Kamis, 15 November 2012

Ruang lingkup Oseanografi


RUANG LINGKUP OSEANOGRAFI

1.             PENDUHULUAN
Ilmu oseanografi merupakan suatu sumber penelitian yang aktiv dan berkembang secara menyebar diseluruh dunia. Walaupun demikian ilmu ini masih merupakan suatu cabang ilmu yang perkembangannya masih terhambat didaerah perairan Asia Tenggara. Ditinjau dari pentingnya arti lautan  sebagai suatu sarana untuk perhubungan dan perniagaan serta merupakan tempat sumber-sumber alam dan biologi yang berharga, maka ilmu ini sangatlah dibutuhkan untuk dapat dipakai sebagai alat pembantu memecahkan masalah-masalah diatas.

2.             DEFINISI OSEANOGRAFI
Oseanografi berasal dari bahasa yunani terdiri atas dua kata, oceanos yang berarti laut dan graphos yang berarti gambaran atau deskripsi. Secara sederhana kita dapat mengartikan oseanografi sebagai gambaran atau deskripsi tentang laut. Secara kompleks oseanografi dapat diartikan sebagai studi dan penjelajahan (eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan segala fenomenanya. Laut sendiri adalah bagian dari hidrosfer. (A.Shofy Mubarak S.Pi.M.Si, 2009)
Dalam definisi yang lain Oseanografi berasal dari bahasa Yunani oceanos yang berarti laut dan graphos yang berarti gambaran atau deskripsi atau biasa juga disebut oseanologi atau ilmu kelautan, adalah cabang ilmu Bumi yang mempelajari samudra atau lautan. Ilmu ini mencakup berbagai topik seperti organisme laut dan dinamika ekosistem yaitu diantaranya arus samudra, gelombang, dan dinamika cairan geofisika, tektonik lempeng dan geologi dasar laut, serta arus berbagai zat kimia dan fisika di dalam lautan dan perbatasannya. (Harlan Sumarsono, 2009 ).
Selain itu pula, oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu disiplin ilmu yang mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu yang murni, akan tetapi merupakan perpaduan dari bermacam-macam ilmu-ilmu dasar lain. Ilmu-ilmu ini yang termasuk didalamnya adalah ilmu tanah (geology), ilmu bumi (geography), ilmu fisika (physics), ilmu kimia (chemistry), ilmu hayat (biology) dan ilmu iklim (meteorology). (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984).
Dengan kata lain Oceanografi itu ialah Scientific study dan explorasi lautan dan laut-laut serta semua aspek-aspek dan fenomenanya. Termasuk sedimen, batuan yang membentuk dasar laut, interaksi antara laut dengan atmosfer, pergerakan air, serta faktor-faktor tenaga yang menyebabkan adanya gerakan tersebut baik tenaga dari dalam maupun tenaga dari luar, kehidupan organisme, susunan kimia air laut, serta asal mula terjadinya lautan dan laut-laut purbakala. Oleh karena itu oceanografi dikatakan sebagai suatu disiplin ilmu mengenai laut. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984).
Beberapa sumber lain berpendapat bahwa ada perbedaan mendasar yang membedakan antara oseanografi dan oseanologi. Oseanologi terdiri dari dua kata (dalam bahasa Yunani) yaitu oceanos (laut) dan logos (ilmu) yang secara sederhana dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang laut. Dalam arti yang lebih lengkap, oseanologi adalah studi ilmiah mengenai laut dengan cara menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan tradisional seperti fisika, kimia, matematika, dan lain-lain ke dalam segala aspek mengenai laut. Oseanografi adalah bagian dari ilmu kebumian atau earth sciences yang mempelajari laut,samudra beserta isi dan apa yang berada di dalamnya hingga ke kerak samuderanya.
(Prager, Ellen J, dan Sylvia A. Earle. 2000).

3.             ILMU-ILMU PENDUKUNG DALAM ILMU OSEANOGRAFI
Ilmu-ilmu pendukung dalam ilmu oseanografi dapat dibagi menjadi beberapa cabang ilmu diantaranya” :
a)             Fisika Oseanografi
Oseanografi fisika ilmu mengenai ciri fisik samudera termasuk struktur suhu-salinitas, pencampuran, ombak, pasang, dan arus. (A.Shofy Mubarak. 2009).
Ilmu ini mempelajari hubungan antara sifat-sifat fisika yang terjadi dalam lautan sendiri dan yang terjadi antara lautan dengan atmosfer dan daratan. Hal ini termasuk kejadian-kejadian pokok seperti terjadinya tenaga pembangkit pasang dan gelombang, iklim dan sistem arus-arus yang terdapat dilautan dunia. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984).
b)            Geologi Oseanografi
Geologi laut atau oseanografi geologi, ilmu mengenai geologi dasar laut termasuk tektonik lempeng. (A.Shofy Mubarak. 2009).
Ilmu geologi penting artinya bagi kita dalam mempelajari asal lautan yang telah berubah lebih dari berjuta-juta tahun yang lalu. Termasuk di dalamnya adalah penelitian tentang lapisan kerak bumi, gunung berapi dan terjadinya gempa bumi. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984).

c)             Kimia Oseanografi
Oceanografi kimia atau kimia laut, ilmu mengenai kimia samudera dan interaksi kimianya dengan atmosfer, (A.Shofy Mubarak. 2009).
Ilmu ini berhubungan dengan reaksi-reaksi kima yang terjadi di dalam dan di dasar laut dan juga menganalisa sifat-sifat dari air laut itu sendiri. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984).
d)            Biologi Oseanografi
Biologi laut atau oseanografi biologi, ilmu mengenai tumbuhan, binatang dan mikrobe (biota) samudera dan interaksi ekologi mereka. (A.Shofy Mubarak. 2009).
Cabang ilmu oseanografi ini sering dinamakan sebagai biologi laut. Dimana dalam ilmu ini mempelajari semua organisme-organisme yang hidup dilautan, termasuk hewan-hewan yang berukuran yang sangat kecil (plankton) dan juga hewan-hewan yang berukuran besar beserta tumbuhan-tumbuhan air. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984).
Cabang-cabang tersebut menunjukkan bahwa banyak ahli oceanografi pada awalnya mendapat pendidikan ilmu pasti atau matematika dan kemudian menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan interdisipliner mereka untuk oceanografi. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984).

4.             SEJARAH KELAUTAN
Laut menurut sejarahnya terbentuk 4,4 milyar tahun yang lalu, dimana awalnya bersifat sangat asam dengan air yang mendidih (dengan suhu sekitar 100C) karena panasnya bumi pada saat itu. Keasaman air inilah yang menyebabkan tingginya pelapukan yang terjadi yang menghasilkan garam-garaman yang menyebabkan air laut menjadi asin seperti sekarang ini. Pada saat itu, gelombang tsunami sering terjadi karena seringnya asteroid menghantam bumi. Pasang surut laut yang terjadi pada saat itu bertipe mamut alias 'ruar biasa' tingginya karena jarak bulan yang begitu dekat dengan bumi. (Prager, Ellen J, dan Sylvia A. Earle 2000 The Oceans).
Menurut para ahli, air yang membentuk lautan dibumi itu berasal pada saat bumi mulai mendingin akibat mulai berkurangnya aktivitas vulkanik, disamping itu atmosfer bumi pada saat itu tertutup oleh debu-debu vulkanik yang mengakibatkan terhalangnya sinar matahari untuk masuk ke bumi. Akibatnya, uap air di atmosfer mulai terkondensasi dan terbentuklah hujan. Hujan inilah (yang mungkin berupa hujan tipe mamut juga) yang mengisi cekungan-cekungan di bumi hingga terbentuklah lautan. (Prager, Ellen J, dan Sylvia A. Earle 2000 The Oceans).
Pada 3,8 milyar tahun yang lalu, planet bumi mulai terlihat biru karena laut yang sudah terbentuk tersebut. Suhu bumi semakin dingin karena air di laut berperan dalam menyerap energi panas yang ada, namun pada saat itu diperkirakan belum ada bentuk kehidupan di bumi. Kehidupan di bumi, menurut para ahli, berawal dari lautan (life begin in the ocean). Namun demikian, masih merupakan perdebatan hangat hingga saat ini kapan tepatnya kehidupan awal itu terjadi dan di bagian lautan yang mana. Hasil penemuan geologis pada tahun 1971 pada bebatuan di Afrika Selatan yang diperkirakan berusia 3,2 sampai dengan 4 milyar tahun silam menunjukkan bahwa adanya fosil seukuran beras dari bakteri primitif yang diperkirakan hidup di dalam lumpur mendidih di dasar laut. (Prager, Ellen J, dan Sylvia A. Earle 2000 The Oceans).

