat dengan kemiringan lereng antara 3 sampai 10
persen, dengan cara membuat jalur tanaman penguat teras (lamtoro, kaliandra,
gamal) yang ditanam mengikuti kontur. Jarak antara larikan 5 sampai 12 meter.
Tanaman pada larikan teras berfungsi untuk menahan butir-butir tanah akibat
erosi dari sebelah atas larikan. Lama kelamaan permukaan tanah bagian atas akan
menurun, sedangkan bagian bawah yang mendekat dengan jalur tanaman akan semakin
tinggi. Proses ini berlangsung terus-menerus sehingga bidang olah menjadi datar
atau mendekati datar. (Sukartaatmadja, 2004).
3. Teras gulud
Teras
gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan saluran air di bagian
belakang gulud. Metode ini dikenal pula dengan istilah guludan bersaluran.
Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas guludan, saluran air, dan bidang
olah.
Fungsi dari teras gulud
hampir sama dengan teras bangku, yaitu untuk menahan laju aliran permukaan dan
meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah. Saluran air dibuat untuk
mengalirkan aliran permukaan dari bidang olah ke saluran pembuangan air. Untuk
meningkatkan efektivitas teras gulud dalam menanggulangi erosi dan aliran
permukaan, guludan diperkuat dengan tanaman penguat teras. Jenis tanaman yang
dapat digunakan sebagai penguat teras bangku juga dapat digunakan sebagai
tanaman penguat teras gulud. Sebagai kompensasi dari kehilangan luas bidang
olah, bidang teras gulud dapat pula ditanami dengan tanaman bernilai ekonomi (cash
crops), misalnya tanaman katuk dan cabai rawit. (Idjudin, A. Abas. 2011).
Gambar
1. Pembuatan teras Gulud
Sumber:
(Juknis Departemen Pertanian, 2007)
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan teras gulud: a) teras gulud cocok kemiringan 40-60% namun relatif kurang
efektif, dan b) pada tanah yang permeabilitasnya tinggi, guludan dapat dibuat
menurut arah kontur. Pada tanah yang permeabilitasnya rendah, guludan dibuat
miring terhadap kontur, tidak lebih dari 1% ke arah saluran pembuangan. Hal ini
ditujukan agar air yang tidak segera terinfiltrasi ke dalam tanah dapat
tersalurkan ke luar ladang dengan kecepatan rendah. (Idjudin, A. Abas.
2011).
4. Teras Bangku
Teras
bangku adalah bangunan teras yang dibuat sedemikian rupa sehingga bidang olah
miring ke belakang (reverse back slope) dan dilengkapi dengan bangunan
pelengkap lainnya untuk menampung dan mengalirkan air permukaan secara aman dan
terkendali. (Sukartaatmadja, 2004).
Teras
bangku adalah serangkaian dataran yang dibangun sepanjang kontur pada interval
yang sesuai. Bangunan ini dilengkapi dengan saluran pembuangan air (SPA) dan
ditanami dengan rumput untuk penguat teras. Jenis teras bangku ada yang miring
ke luar dan miring ke dalam (Priyono, et al., 2002)
Gambar
2. Teras Bangku
Sumber:
(Juknis Departemen Pertanian, 2007)
Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong
panjang lereng dan
terjadi
deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga. Pada usahatani lahan kering,
fungsi utama teras bangku
adalah:
ü
memperlambat aliran permukaan;
ü menampung
dan menyalurkan aliran
permukaan dengan kekuatan
yang
tidak sampai merusak;
ü meningkatkan laju infiltrasi; dan
ü
mempermudah pengolahan tanah.
Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olah datar, membentuk
sudut 00 dengan bidang
horizontal),
miring ke dalam/goler kampak
(bidang
olah miring beberapa derajat ke arah yang berlawanan dengan lereng asli), dan
miring ke luar (bidang olah
miring ke arah lereng asli).
Teras
biasanya dibangun di ekosistem lahan sawah tadah hujan, lahan tegalan, dan
berbagai sistem wanatani.
Gambar
3. Teras Bangku Datar
Sumber : (Juknis Departemen
Pertanian, 2007)
Teras bangku miring ke dalam (goler
kampak) dibangun pada tanah
yang permeabilitasnya
rendah,
dengan tujuan agar air yang tidak segera terinfiltrasi menggenangi bidang olah
dan tidak mengalir
ke luar melalui talud di bibir teras.