5.             SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU OSEANOGRAFI
Manusia tertarik pada lautan dapat ditinjau kembali pada permulaan zaman peradaban manusia, ketika pengetahuan tentang dunia dibatasi pada Negara-negara di mana kapal-kapal pelaut dapat pergi dan kembali. Pada waktu itu bentuk dari peta sangat penting artinya. Dimana bentuk peta ini menjadi makin tepat begitu pelayaran menyeberangi lautan makin lama makin menempuh jarak yang jauh dan sering dilakukan.  Pada zaman Ptolemous, abad kedua sebelum Masehi lautan Mediterania, bagian Utara Afrika dan bagian Pantai Selatan Asia daratan telah dipetakkan dengan sempurna. Pengetahuan tentang laut juga turut berkembang pada arah yang lain. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984).
Pada abad keempat sebelum masehi seorang sarjana terkemuka bangsa Junani, Aristoteles, telah melakukan suatu penelitian yang mendetail mengenai hewan-hewan dan tumbuhan-tumbuhan laut. Dimana dia secara cermat telah menjelaskan dan mengklasifikasikan organisme-organisme tersebut. Akhirnya pada abad kesatu sebelum Masehi, hubungan antara gerakan pasang dan letak dari bulan telah dimengerti oleh manusia untuk mampu membuat ramalan yang tepat. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984).
Manusia pada awalnya telah menggunakan pengalaman mereka tentang adanya perubahan iklim dilautan, sehingga dapat memanfaatkan sebagai sarana untuk berdagang. Keadaan laut di Hindia misalnya, merupakan suatu daerah yang unik yang cocok dipakai sebagai contoh. Angin musim yang bertiup  dari arah tenggara pada waktu terjadi musim panas dibelahan bumi utara dan akan bertiup dari arah yang berlawanan,  pada waktu dibelahan bumi sebelah Utara terjadi musim dingin. Hal ini memungkinkan kapal-kapal dengan peralatan pelayaran yang paling sederhana dapat menyeberangi lautan pada satu musim dan kembali pada musim berikutnya. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984).
Pelayaran pelayaran besar juga sama pentingnya dalam memetakkan garis pantai dan lautan-lautan dunia dalam perkembangan sejarah berikutnya. Sebagai contoh, seorang bangsawan Portugis Ferdinando Magelheans telah mengadakan suatu pelayaran mengililingi dunia pada abad keempat belas setelah masehi. Dia telah membuktikan, bahwa bumi itu berbentuk bulat tidak datar seperti yang diperkirakan oleh banyak orang pada waktu sebelumnya. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984).
Pada abad kedelapan belas seorang bangsa inggris yang bernama James Cook membuat seluruh peta dari Lautan Pasifik dan memperlihatkan adanya sebuah daratan yang terketak pada bagian selatan kutub yang selalu tertutup oleh es. Beberapa ekspedisi oseanografi penting lainya telah dilakukan oleh Challenger (1872 – 1875), Gazelle (1874 – 1876), Vitiaz (1886 – 1889), dan Meteor (1925 – 1927). Ekspedisi Challenger khususnya, telah membuat sebuah bantuan tambahan ppengetahuan yang penting. Dimana mereka telah mengadakan pelayaran sejauh 68.890 mil laut, membuat 492 kali pengukuran kedalaman, 133 kali pengambilan contoh dasar laut  dan mengumpulkan data-data iklim, arus laut, suhu laut, komposisi air laut dan contoh-contoh sedimen dasar dari 362 stasiun penelitian yang berbeda. Ekspedisi ini telah mengadakan penelitian yang lama dan beberapa kali diperairan asia tenggara. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984).
Pada saat ini ilmu oseanografi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang berkembang secara cepat dan membutuhkan ongkos yang mahal dan sering mengeluarkan ongkos yang mahal dan yang sering bersangkutan dengan kerja sama internasional. Kapal – kapal penelitian oseanografi sekarang, telah dilengkapi dengan alat-alat yang rumit yang dapat mengumpulkan data – data fisika, kimia dan biologi secara tepat dan jelas. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984).
Tahun – tahun belakangan ini merupakan perkembangan dari kapal – kapal yang sering mengadakan penelitian dibawah permukaan laut, bahkan sekarang sudah banyak dijumpai adanya laboratorium dibawah laut yang sifatnya permanen. Keterangan-keterangan dari satelit yang selalu mengililingi bumi juga menjadi begitu penting artinya dalam melengkapi data-data tentang gejala arus laut dan pertukaran panas. Dimana hal ini merupakan suatu pekerjaan yang sulit untuk dilakukan dimasa yang lalu. Namun demikian perlu ditekankan, bahwa ilmu oseanografi merupakan suatu ilmu yang relatif masih muda, dimana masih banyak hal-hal lain yang harus dipelajari. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984).
Secara singkat dari semua perkembangan mengenai ilmu oseanografi dapat disusun sebagai mana berikut:
1)             Pada abad ke 4 SM, aristotelles melakukan penelitian tentang hewan dan tumbuhan laut. Tentang penjelasan dan pengklasifikasian tumbuhan laut. (Sverdrup, Keith A., Duxbury, Alyn C., Duxbury, Alison B. 2006)
2)             Abad ke 1 SM orang-orang mengamati gerak pasang dan letak bulan pertama yang digunakan untuk membuat ramalan. (Sverdrup, Keith A., Duxbury, Alyn C., Duxbury, Alison B. 2006)
3)             Abad ke 14 M, Ferdinand magelheans mengadakan pelayaran keliling dunia, bertujuan untuk membuktikan bahwa bumi memiliki bentuk yang bulat. (Sverdrup, Keith A., Duxbury, Alyn C., Duxbury, Alison B. 2006)
4)             Abad ke 18 M, James cook membuat sebuah peta dari lautan pasifik dan memperlihatkan adanya sebuah daratan yang terletak dibagian sebelah selatan kutub yang selalu tertutup es.(Sverdrup, Keith A., Duxbury, Alyn C., Duxbury, Alison B. 2006).
Penelitian oseanografi di Indonesia pertama kali dimulai pada tahun 1904 ketika koningsbenser mendirikan sebuah laboratoruim perikanan di Jakarta. Pada tahun 1919, laboratorium ini dirubah menjadi sebuah laboratorium biologi laut, setelah ini mengalami beberapa lagi perubahan nama mulai dari lembaga penelitian laut, menjadi lembaga sumber lautan, dan kemudian berubah menjadi lembaga penelitian laut yang akhirnya pada tahun `1970  berubah menjadi lembaga oceanografi nasional. “(Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984).



DAFTAR  PUSTAKA

Prager, Ellen J, dan Sylvia A. Earle. 2000.The Oceans.washington DC
Sahala, Hutabarat dan Stewart M. Evans. 1984. Pengantar Oseanografi.Jakarta : Universitas Indonesia Press.
A.Shofy Mubarak. 2009. Sejarah Kelautan. Jurnal Ilmu Pendidikan (Online), jilid 5 (http//www.semarang.ac.id, diakses 29 Desember 2011)

Sumarsono, Harlan. 2009. Karakteristik dan Variabilitas Bulanan Angin Permukaan Di Perairan Samudera Hindia. Skripsi. Bandung: Program Paska Sarjana Univerrsitas Pendidikan Indonesia.

Sverdrup, Keith A., Duxbury, Alyn C., Duxbury, Alison B. 2006. Fundamentals of Oceanography, McGraw-Hill.

 





 LEMBAH LAUTAN

1.             LEMBAH LAUTAN
Tatanan geologi kelautan Indonesia merupakan bagian yang sangat unik dalam tatanan kelautan dunia, karena berada pada pertemuan paling tidak tiga lempeng tektonik: Lempeng Samudera Pasifik, Lempeng Benua Australia-Lempeng Samudera India serta Lempeng Benua Asia.
Pantai benua kelihatan di atas lautan di banyak tempat di bumi membentuk massa daratan yang maha luas. Dimana menunjukkan penyebaran lautan dan daratan yang luas di berbagai tempat di bumi. Pada dasarnya bumi kita ini dapat dibagi menjadi tanah hemisfer yang meliputi seluruh massa tanah daratan dan lautan hemisfer. Sampai sekarang belum ada keterangan yang cukup yang dapat menerangkan tentang perbedaan-perbedaan penyebaran daratan dan lautan ini.
 Pada mulanya dipercaya bahwa permukaan dasar lautan itu adalah datar dan tidak mempunyai bentuk, tetapi ilmu-ilmu modern sekarang telah membuktikan bahwa topografi mereka adalah kompleks seperti daratan. Bentuk-bentuk itu adalah seperti berikut ini :
1)             Ridge dan Rise
Ini  adalah  suatu  bentuk  proses  peninggian  yang  terdapat  diatas lautan (sea floor) yang hampir serupa dengan adanya gunung-gunung  di daratan. Pada prinsipnya  tidak ada perbedaan antara ridge dan rise. Mereka hanya dapat dibedakan dari letak kemiringanan lereng-lerengnya saja. Ridge lerengnya lebih bersifat terjal dari rise. Rise mempunyai ketinggian sekitar dua sampai empat kilometer dari dasar dan mempunyai lebar kira-kira 2.000 sampai 4.000 kilometer.
Ridge dan rise utama yang membentang di dunia bergabung menjadi satu dan membentuk satu rantai yang amat panjang yang dikenal sebagai mid-ocean ridge system (system ridge bagian tengah lautan). Bagian sistem ridge ini ditandai dengan adanya  sebuah lembah yang curam yang dikenal  sebagai lembah rift (rift valley). Hal ini khususnya terbentuk dengan baik di mid-Atlantic Ridge. Tetapi hal ini jujuga dapat dimana system ridge membentuk sebuah penyebaran yang mengesankan di daratan Afrika Timur. Di sini lembah rift dapat di temukan dengan kedalaman 2800 km kemudian tempat ini di isi dengan air yang membentuk danau-danau anatara laim danau Tanganyika.
2)             Trench
Bagian laut yang terdalam adalah bentuk seperti saluran yang seolah-olah terpisah sangat dalam yang terdapat di perbatasan antara benua dengan kepulauan.
3)             Abyssal Plain (daratan abyssal)
Daerah ini relative terbagi rata dari permukaan bumi yang terapat di bagian sisi yang mengarah ke daratan dari sistem  midoceanic ridge.
4)             Continental Island (pulau-pulau benua)
Beberapa pulau seperti Greenland dan Madagaskar menurut sifat geologinya merupakan bagian dari masa tanah daratan benua besar yang kemudian menjadi terpisah. Daerah-daerah ini lapisan kerak buminya terdiri dari batu-batuan besi (granitic) yang jenisnya sama dengan yang terdapat di daratan benua.
5)             Island Arc (kumpulan pulau-pulau)
Kumpulan pulau-pulau seperti kepulauan Indonesia juga mempunyai perbatasan dengan benua, tetapi mereka mempunyai asal yang berbedah. Kepulauan ini  terdiri dari batu-batuan vulkanik dan sisa-sisa sendimen pada permukaan kulit lautan. 
6)              Mid-Oceanic Volkanic Islands (pulau-pulau vulkanik yang terdapat di tengah-tengah lautan)
Daerah ini terdiri dari banyak pulau-pulau kecil, khususnya terdapat di lautan Pasifik, dimana letak mereka sangat jauh dari masa daratan.
7)             Atol-atol
Daerah ini terdira dari kumpulan pulau-pulau yang sebagian tengelam di bawah permukaan air batu-batuan yang terdapat di sini di tandai oleh adanya terumbu karang  (Coral Reff) yang terbentuk seperti cincing yang mengelilingi sebuah dangkol yang dangkal.
8)             Seamount dan Guyot
Mereka adalah gunung-gunung berapi yang muncul dari dasar lantai lautan, tetapi tida dapat mencapai samapi kepermukaan lautan. Seamound mempunyai lereng yang curang dan berpuncak runcing dan kemungkinqn mempunyai tinggi sampai 1 km atau lebih. Guyot mempunyai bentuk yang serupa dengan seamount tetapi bagian puncaknya datar.
a)                Menggambarkan Bentuk Dasar Laut.      

                             `


Gambar 1.  Bentuk Dasar Laut (Stewart, 2006)
b).     Mendeskripsikan Proses Terbentuknya Morfologi Dasar Laut
Kerak bumi merupakan lempeng tektonik sehingga pergerakan relatifnya menyebabkan terbentuknya ciri-ciri khusus dasar laut. Berikut ini merupakan pembagian bentuk-bentuk dasar laut berdasarkan defenisi dari Nontji (1993).
a.              Paparan (shelf) yang dangkal
b.             Depresi dalam berbagai bentuk (basin, palung)
c.              Berbagai bentuk elevasi berupa punggung (rise, ridge)
d.             Gunung bawah laut (sea mount)
e.              Terumbu karang dan sebagainya.
Menurut Ilahude (1997), dilihat dari ari segi skala ata besarnya bentuk – bentuk dasar laut, dasar laut dibedakan ke alam 3 golongan besar yaitu:
1.             Relief Besar (macro relief)
a.              Secara vertikal ukurannya bisa sampai ribuan meter.
b.                  Secara horizontal ukurannya bisa mencapai ratusan atau ribuan kilometer.
2.      Relief Pertengahan (intermediate relief)
a.              Secara vertikal berukuran ratusan meter.
b.             Secara horizontal berukuran puluhan kilometer.
c.              Bisa merupakan bagian integral dari satu relief besar.
3.       Relief Kecil (micro relief)
a.              Hanya berukuran beberapa cm sampai beberapa meter.
b.             Umumnya hanya bisa diungkapkan dengan teknik fotografi bawah ai


Sedangkan menurut Hutabarat (1985) bentuk-bentuk dasar laut terdiri dari :
1.              Ridge dan Rise
Ini adalah suatu bentuk proses peninggian yang terdapat di atas lautsea floor) yang hampir serupa dengan adanya gunung-gunung di daratan
2.             Trench
Bagian laut yang terdalam dengan bentuk seperti saluran seolah-olah terpisah sangat dalam yang terdapat di perbatasan antara benua.
3.             Abyssal Plain
Daerah yang relatif tebagi rata dari permukaan bumi yang terdapat dibagian sisi yang mengarah ke daratan.
4.             Continetal Island
Beberapa pulau yang menurut sifat geologisnya bagian dari massa tanah daratan benua besar yang kemudian terpisah
5.             Island Arc (kumpulan pulau-pulau)
Kumpulan pulau-pulau seperti indonesia yang mempunyai perbatasan dengan benua
6.             Mid-Oceanic Volcanic Island
Pulau-pulau vulkanik yang terdapat di tengah-tengah lautan. Terdiri dari pulau-pulau kecil, khususnya terdapat di Lautan pasifik
7.             Atol-atol
Daerah yang terdiri dari kumpulan pulau-pulau yang sebagian besar tenggelam di bawah permukaan laut dan berbentuk cincin.

8.             Seamout dan guyot
Gunung-gunung berapi yang mucul dari dasar lantai lautan tetapi tidak mencapai permukaan laut.
c).     Mendeskripsikan Macam-Macam Morfologi Dasar Laut
Kajian tepian tektonik aktif difokuskan untuk mengidentifikasi bentuk geomorfologi dasar laut dari masing-masing segmen lempeng. Empat bentuk morfologi utama dapat diidentifikasi, seperti zona subduksi, palung laut, prisma akresi, dan cekungan busur muka. Gambaran bentuk geomorfologi dasar laut ini kemungkinan merupakan contoh morfologi dasar laut yang terbaik di dunia. Batas-batas bentuk geomorfologi dasar laut ini sangat jelas terlihat pada rekaman seismic dan citra seabeam. Makin kearah selatan, dasar laut makin banyak mengalami pensesaran normal. Sesar-sesar ini nampaknya lebih intensif makin jauh dari palung laut. Pada sumbu palung, bentuk kerak samudera telah banyak mengalami pensesaran dan membentuk pola-pola horst dan graben secara luas
Judul yang dipersiapkan pada Seminar Nasional Geomorfologi LIPI, Jakarta, 9 September 2009.
Hasil identifikasi bentuk dasar laut dari beberapa lintasan seismik, citra seabeam dan foto dasar laut maka dapat dikenali beberapa bentuk geomorfologi utama yang umum terdapat pada kawasan subduksi lempeng aktif. Empat bentuk morfologi utama dapat diidentifikasi, yaitu zona subduksi, palung laut, prisma akresi, dan cekungan busur muka. Gambaran bentuk geomorfologi dasar laut ini kemungkinan merupakan contoh morfologi dasar laut yang terbaik di dunia karena batas-batasnya yang jelas dan mudah dikenali.
1)      Zona Subduksi
Geomorfologi  zona subduksi ini merupakan gabungan yang erat antara proses-proses yang terjadi pada tepian kerak samudera, tepian kerak benua dan proses penunjaman itu sendiri.







Gambar 1.  Gambaran geomorfologi pada zona subduksi dan kenampakan seamount di kerak samudera India, sumbu palung laut dan prisma akresi di lepas pantai Bengkulu.
2)      Geomorfologi Palung Laut
Palung laut merupakan bentuk paritan memanjang dengan kedalaman mencapai lebih dari 6.500 meter. Umumnya palung laut ini merupakan batas antara kerak samudera India dengan tepian benua Eurasia sebagai bentuk penunjaman yang menghasilkan celah memanjang tegak lurus terhadap arah penunjaman.


 





Gambar 2. Satuan geomorfologi palung samudra di sebelah selatan Jawa (PPPGL, 2008)
3)       Geomorfologi Prisma Akresi
Pembentukan prisma akresi di dasar laut dikontrol oleh aktifitas tektonik sesar-sesar naik (thrusting) yang mengakibatkan proses pengangkatan (uplifting). Proses ini terjadi karena konsekuensi dari proses tumbukan antar segmen kontinen yang menyebabkan bagian tepian lempeng daerah tumbukan tersebut mengalami proses pengangkatan. Proses ini umumnya terjadi di kawasan barat Indonesia yaitu di samudra Hindia.


        


Gambar 3 : Geomorfologi prisma akresi yang naik kepermukaan sebagai pulau prisma akresi di lepas pantai sebelah barat Aceh.
DAFTAR PUSTAKA

 Ilahude 1997, dilihat dari ari segi skala ata besarnya bentuk – bentuk dasar laut Bandung.
Nontji, 1993. Deskripsi air lautan pasifik. Jakarta press.
Sahala, Hutabarat dan Stewart M. Evans. 1984. Pengantar Oseanografi.Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Seminar Nasional 2009. Geomorfologi LIPI, Jakarta.

Sumarsono, Harlan. 2009. Karakteristik dan Variabilitas Bulanan Angin Permukaan Di Perairan Samudera Hindia. Skripsi. Bandung: Program Paska Sarjana Univerrsitas Pendidikan Indonesia.













AWAL MULA DAN PERTAMBAHAN AIR LAUT

1.             AWAL MULA TERBENTUKNYA LAUTAN
Sebelum mengetahui sejarah pembentukan laut, harus diketahui terlebih dahulu bagaimana terbentuknya bumi. Karena sebelum lautan terbentuk adalah bumi yang terlebih dahulu tercipta. Bumi dilahirkan 4,5 milyar tahun yang lalu. Menurut ceritanya, tata surya kita yang bernama Bima Sakti, terbentuk dari kumpulan debu di angkasa raya yang dalam proses selanjutnya tumbuh menjadi gumpalan bebatuan dari mulai yang berukuran kecil hingga ke ukuran asteroid sebesar ratusan kilometer. (Prager, Ellen J, dan Sylvia A. Earle, 2000)






Ganbar 1. Proses Perkembangan Planet Bumi (Srigandono. Penjelajah.Angkasa1993)
Bebatuan angkasa tersebut selanjutnya saling bertabrakan, dimana awalnya tabrakan yang terjadi masih lambat. Akibat adanya gaya gravitasi, bebatuan angkasa yang saling bertabrakan itu saling menyatu dan membentuk suatu massa batuan yang kemudian menjadi cikal bakal (embrio) bumi. Lama kelamaan dengan semakin banyaknya bebatuan yang menjadi satu tersebut, embrio bumi tumbuh semakin besar. Sejalan dengan semakin berkembangnya embrio bumi tersebut, semakin besar pula gaya tarik gravitasinya sehingga bebatuan angkasa yang ada mulai semakin cepat menabrak permukaan embrio bumi yang sudah tumbuh semakin besar itu. Akibat tumbukan-tumbukan yang sangat dahsyat tersebut timbulah ledakan yang sudah pasti sangat dahsyat pula yang mengakibatkan terbentuknya kawah-kawah yang sangat besar dan pelepasan panas secara besar pula. (Prager, Ellen J, dan Sylvia A. Earle 2000)