Gambar
4. Teras Bangku Miring Kedalam
Sumber : (Juknis Departemen
Pertanian, 2007)
Teras bangku miring ke luar diterapkan
di areal di mana aliran
permukaan dan infiltrasi
dikendalikan
secara bersamaan, misalnya di areal rawan longsor. Teras bangku goler kampak memerlukan biaya relatif
lebih mahal dibandingkan dengan teras bangku datar atau teras bangku miring ke
luar, karena memerlukan lebih banyak penggalian bidang olah. (Juknis
Departemen Pertanian, 2007).
Gambar
5. Teras bangku Miring Keluar
Sumber : (Juknis Departemen Pertanian,
2007)
Efektivitas teras bangku sebagai pengendali
erosi akan meningkat bila ditanami dengan tanaman penguat teras di bibir dan tampingan
teras. Rumput dan legum pohon merupakan tanaman yang baik untuk digunakan sebagai
penguat teras. Tanaman murbei sebagai tanaman penguat teras banyak ditanam di adakalanya
dapat diperkuat dengan batu yang disusun, khususnya pada tampingan. Model seperti
ini banyak diterapkan di kawasan yang berbatu.
Beberapa
hal yang perlu mendapat perhatian dalam pembuatan teras bangku adalah:
a)
Dapat diterapkan pada lahan dengan
kemiringan 10-40%, tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan >40% karena
bidang olah akan menjadi terlalu sempit,
b)
Tidak cocok pada tanah dangkal <40
cm),
c)
Tidak cocok pada lahan usaha pertanian
yang menggunakan mesin pertanian, d) tidak dianjurkan pada tanah dengan
kandungan aluminium dan besi tinggi, dan
d)
Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang
mudah longsor. (Idjudin, A. Abas. 2011).
5. Teras individu
Teras individu adalah
teras yang dibuat pada setiap individu tanaman, terutama tanaman tahunan. Jenis
teras ini biasa dibangun di areal perkebunan atau pertanaman buah buahan.
Teras individu dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng
antara 30 – 50 % yang direncanakan untuk areal penanaman tanaman perkebunan di
daerah yang curah hujannya terbatas dan penutupan tanahnya cukup baik sehingga
memungkinkan pembuatan teras individu.
Add caption |
Gambar 6. Teras Individu
Sumber
:
(Juknis Departemen Pertanian, 2007)
Teras dibuat berdiri sendiri untuk setiap tanaman (pohon)
sebagai tempat pembuatan lobang tanaman. Ukuran teras individu disesuaikan
dengan kebutuhan masing – masing jenis komoditas. Cara dan teknik pembuatan
teras individu cukup sederhana yaitu dengan menggali tanah pada tempat rencana
lubang tanaman dan menimbunnya ke lereng sebelah bawah sampai datar sehingga
bentuknya seperti teras bangku yang terpisah. Tanah di sekeliling teras
individu tidak diolah (tetap berupa padang rumput) atau ditanami dengan rumput
atau tanaman penutup tanah. (Sukartaatmadja, 2004).
6. Teras Kebun
Teras kebun adalah
jenis teras untuk tanaman tahunan, khususnya tanaman perkebunan dan
buah-buahan. Teras dibuat dengan interval yang bervariasi menurut jarak tanam.
Pembuatan teras bertujuan untuk:
(1) meningkatkan efisiensi penerapan
teknik konservasi tanah, dan
(2) memfasilitasi pengelolaan lahan (land
management facility) di antaranya untuk fasilitas jalan kebun, dan
penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun.
Teras kebun dibuat pada lahan-lahan dengan kemiringan lereng
antara 30 – 50 % yang direncanakan untuk areal penanaman jenis tanaman
perkebunan. Pembuatan teras hanya dilakukan pada jalur tanaman sehingga pada
areal tersebut terdapat lahan yang tidak diteras dan biasanya ditutup oleh
vegetasi penutup tanah. Ukuran lebar jalur teras dan jarak antar jalur teras
disesuaikan dengan jenis komoditas. Dalam pembuatan teras kebun, lahan yang
terletak di antara dua teras yang berdampingan dibiarkan tidak diolah. (Sukartaatmadja,
2004).
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad,
S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB-Press.
Bogor.
Departemen Pertanian. 2007. Petunjuk teknis Teknologi
Konservasi Tanah Dan Air:
Jakarta.
Idjudin
, A. Abas. 2011. Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 5 No.2, Peranan
Konservasi Lahan Dalam Pengelolaan Perkebunan: Bogor.
Mawardi. 2011 Peranan
Teras Kredit Sebagai Pengendali Laju Erosi Pada Lahan Bervegetasi Kacang Tanah,
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Semarang: Semarang.
Langganan:
Postingan (Atom)