Gambar 2. Awal Mula Terbentuknya Laut (Frozenyuki. Ledakan Maha Dahsyat Diseberia 1908)
Laut sendiri menurut sejarahnya terbentuk 4,4 milyar tahun yang lalu, dimana awalnya bersifat sangat asam dengan air yang mendidih (dengan suhu sekitar 1000C) karena panasnya bumi pada saat itu. Asamnya air laut terjadi karena saat itu atmosfer bumi dipenuhi oleh karbon dioksida. Keasaman air inilah yang menyebabkan tingginya pelapukan yang terjadi yang menghasilkan garam-garaman yang menyebabkan air laut menjadi asin seperti sekarang ini. Pada saat itu, gelombang tsunami sering terjadi karena seringnya asteroid menghantam bumi. Pasang surut laut yang terjadi pada saat itu bertipe mamut alias ‘ruar biasa’ tingginya karena jarak bulan yang begitu dekat dengan bumi. (Prager, Ellen J, dan Sylvia A. Earle, 2000)
Para ahli memiliki beberapa versi tentang sejarah terbentuknya lautan yang ada dibumi. Salah satu versi yang cukup terkenal adalah bahwa pada saat itu Bumi mulai mendingin akibat mulai berkurangnya aktivitas vulkanik, disamping itu atmosfer bumi pada saat itu tertutup oleh debu-debu vulkanik yang mengakibatkan terhalangnya sinar Matahari untuk masuk ke Bumi. Akibatnya, uap air di atmosfer mulai terkondensasi dan terbentuklah hujan. Hujan inilah (yang mungkin berupa hujan tipe mamut juga) yang mengisi cekungan-cekungan di Bumi hingga terbentuklah lautan. Secara perlahan-lahan, jumlah karbon dioksida yang ada diatmosfer mulai berkurang akibat terlarut dalam air laut dan bereaksi dengan ion karbonat membentuk kalsium karbonat. Akibatnya, langit mulai menjadi cerah sehingga sinar Matahari dapat kembali masuk menyinari Bumi dan mengakibatkan terjadinya proses penguapan sehingga volume air laut di Bumi juga mengalami pengurangan dan bagian-bagian di Bumi yang awalnya terendam air mulai kering. Proses pelapukan batuan terus berlanjut akibat hujan yang terjadi dan terbawa ke lautan, menyebabkan air laut semakin asin. (Prager, Ellen J, dan Sylvia A. Earle 2000)
Pada 3,8 milyar tahun yang lalu, planet Bumi mulai terlihat biru karena laut yang sudah terbentuk tersebut. Suhu Bumi semakin dingin karena air di laut berperan dalam menyerap energi panas yang ada, namun pada saat itu diperkirakan belum ada bentuk kehidupan di Bumi. Kehidupan di Bumi, menurut para ahli, berawal dari lautan (life begin in the ocean). Namun demikian, masih merupakan perdebatan hangat hingga saat ini, kapan tepatnya kehidupan awal itu terjadi dan di bagian lautan yang mana? apakah di dasar laut ataukah di permukaan? Hasil penemuan geologis di tahun 1971 pada bebatuan di Afrika Selatan (yang diperkirakan berusia 3,2 s.d. 4 milyar tahun) menunjukkan adanya fosil seukuran beras dari bakteri primitif yang diperkirakan hidup di dalam lumpur mendidih di dasar laut. (Aryono Prihandito, 1989)
Secara perlahan-lahan, jumlah karbon dioksida yang ada diatmosfer mulai berkurang akibat terlarut dalam air laut dan bereaksi dengan ion karbonat membentuk kalsium karbonat. Akibatnya, langit mulai menjadi cerah sehingga sinar Matahari dapat kembali masuk menyinari Bumi dan mengakibatkan terjadinya proses penguapan sehingga volume air laut di Bumi juga mengalami pengurangan dan bagian-bagian di Bumi yang awalnya terendam air mulai kering. Proses pelapukan batuan terus berlanjut akibat hujan yang terjadi dan terbawa ke lautan, menyebabkan air laut semakin asin. (Aryono Prihandito, 1989)           
Kehidupan di Bumi, menurut para ahli, berawal dari lautan (life begin in the ocean). Namun demikian teori ini masih merupakan perdebatan hingga saat ini. Pada hasil penemuan geologis di tahun 1971 pada bebatuan di Afrika Selatan (yang diperkirakan berusia 3,2 s.d. 4 milyar tahun) menunjukkan adanya fosil seukuran beras dari bakteri primitif yang diperkirakan hidup di dalam lumpur mendidih di dasar laut. Hal ini mungkin menjawab pertanyaan tentang saat-saat awal kehidupan dan di bagian lautan yang mana terjadi awal kehidupan tersebut. Sedangkan kelautan itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari berbagai biota atau makhluk hidup di laut yang perlu dimanfaatkan melalui usaha perikanan. (Nursid SumaatmaQja, 1988)         
            Seperti yang telah diketahui bersama bahwa air laut rasanya asin. Air laut rasannya asin karena kandungan garamnya tinggi, semula garam-garam itu berasal dari daratan. Proses pelapukan terhadap berbagai batu-batuan didaratan kemudian terlarut dan tersangkut sampai kelaut dalam jangka waktu jutaan tahun, maka garam-garaman tersebut larut kedalam air laut. Rata-rata air laut mempunyai kandungan garam atau salinitas 34,72%. Artinya dalam 1 liter (1000 mL) air laut terdapat 35 gram garam (terutama, namun tidak seluruhnya, garam dapur/NaCl). (Prager, Ellen J, dan Sylvia A. Earle, 2000)
.



       

Gambar 3. Air Garam Laut(Yupazq. 2010/kenapa-air-laut-asin)
Walaupun kebanyakan air laut di dunia memiliki kadar garam sekitar 3,5 %, air laut juga berbeda-beda kandungan garamnya. Yang paling tawar adalah di timur Teluk Finlandia dan di utara Teluk Bothnia, keduanya bagian dari Laut Baltik. Yang paling asin adalah di Laut Merah, di mana suhu tinggi dan sirkulasi terbatas membuat penguapan tinggi dan sedikit masukan air dari sungai-sungai. Kadar garam di beberapa danau dapat lebih tinggi lagi. kadar garam yang terdapat dalam air laut bervariasi. variasi kandungan garam air laut dipengaruhi oleh:
1.             Volume atau jumlah air tawar yang masuk kedalam perairan laut;
2.             Besar kecilnya penguapan, yang dipengaruhi suhu udara;
3.             Dan arus laut;
Berdasarkan proses terjadinya laut dapat dibedakan menjadi tiga, antara lain sebagai berikut:
1.              Laut Transgresi, adalah laut yang terjadi karena naiknya permukaan laut. permukaan air laut naik karena proses berakhirnya zaman Es, yaitu glesyer yang ada dikutub dan Es yang ada dipuncak-puncak gunung mencair. ini mengakibatkan daerah pantai akan menjadi laut karena tergenang air. contoh laut transgresi adalah laut jawa, laut karimata, dan laut arafuru. (Seyhan, Ersin,1990)





                    
Gambar 4. Laut Transgresi dan Laut regresi(zazzle.com.2009)
2.             Laut Regresi, terjadi karena proses pembekuan secara besar-besaran didaerah kutup dan puncak-puncak gunung yang tinggi. akibatnya luas laut akan berkurang, sedang daratan akan bertambah luas. hal ini terjadi karena bumi tertutup oleh debu kosmis dan matahari  memasuki priode aktifitas minimum, sehingga akan menurunkan suhu dibumi. (Seyhan, Ersin,1990)





                   Gambar 5. Laut Ingresi(Kamusbesar.Com/53836/Laut-Ingresi)
3.             Laut Ingresi, adalah laut yang terjadi karena dasar laut mengalami penurunan yang disebabkan tenaga tektonik. contoh: Laut tengah dan Laut Karibia. (Seyhan, Ersin,1990)
Lautan sama halnya dengan daratan, mempunyai kehidupan dan mempunyai relief dasar yang beragam. selama berabad-abad manusia menganggap laut sebagai permukaan yang tidak pernah tenang, yang mula-mula menghalangi dan membantu usaha mereka dalam menjelajahi dunia. adapun manusia juga sadar bahwa laut adalah sumber daya makanan yang dapat dipanen dipanen dengan susah payah untuk menunjang hasil yang mereka peroleh dari daratan. (Eugene p. Odum, 1996)
Gambaran mengenai asal-usul sejarah geologi lautan berubah dari dunia spekulasi menjadi dasar teori yang mapan. peran utama laut dalam mengatur iklim dunia, atmosfer dan fungsinya dalam siklus bahan mineral utama. (Eugene p. Odum, 1996)
2.             TEORI PERTAMBAHAN AIR LAUT
Ada beberapa teori yang mengungkapkan tentang pertambahan air laut, dari beberapa teori tersebut ada tiga teori yang sangat mendominan, yaitu teori Kuenen, teori Twenhoffel dan teori Walther. (Suhadi Purwantara 2009)






Gambar 6. Salah Satu Pertambahan Air Laut(Suhadi Purwantara 2009)
1.             Teori Kuenen
Dalam teori kuenen terdapat tiga hal yang mendasari dari mana asal pertambahan air laut. teori ini lebih cenderung berpendapat bahwa penambahan air laut sebagian besar dihasilkan dari juvenille water atau dalam bahasa indonesianya adalah Air juvenile (juvenile water), yang artinya air yang berasal dari magma (primer) yang kemudian menjadi bagian dari hidrosfer. Air magmatik (magmatic water), yaitu air yang berasal dari magma (dapat air juvenile) sejak magma tersebut bersatu denga air meteorik atau air yang berasal dari sedimen. juvenille water itulah yang pertama kali mengisi air lautan pertama disamudra purba. Awal Maret samudera purba terbentuk, Agustus fosil pertama November Dinosaurus muncul dan punah Desember tanggal 31 pukul 22.30 manusia mulai ada. (Suhadi Purwantara 2009)
Kemudian hal kedua yang diungkapkan dalam teori ini adalah Vol air lautan 1.370 x 106 cu.km, yang artinya dari adanya air yang dihasilkan oleh juvenile water maka terjadilah sebuah siklus yang terus berlangsung, sehingga dari Air laut atau darat menguap, lalu menjadi awan, awan menjadi hujan, hujan jatuh di darat jadi air sungai dan air tanah lalu kembali lagi mengalir ke laut. yang dapat mencapai volume air laut 1.370 x 106. (Suhadi Purwantara 2009)



       

 Gambar 7.  Gambar Teori Kuenen(Suhadi Purwantara 2009)
Hal yang ketiga yaitu, dalam teori ini menungkapkan bahwa Sekarang jumlah juvenille water 0,1 cu.km per tahun, didasarkan pada vol magma erupsi 2 cu.km per tahun. (Suhadi Purwantara 2009)
2.             Teori Twenhoffel
Teori pertambahan air laut disusul oleh pendapat Twenhoffel bahwa air laut mengalami pertambahan sedikit demi sedikit sehingga pertambahan air laut berubah secara linier. (Suhadi Purwantara 2009)




                   


            Gambar 7. Gambar Teori Twenhoffel(Suhadi Purwantara 2009)
Teori ini juga mengungkapkan bahwa pada Sejak zaman cambrium 600 juta tahun lalu, air laut telah bertambah 60 juta km3. dan teori ini juga mengungkapkan  Pada awal zaman cambrium vol air lautan 1.300 juta km3. Setelah Twenhoffel berpendapat maka pendapat yang lain muncul, salah satunya yaitu pendapat atau teori dari walther. (Suhadi Purwantara 2009)
3.             Teori Walther
Teori twenhoffel kemudian mulai bergeser ketika Walther mengemukakan teorinya, dalam teorinya dia mengungkapkan bahwa Air laut bertambah drastis sejak zaman mesozoikum 200 juta tahun lalu. (Suhadi Purwantara 2009)





Gambar 8. Gambar Teori Wlther(Suhadi Purwantara 2009)
 Selain itu walther juga mengungkapkan teorinya tentag pertambahan air laut berdasarkan fosil, dalam teori pertambahan air laut berdasarkan fosil, Walther mengungkapkan bahwa air laut yang semula terperas dari suatu magma kemudian mengisi cekung-cekung yang diakibatkan kerutan bumi oleh proses pendinginan. Walther mengemukan teorinya disertai dengan argumentasi keberadaan fosil bintang laut. (Suhadi Purwantara 2009)
  
















DAFTAR PUSTAKA

Suhadi Purwantara. 2009. Kebijakan Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Jurnal.oseanografi-media-2009
Aryono Prihandito. 1989. Geografi.Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
Nursid Sumaatmaja. 1988. Kajian Masalah Pendidikan Dan Ilmu Geografi. Bandung: Penerbit Alumni.
Prager, Ellen J, dan Sylvia A. Earle, The Oceans. 2000. McGraw-Hill.
Eugene p. odum.dasar-dasarekologi. 1998.edisi 3
Seyhan, Ersin,(1990). Dasar-dasar Hidrologi (terjemah). Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Materi Pelatihan Terintegrasi ILMU PENGETAHUAN SOSIAL-GEOGRAFI















SIFAT FISIK DAN KIMIA AIR LAUT

1.             PENDAHULUAN
Lautan mengandung sumber–sumber mineral yang jumlahnya berlimpah–limpah. Air laut sendiri mengandung zat – zat yang terlarut didalamnya yang merupakan sumber dari beberapa zat kimia penting adalah salah satu sumber alam yang pertama kali dikelola oleh manusia. Berabad – abad yang lalu manusia telah menemukan suatu cara untuk mendapatkan garam dengan jalan menguapkan air laut dengan pertolongan sinar matahari. Sampai sekarang proses ini masih terus dipakai sebagai dasar komersil pada banyak tempat didunia.
Beberapa metode telah dikembangkan dalam mengelola lautan sehingga pada waktu ini dapat dilakukan pengestrakan bermacam – macam zat kimia dari air laut. Sodium klorida ( NaCl ) adalah ekstra yang paling besar yang biasanya dipergunakan pada perusahaan – perusahaan kimia dalam memproduksi klorida dan sodium hidroksida. Magnesium dan bromin adalah bahan lain yang terdapat dalam air laut yang mempunyai nilai ekonomi penting.

2.        SIFAT FISIK DAN KIMIA AIR LAUT
Sifat fisik dan kimia air laut yang terpenting meliputi suhu, kadar garam (salinitas), densitas dan gerakan air laut. Suhu air laut pada umumnya makin kedalam makin rendah, sedangkan kadar garam justru sebaliknya makin kedalam makin tinggi.
Secara umum sifat – sifat tersebut dapat dibedakan menjadi lapisan atas dan lapisan bawah.
Tabel 1. Sifat air dilapisan atas dan dilapisan bawah
(Muhamad Jafar Elly. 2009)
No
Sifat
Lapisan atas

Lapisan bawah

1
2
3
4
5

6
Suhu
Kadar garam
Cahaya matahari
Proses fosintesis
Kadar unsur hara
 (N, P, Si dsb)
Kadar zat asam
Tinggi
Rendah
Kuat
Cepat
Rendah

Tinggi
Rendah
Tinggi
Lemah
Lambat
Tinggi

Rendah

a.             Suhu Air Laut
Karena Indonesia terletak didaerah tropik , maka suhu permukaan air laut cukup tinggi, yakni antara 26 0C – 30 0C. Makin dalam kita masuk kelaut suhu air laut makin rendah. Hal ini dapat dipahami karena sumber suhu air laut adalah dari penyinaran matahari.
Tabel 2. Suhu dan kedalaman beberapa laut(Muhamad Jafar Elly. 2009)
No
Laut
Kedalaman ( M )
Suhu
1
2
3
Laut sulu
Laut sulawesi
Dasar palung sunda
500 – 4000
1.400 - 4000
± 7000
10.2°C
3.7°C
1° - 2°C


Faktor – faktor yang menyebabkan air laut lambat adalah sebagai berikut :
a.              Permukaan air laut mengkilat, bagaikan cermin sehingga sinar matahari banyak yang dipantulkan oleh permukaan air laut tersebut.
b.             Air laut sering bergerak, sehingga panas yang diterima segera disebarkan kesegala arah.
c.              Panas yang diterima dari matahari selain untuk menaikan suhu digunakan untuk penguapan.
d.             Kalor jenis air laut relatif besar, sehingga untuk menaikan suhu 1°C / cm3 air laut dibutuhkan kalori cukup banyak ( jika dibandingkan dengan daratan).
Pada malam hari, air laut lambat dingin karena hal – hal berikut :
a.              Permukaan air laut yang mengkilat menghalangi pelepasan panas.
b.             Proses pelepasan panas juga terhalangi oleh uap air yang ada di atas permukaan air laut. proses pengembunan pada malam hari berarti terjadi pelepasan panas.
c.              Kalor jenis air laut yang besar (sekitar 1), sehingga untuk menurunkan suhu 1°C sehingga untuk menurunkan kalori cukup banyak.
Selain itu, pola distribusi perairan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain musim, lintang geografis, intensitas cahaya matahari dan angin ( Bowden, 1980 dalam suasana et al, 2004 ).
 ( Muhamad Jafar Elly. 2009, hal 54 )
Perubahan temperatur atau suhu air laut disebabkan oleh perpindahan panas dari massa yang satu ke massa yang lainnya. Matahari mempunyai efek yang paling besar terhadap perubahan suhu permukaan laut. Kenaikan temperatur permukaan laut disebabkan oleh :
a.               Radiasi dari angkasa dan matahari
b.              Konduksi panas dari atmosfir
c.               Kondensasi uap air
          Penurunan temperatur permukaan laut disebabkan oleh :
a.              Radiasi balik permukaan laut ke atmosfir
b.             Konduksi balik panas ke atmosfir
c.              Evaporasi (penguapan)
Para Ahli Oseanografi membagi pola temperatur dalam arah vertikal menjadi tiga lapisan :
1.              Well-mixed surface layer (10 - 500 m)
2.              Thermocline, lapisan transisi (500 - 1000 m)
3.              Lapisan yang relatif homogen dan dingin (> 1000 m)
 Bentuk pola temperatur dalam arah vertikal sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :
1.              Posisi geografis daerah perairan
2.              Waktu, berkaitan dengan musim
(sudomo-gis.com Tulisan Hidrografi_Sifat Fisik Air Laut.pdf
b.             Kadar garam air laut (salinitas)
Air laut rasanya asin karena banyak mengandung garam. Kadar garam air laut. Di dunia rata – rata 35°/00, artinya tiap liter air laut rata – rata mengandung garam sebanyak 35 gram.
Secara umum, lautan terdiri dari air sebanyak 96.5 %, material terlarut     dalam bentuk molekul dan ion sebanyak 35 %, material yang terlarut tersebut 89 % terdiri dari garam chlor, sedangkan sisanya 11% terdiri dari unsur – unsur lainnya. (sudomo-gis.com Tulisan Hidrografi_Sifat Fisik Air Laut.pdf )
Seperti telah diketahui bersama bahwa air laut rasanya asin. Air laut terasa asin karena kandungan garamnya tinggi. Semula garam – garam itu berasal dari daratan. Proses pelapukan terhadap berbagai batu – batuan didaratan kemudian terlarut dan terangkut sampai ke laut dalam jangka waktuu jutaan tahun, maka garam – garaman tersebut larut kedalam air laut.  Kadar garam yang terdapat dalam air laut bervarasi. Variasi kandungan garam air laut dipengaruhi oleh :
1.             Volume atau jumlah air tawar yang masuk ke perairan laut
2.             Besar kecilnya penguapan , yang sipengaruhi oleh suhu udara
3.             Arus laut
( Muhammad, Hamid, 2005 )
Unsur – unsur garam – garaman yang terkandung dalam air laut cukup banyak dan yang dominan adalah NaCl.





Tabel 3. Unsur-unsur Garam (Sumber: Zen dan Skinner,1982)
Unsur
Presentase ( % )
NaCl
MgCl2
MgSO4
CaSO4
KCL
CaCO3
MgBr2
SrSO4
78.04
9.21
6.52
2.49
2.11
0.33
0.25
0.05

Faktor utama yang mempengaruhi perubahan salinitas, yaitu :
a.              Evaporasi (penguapan) air laut
b.             Hujan
c.              Mencair/membekunya es
d.             Aliran sungai menuju ke laut
 Para Ahli Oseanografi membagi pola salinitas dalam arah vertikal menjadi empat lapisan :
1.             Well-mixed surface zone, dengan ketebalan 50 - 100 m (salinitas seragam)
2.             Halocline, zona dimana salinitas berubah dengan cepat sesuai dengan
3.             Bertambahnya kedalaman
4.             Zona di bawah Halocline sampai ke dasar laut, dengan salinitas yang relatif homogen
5.             Zona Berkala (Occasional Zone), pada kedalaman 600 - 1000 m, dimana terdapat nilai salinitas minimum
 (sudomo-gis.com Tulisan Hidrografi_Sifat Fisik Air Laut.pdf)
Salinitas air laut di seluruh wilayah perairan di dunia berkisar antara 33 - 37 °/00, dengan nilai median 34,7 0/00, namun di Laut Merah dapat mencapai 40 °/00. Salinitas air laut tertinggi terjadi di sekitar wilayah ekuator,  sedangkan terendah dapat terjadi di daerah kutub, walaupun pada kenyataannya sekitar 75 % air laut mempunyai salinitas antara 34,5 0/00 - 35,0 °/00.
Contoh nilai salinitas rata-rata untuk beberapa tempat :
a.              Atlantik : 34,90 °/00
b.             Pasifik : 34,62 °/00
c.              Indonesia : 34,76 °/00
(sudomo-gis.com Tulisan Hidrografi_Sifat Fisik Air Laut.pdf)
c.              Densitas             
Densitas air laut merupakan jumlah massa air laut per satu satuan volume. Densitas merupakan fungsi langsung dari kedalaman laut, serta dipengaruhi juga oleh salinitas, temperatur, dan tekanan. Pada umumnya nilai densitas (berkisar antara 1,02 - 1,07 gr/cm3) akan bertambah sesuai dengan bertambahnya salinitas dan tekanan serta berkurangnya temperatur
Perubahan densitas dapat disebabkan oleh proses-proses :
1.             Evaporasi di permukaan laut
2.             Massa air pada kedalaman < 100 m sangat dipengaruhi oleh angin dan  gelombang, sehingga besarnya densitas relatif homogen
3.             Di bawah lapisan ini terjadi perubahan temperatur yang cukup besar (Thermocline) dan juga salinitas (Halocline), sehingga menghasilkan pola perubahan densitas yang cukup besar (Pynocline)
4.             Di bawah Pynocline hingga ke dasar laut mempunyai densitas yang lebih padat
Stabilitas air laut dipengaruhi oleh perbedaan densitasnya, yang disebut dengan Sirkulasi Densitas atau Thermohaline. Dalam kegiatan pemeruman (pengukuran kedalaman dengan alat Echosounder), salinitas dan temperatur yang diperoleh dari pengukuran pada interval kedalaman tertentu sangat berguna untuk menentukan :
a.              Cepat rambat gelombang akustik
b.             Menentukan pembelokan arah perambatan gelombang akustik (refraksi).
(sudomo-gis.com Tulisan Hidrografi_Sifat Fisik Air Laut.pdf )
1.             Perbedaan – perbedaan densitas
Gerakan air yang luas dapat diakibatoleh perbedaan dnsitas dari lautan lapisan yang mempunyai kedalaman yang berbeda – beda. Perbedaan – perbedaan timbul terutama disebabkan oleh salinitas dan suhu. Contohnya, laut mediterania salinitas yang tinggi yang merupakan hasil dari besarnya penguapan yang terjadi di sini. Akibatnya lapisan permukaan menjadi lebih padat yang kemudian akan tenggelam kelapisan yang lebih dalam. Sirkulasi massa air yang ditembulkan oleh adanya perbedaan suhu dikenal sebagai thermohaline circulation. Proses ini menyebabkan timbulnya aliran massa air dari laut yang dalam di daerah kutub selatan (antartik) dan kutub utara (arktik) kearah daerah tropik. Angin yang dingi membentuk massa air yang padat pada lapisan permukaan daerah – daerah kutub yang kemudian tenggelam masuk ke lautan atlantik dan dari sini massa air tersebut mengalir kearah akuator. Massa air kutub selatan lebih padat dari pada massa air dari daerah kutub utara. Massa air kutub selatan akan mengalir di bawah massa air kutub utara ketika massa air yang berasal dari aarah yang berlawanan ini bertemu di lautan atlantik utara.
(Sahala, Hutabarat.  2008. Jakarta)
d.             Pengamatan Beberapa Sifat Fisik Dan Kimia Air Laut
Pengamatan beberapa sifat fisik dan kimia air laut, dapat kita ketahui melalui studi kasus penelitian sifat fisik dan kimia air laut diekosistem terumbu karang pulau sipora dan siberut di kepulauan mentawai, juni 2004. Yang bertujuan untuk mengamati sifat fisik dan kimia air laut dibeberapa ekosistem terumbu karang.
Pada kedua pulau yang diteliti memiliki potensi alam yang memadai bila dikelola dengan baik. Perairannya memilki berbagai ekosistem laut yang merupakan tempat hidup dan memijah ikan-ikan laut seperti ekosistem mangrove, lamun dan karang. Namun seiring berjalannya waktu, ekosistem ini rusak akibat dari aktivitas manusia seperti menagkap ikan dengan cara yang tidak ramah lingkungan. Sehingga ekosistem laut seperti terumbu karang menjadi rusak.
 Dalam studi kasus ini, sifat kimia air laut yang diukur adalah :
1.             Kadar garam (salinitas)
2.             Kadar zat hara fosfat dan nitrat
3.             Nitrit
4.             Oksigen terlarut
5.             pH
Sifat fisik air laut yang diukur adalah :
1.             Kecerahan
2.             Warna
3.             Bau
4.             Lapisan minyak
5.             Sampah padat terapung
6.             Zat padat tersuspensi
(jurnal ilmiah Sorihi. 2004)
Dalam penilitian ini, metode penelitian yang digunakan yaitu dari masing-masing perairan ditetapkan 11 stasiun pengamatan sesuai dengan tujuan peneltian dengan menggunakan GPS.
Gambar 1. Stasiun pengamatan p.sipora (jurnal ilmiah Sorihi. 2004)
Gambar 2. Stasiun pengamatan p. Siberut (jurnal ilmiah Sorihi. 2004)
 Air laut diambil dengan menggunakan water sampler. Kadar garam diukur dengan menggunakan salinometer, zat hara fosfat dan nitrit dengan spektrometer, oksigen terlarut dengan titrasi dan pH dengan pH meter.
Gambar 3.     Salinometer
Gambar 4.      Spektrometer
Gambar 5. pH meter
Dari penelitian yang dilakukan dapat diketahui hal-hal berikut :
a.              Salinitas dipulau sipora berkisar anatara 34.184 0/00 dengan rerata 33.72 0/00 sedangkan untuk pulau siberut berkisar antara 32.034,5 0/00. Yang dapat disimpulkan bahwa kadar garam di kedua pulau ini, reratanya masih sesuai dengan salinitas yang dijumpai di indonesia.
Untuk daerah pesisir salinitas berkisar antara 32-34 0/00 (romimohtarto dan tayib, 1982). Sedngkan untuk laut lepas dan terbuka salinitas berkisar antara 33-37 dengan rerata 36 ppt. Baku mutu air laut ( KMNLH 2004 ) menetapkan nilai ambang batas (NAB) saliniyas sebesar nilai salinitas alami ± 10 % variasi alami untuk biota,33-34 0/00 untuk koral, dan alami untuk wisata alami. (jurnal ilmiah Sorihi. 2004)
b.             Hasil pengukuran fospat di pulau sipora berkisar antara 263.5-69 ug.at/1 dengan rerata 3603 ug.at/1 yang kadarnya lebih tinggi dri pulau siberut yang berkisar 249.5-54 ug.at/1. Dapat disimpulkan bahwa perairan sipora relatif lebih subur dari pulau siberut.
Adanya hutan mangrove dapat berpengaruh pada penambahan fosfat terhadap air laut. Karena hutan mangrove membuat kadar fosfat menjadi timnggi. Kadar fosfat diperairan normal yaitu berkisar antara 0.01-1.68 ug.at/1 (sutamihardja 1987). Kadar fosfat diperairan yang cukup subur berkisar antara0.07-1.61 ug.at/1. (Liaw 1969). Dapat disimpulkan bahwa perairan sipora dan siberut merupakan perairan yang subur.
c.              Pada pengukuran nitrit kedua pulau berkisar ˂ 1.0-1.0 ug.at/1 dengan rerata ˂ 1.0 ug.at/1 yang dapat disimpulkan bahwa kedua perairan ini mempunyai tingkat pencemaran senyawa organis yang relatif sama.
Nitrit merupakan salah satu indikator adanya pencemaran oleh senyawa organis. Nitrit juga beracun karena dapat bereaksi dengan hemoglobin dalam darah, sehingga darah tidak dapt mengangkut oksigen, disamping itu nitrit juga dapat membentuk nitrosamin pada air buangan tertentu dan dapat menimbulkan kanker. (Alaert dan Santika, 1984).
d.             Kadar nitrat dikedua perairan relatif lebih tinggi dari kadar normal nitrat diperairan laut. Kadar nitrat diperairan laut yang normal berkisar antara 0.01-0.05 ug.at/1. (Brotowidjojo et al 1995).
e.              Perbedaan kadar oksigen terlarut relatif kecil. Kadar oksigen yang relatif lebih tinggi diperairan P. Sipora menunjukan bahwa perairan dipulau tersebut lebih bersih dari pencemaran senyawa organik. Kadar organis yang tinggi disuatu perairan menghabiskan banyak oksigen untuk mengurainya.
Kadar oksigen terlarut di perairan laut yang normal berkisar antar 5.7-8.5 ppm. (Sutamihardja,1987).
f.              Pada pengukuran pH P. Sipora berkisar 8.1-8.2 dengan rerata 8.136 sedangkan P. Siberut berkisar 7.9-8.1 dengan rerata 8.009. yang dapat disimpulkan bahwa pulau sipora lebih bersifat alkalis dari pulau siberut.
Varisai pH umumnya disebabkan oleh proses-proses kimia dan biologis yang dapat menghasilkan senyawa- senyawa kimia baik yang bersifat asam maupun alkalis. pH yang normal diperairan berkisar antara 8.0-8.5 (Salim, 1986).
g.             Pada pengukuran kecerahan dapt diketahui bahwa pada perairan siberut dan sipora adalah tampak dasar. Hal ini menunjukan bahwa penetrasi cahaya matahari mencapai lapisan yang lebih dalam kondisi air laut yang lebih relatif jernih.
Kecerahan air laut pada umumnya dipengaruhi oleh curah hujan. Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan turbulensi dan membawa lumpur-lumpur yang berasal dari darat melalui aliran-aliran sungai ke perairan laut, sehingga  perairan laut menjadi keruh. Keadaan ini merupakan penyebab salah satu penyebab rusaknya terumbu karang diperairan laut akibat tertutup lumpur atau sedimen. (Sutarma, 1987).
h.             Pengukuran warna air laut biasanya secara umum dilihat warna alami yakni berkisar antara hijau muda sampai biru tua. Warna hijau muda umumnya dijumpai pada lokasi yang relatif dekat pantai (± 25 meter), sedangkan biru tua agak jauh dari pantai (50-100 meter ).
i.               Pengukuran bau air laut biasanya dilihat pada air laut yang berbau. Air laut yang berbau biasanya terdapat atau dijumpai di dermaga-dermaga atau pelabuhan. Bau berasal dari gas-gas yang dihasilkan dari dekomposisi senyawa organik.
j.               Sampah padat terapung (SPT)
Sampah padat terapung biasanya berasal dari aktivitas manusia baik didarat maupun diperairan laut sendiri. Benda terapung dapat berupa botol plastik, plastik pembungkus, kaleng, karet/sandal, tanaman/kelapa. Lapisan minyak hanya dijumpai didermaga verry.
Lapisan minyak mengandung minyak bumi dan minyak bumi mengandung senyawa aromatik yang bersifat racun terhadap biota laut.lapisan minyak juga mengurangi penetrasi matahari kelapisan yang lebih dalam, sehingga dapat menghalangi proses fotosintesis. Namun demikian lapisan minyak setebal 1 mm belumlah mengurangi kelarutan oksigen dari udara kepermukaan laut. (Schwindiger, 1968).
k.             Pengukuran zat padat tersuspensi di P. Sipora berkisar antara 3.75-8.78 ppm dengan rerata 5,735 ppm sedangkan dipulau siberut berkisar 3.83-6.96 ppm dengan rerata 4.554 ppm. Menunjukan perairan P. Sipora relatif lebih keruh dibandingkan dengan Siberut.





                                               DAFTAR PUSTAKA

Elly, Muhamad Jafar. 2009. Sistem informasi geografi. Yogyakarta : graha ilmu
Hutabarat, sahala dan evart stewart M.2008. jakarta : pengantar oseanografi. Universitas indonesia pres
Muhamad, hamid. 2005. Ilmu pengetahuan sosial – geografi. Jakarta : departemen pendidikan nasional, direktorat  jendral pendidikan dasar dan menengah, direktorat pendidikan lanjutan pertama.
Sorihi. 2004.jurnal : pengamatan beberapa sifat kimia dan fisika air laut diekosistem terumbu karang. Terrnate fakultas perikanan dan  ilmu kelautan
Sudomo-gis.com Tulisan Hidrografi_Sifat Fisik Air Laut.pdf







GELOMBANG DAN PASANG

1.             PENDAHULUAN
Gelombang selalu menimbulkan sebuah ayunan air yang bergerak tanpa henti-hentinya pada lapisan permukaan laut dan jarang dalam keadaan sama sekali diam. Hembusan angin sepoi-sepoi pada cuaca yang tenang sekalipun sudah cukup untuk dapat menimbulkan riak gelombang. Sebaliknya dalam keadaan dimana terjadi badai  yang besar dapat menimbulkan suatu gelombang besar yang dapat mengakibatkan suatu kerusakan hebat pada kapal-kapal atau daerah-daerah pantai. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans, 2008).
Gelombang adalah gerakan naik turunya air laut secara vertikal sehingga membentuk punggung dan lembah. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans. 2008).
Ombak atau gelombang laut terjadi karena gesekan angin terhadap permukaan air laut. Besar kecilnya ombak sangat tergantung pada kedalaman laut dan kekuatan angin. Karena pukulan ombak yang kuat dan terus menerus terhadap sebuah pantai, terjadilah pengikisan terhadap pantai tersebut, yang kemudian kita kenal dengan abrast. Di pantai-pantai yang terjal, seperti pantai selatan pulau jawa, abrasi dapat memperterjal pantai. Pantai yang memiliki tebing terjal ini disebut cliff. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans. 2008).

2.      SUSUNAN GELOMBANG
Susunan gelombang dilautan baik bentuk maupun macamnya sangat bervariasi dan kompleksnya, sehingga mengakibatkan mereka hampir tidak dapat diuraikan karena itu sangatlah berguna untuk membuat sebuah model gelombang buatan yang dapat digerakkan dan dikontrol secara hati-hati didalam sebuah tangki gelombang di laboratorium. Bentuk gelombang ini kemungkinan tidak pernah kita jumpai dalam bentuk yang tepat sama seperti yang terdapat pada permukaan laut. Paaling tidak bentuk gelombang ideal ini sudah memungkinkan kita untuk dapat mengenal bentuk sebenarnya serta membantu memberikan istilah-istilah yang dapat digunakan guna menerangkan susunan gelombang yang lebih kompleks. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans. 2008).
Beberapa cara analitik untuk menghitung perambatan gelombang telah dikembangkan oleh beberapa ahli, demikian pula penyelesaiannya secara numeric. Sebuah cara analitik lain di cobe dikenalkan dengan menguraikan suatu liku muka air yang tidak simetrik kedalam beberapa harmonic dari hitung tersebut akan didapatkan koefisien-koefisien harmoniknya yang dapat dipakai untuk menghitung tinggi muka air dan kecepatan aliran di setiap tititk di saluran. (Budi Wignyosukarto, 1986)
Ippen dan Harleman mengembangkan suatu persamaan perambatan gelombang pasang surut pada sebuah saluran dengan tampang persegi dan tertutup ujungnya. Dari analisis dua likupasang surut kedua batas limitnya, yang dianggap sebagai liku sinusoidal, Ippen dan Harleman dapat menghitung kecepatan dan amplitude gelombang sepanjang saluran tersebut. Metode Ippen dan Harleman tersebut akan dikembangkan agar dapat dipakai untuk menghitung karekteristik aliran untuk liku pasang surut dalam bentuk tak tentu (tidak sinusoidal) dengan membuat analisis harmonic dari liku tersebut. (Budi Wignyosukarto, 1986)

3.      FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GELOMBANG
Proses terjadinya gelombang laut dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut:
a.             Tiupan Angin
Salah satu pembangkit arus permukaan adalah disebabkan oleh adanya angin yang bertiup diatasnya. Tenaga angin memberikan pengaruh terhadap arus permukaan secara horisontal sesuai dengan arah angin berhembus. Kecepatan arus akan berkurang sesuai dengan bertambahnya kedalaman perairan. Selain pergerakan arah arus mendatar, angin dapat juga membangkitkan timbulnya arus air vertikal yang dikenal dengan up welling dan sinking di daerah-daerah tertentu. (Muh. Hamid, 2005)
b.             Perbedaan Suhu
Sirkulasi arus laut dapat juga ditimbulakan oleh perbedaan suhu yang disebut thermohaline circulation. Air laut yang memiliki suhu yang dingin memiliki densitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan air laut yang memiliki suhu panas. Kondisi yang demikian menyebabkan timbulnya aliran masa air dari laut dalam didaerah kutup selatan (antartik) dan kutup utara (artik) ke daerah tropik. (Muh. Hamid. 2005)
c.              Tumbukan Dengan Daratan
Arus laut dapat juga disebkan oleh tumbukkan dengan daratan atau benua. Air didepan daratan atau benua lebih tinggi daripada permukaan air laut disekitarnya. Perbedaan permukaan air laut tersebut menyebabkan aliran air dari laut yang memiliki permukaan air tinggi ke laut yang memiliki permukaan air rendah. (Muh. Hamid. 2005)
d.             Perbedaan Kadar Garam
Air laut yang memiliki kadar garam tinggi akan memiliki masa jenis yang lebih tinggi daripada air yang berkadar garam rendah. Jika ada dua laut yang bersebelahan dengan kadar garam berbeda, dibagian permukaan terjadi aliran air dari laut berkadar garam rendah kelaut yang berkadar garam tinggi. Adapun dibagian dasar laut terjadi aliran air yang berkadar garam tinggi kelaut yang berkadar garam rendah. Contohnya di Ambang Gibraltar. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans. 2008).
e.              Getaran Kerak Bumi
Gempa tektonik atau letusan gunung api akan menyebabkan terjadinya gerakan kerak bumi yang akan menghasilkan terjadinya gelombang laut yang besar. Gelombang semacam ini dinamakan dengan tsunami. Letusan gunung krakatau di selat sunda tahun 1883 menyebabkan gelombang besar dan menyapu penduduk dipantai banten dan lampung. Demikian juga gempa tektonik di utara pulau flores tahun 1996, menimbulkan gempa besar dan menyapu pemukiman yang bermukim di pantai. (Muh. Hamid. 2005).

4.             BENTUK PECAH GELOMBANG
Ada empat tipe-tipe pecah gelombang yang terjadi di pantai, yaitu sebagai berikut:


a.             Spilling (Melimpah)
Pecahan gelombang ini terjadi akibat terjadinya badai dilautan. Begitu atas gelombang tertumpah ke bawah di depan puncak gelombang, dan proses ini merupakan suatu proses yang terjadi secara perlahan-lahan dan kekuatan gelombang yang tidak teratur terjadi untuk periode yang relatif lama. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans. 2008).
Gambar 1. Bentuk pecah gelombang tipe spilling (melimpah)
(Sumber  http://blognyajose.blogspot.com/2011_01_26_archive.html)
b.             Plunging (menunjang)
Pecahan gelombang ini berhubungan dengan gelombang besar (swell) dan karena itu mereka cenderung untuk terjadi beberapa hari setelah berlalunya badai atau tidak seberapa jauh dari pusat badai itu sendiri. Pecahnya gelombang disini mempunyai bentuk cembung ke belakang tetapi puncak gelombang melengkung ke depan berbentuk cekung kearah muka. Proses tertumpahnya gelombang jenis ini ke bawah disertai dengan tenaga yang sangat besar, walaupun mereka kemungkinan tampaknya kurang dahsyat jika dibandingkan dengan spilling. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans. 2008).
Gambar 1. Bentuk pecah gelombang tipe plunging (menunjang)
(Sumber  http://putukebarongan.blogspot.com./2009_12_01_archive.html)
c.              Colapsing (Meluruh)
Collapsing adalah bagian depan dari gelombang curam pada saat mulai pecah. Collapsing breaker bentuknya terletak antara bentuk plunging dan surging dan tidak secara jelas didefinisikan dengan bentuk lainnya. Jenis pecah collapsing bisa dilihat dalam transisi antara pecah dan non-pecah. (Gross, 1993).
d.             Surging (Menggelora)
Surging, adalah tipe empasan dimana gelombang pecah tepat di tepi pantai. Tipe empasan ini sangat mempengaruhi lebarnya zona surf suatu perairan karena jenis gelombang yang pecah tepat di tepi pantai akan mengakibatkan semakin sempitnya zona surf. Gelombangnya lebih lemah saat mencapai pantai dengan dasar yang lebih curam dan kemudian gelombang akan pecah tepat pada tepi pantai (Gross, 1993).

5.       BENTUK GELOMBANG
Gelombang dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut:

a.             Sea
Sea adalah gelombang yang berlangsung dibangkitkan oleh angin. Selain itu jenis gelombang ini digolongkan gelombang primer. (Muh. Hamid. 2005).
b.             Swell
Swell adalah gelombang lanjutan dari gerakan air yang terdorong oleh kekuatan gelombang sea. Selain itu gelombang jenis ini juga di golongkan sebagai gelombang primer sama seperti jenis gelombang sea. Bersama dengan gerakan arus, gerakan gelombang pada zona dekat pantai (nearshore zone) dan ketika gelombang ini sampai ke garis pantai (shoreline) akan mengalami tiga kemungkinan, yaitu refleksi, refraksi, difraksi. (Muh. Hamid. 2005).
c.              Surf
Surf adalah gelombang yang telah pecah (break) ketika mendekati garis pantai. Jenis gelombang ini digolongkan sebagai gelombang sekunder. (Muh. Hamid. 2005).

6.      PASANG SURUT AIR LAUT
Air pada bagian ujung pantai yang berbatasan dengan lautan tidak pernah diam pada suatu ketinggian yang tetap, tetapi mereka ini selalu bergerak naik dan turun sesuai dengan siklus pasang. Permukaan air laut perlahan-lahan naik sampai pada ketinggian meksimum, peristiwa ini dinamakan pasang tinggi (high water). Setelah itu kemudian turun sampai kepada suatu ketinggian minimum yang di sebut pasang rendah (low water). Dari sini permukaan air akan mulai bergerak naik lagi. Perbedaan ketinggian ketinggian permukaan antara pasang tinggi dan pasang rendah dikenal sebagai tinggi pasang (tidal range). Sifat khas dari naik turunnya permukaan air ini terjadi dua kali setiap hari sehingga terjadi dua periode pasang tinggi dan dua periode pasang rendah. Bentuk pasang semacam ini dinamakan sebagai semi datar diurnal tide. Kemudian akan turun lagi pada ketinggian minimum dihari yang keempat belasnya. Pasang yang mempunyai tinggi maksimum dikenal sebagai spring tide, sedangkan yang mempunyai tinggi minimum dikenal sebagai neaphide. Biasanya terjadi dua siklus lengkap setiap bulan yang berhubungan dengan fase bulan. Spring tide terjadi pada waktu bulan baru dan bulan penuh. Sedangkan nieptide terjadi pada waktu perempatan bulan pertama dan permpatan bulan ketiga. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans. 2008).
Posisi bulan terhadap bumi dan matahari selalu berubah sebagai akibat revolusi bulan mengelilingi bumi. Terkadang antara bumi, matahari, dan bulan dalam satu garis lurus. Pada waktu yang lain posisinya berubah menjadi matahari, bumi, dan bulan. Selanjutnya ada pula posisi antara matahari, bumi, dan bulan membentuk sudut siku-siku. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans. 2008).
Gaya tarik matahari juga memberikan pengaruh terhadap molekul air laut, walaupun antara gaya tarik matahari dan gaya tarik bumi terhadap bumi adalah 1 : 2,2. Pada waktu posisi matahari, bulan, dan bumi segaris lurus, keduanya saling bekerja sama menarik molekul air laut sehingga gaya tarik bulan (2,2) dan matahari (1) menjadi 3,2. Ketika kekuatan kerjasama ini terjalin, terjadilah pasang tertinggi yang biasanya disebut pasang purnama (spring tides). (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans. 2008).
Pada waktu bulan, bumi dan matahari membentuk sudut siku-siku (900) terjadi pasang naik paling rendah yang disebut pasang perbani (neap tides) yaitu sekitar tanggal 6, 7, 8 atau 19, 20, 21 pada bulan komariah. (Muh. Hamid. 2005).

7.         PASANG NAIK DAN PASANG SURUT
Air laut naik atau turun terutama akibat adanya pengaruh gaya tarik bulan. Dalam satu hari (24 jam) terjadi dua kali pasang naik dan dua kali pasang surut. Pasang purnama merupakan pasang naik setinggi-tingginya yang terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama. Pasang perbani merupakan pasang naik sekecil-kecilnya, terjadi pada minggu kedua dan keempat setiap bulannya. Peristiwa pasang perbani terjadi karena matahari –bumi-bulan dan membentuk sudut (elongasi) 900. (Muh Hamid. 2005).
Selain pengaruh bulan,pasang surut air laut dapat terjadi sebagai akibat dari pengaruh gempa bumi dan letusan gunung api di lautan. Air pasang tiba-tiba sebagai akibat atau pengaruh gempa laut ini disebut tsunami, seperti yang terjadi Banyuwangi, Jawa Timur pada bulan Juni 1994. Di laut-laut yang sempit, seperti selat malaka dan selat bangka, sering terjadi air laut naik yang kadang-kadang disertai arus deras. Peristiwa ini dikenal dengan istilah Beno. (Muh Hamid. 2005).
Bila teknologi ini telah dikuasai oleh bangsa Indonesia, maka hal ini dapat menjadi sumber energi yang potensial, karena pantai yang dimiliki oleh Indonesia sangat panjang, dan luas lautannya jauh lebih luas dari daratan. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans. 2008).


DAFTAR PUSTAKA

Hutabarat, Sahala & M.E Stewart,  2008. Pengantar Oseanografi. Jakarta : Universitas Indonesia.
Pendidikan Nasional Departemen, 2005. Ilmu Pengetahuan Sosial Geografi Perairan Darat Dan Laut. Jakarta
Yohandi, Handi, 2007. IPS Geografi. Jakarta
Wignyonsukarto, Budi, 1986. Perambatan Gelombang Pasang Surut Sebuah Metode Analitik. Jakarta











ARUS LAUT

1.             DEFINISI ARUS LAUT
Arus merupakan gerakan yang sangat luas yang terjadi pada seluruh lautan di dunia. Arus permukaan dibangkitkan terutama oleh angin yang berhembus di permukaan laut. selain itu topografi muka air laut juga turut mempengaruhi gerakan arus permukaan. Angin dan topografi laut saat ini dapat diamati dengan menggunakan satelit Altimetri Jason1. Dengan bantuan data dari satelit ini, maka dapat dipetakan pola dari pergerakan arus laut permukaan secara global. (Rahma Widyastuti, 2010)
Arus merupakan gerakan air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh lautan di dunia. Arus- arus ini mempunyai arti yang sangat penting dalam menentukan arah pelayaran bagi kapal-kapal. Peta harus telah di buat oleh para pelaut berabad-abad yang lalu.  Kita dapat mengetahui adanya arus-arus ini terutama di dasarkan atas pekerjaan seorang ahli oseanografi kebangsaan Amerika Matthew Fontaine yang telah memulai pekerjaan tersebut sejak 1840. Ia membuat sebuah gambar dari system arus-arus duniaberdasarkan atas pengamatan dan pengukuran terhadap besarnya pengaruh arus yang mempengaruhi pembelokan arah kapal dari lintasan jalan yang seharusnya dikehendaki dari suatu pelayaran yang panjang dan memakan waktu yang lama. Pada waktu ini teknik yang lebih rumit telah dapat di lakukan dalam mengukur arus-arus ini, sehingga memungkinkan untuk mengukur kecepatan dan arah arus di seluruh lapisan perairan.Akibatnya gambaran yang lengkap tentang arus-arus ini sudah dapat di buat pada waktu ini. (Hutabarat, Sahala dan Evans, Stewart M. 2008)
Arus laut adalah gerakan masa air secara teratur dari suatu tempat ketempat lain. Sebagaian besar  arus laut bergerak dengan arah horinzontal  dan hanya sebagian kecil bergerak dengan arah vertical. Gerakan masa air laut secara vertical disebut upwelling. (Mahammad, hamid. 2005).
2.             JENIS-JENIS ARUS
Menurut letaknya arus dibagi menjadi dua, yaitu arus atas dan arus bawah. Arus atas adalah arus yang bergerak di permukaan laut, bergerak dengan arah horizontal dan dipengaruhi oleh pola sebaran angin; Sedangkan arus bawah Deep-water Circulation) adalah arus yang bergerak dibawah permukaan laut arah pergerakannya tidak dipengaruhi oleh pola sebaran angin dan mambawa massa air dari daerah kutub ke daerah ekuator. Faktor utama yang mengendalikan gerakan massa air laut di kedalaman samudera adalah densitas air laut. Perbedaan densitas diantara dua massa air laut yang berdampingan menyebabkan gerakan vertikal air laut dan menciptakan gerakan massa air laut-dalam(deep-water masses) yang bergerak melintasi samudera secara perlahan. Gerakan massa air laut-dalam tersebut kadang mempengaruhi sirkulasi permukaan. Menurut suhunya kita mengenal adanya arus panas dan arus dingin. Arus panas adalah arus yang bila suhunya lebih panas dari daerah yang dilalui. Sedangkan arus dingin adalah arus yang suhunya lebih dingin dari daerah yang dilaluinya. (Gross, M.G.1990).
Macam – macam jenis arus laut :
1.             Berdasarkan Penyebab Terjadinya
a)             Arus ekhman
yaitu arus yang dipengaruhi oleh angin. , arus yang ditimbulkan oleh angin mempunyai kecepatan yang berbeda menurut kedalaman. Kecepatan arus yang dibangkitkan oleh angin memiliki perubahan yang kecil seiring pertambahan kedalaman hingga tidak berpengaruh sama sekali.





Gambar 1. Arus ekhman (Sumber: http://seaogys.blogspot.com)
b)             Arus thermohaline
Yaitu arus yang dipengaruhi oleh densitas. Perubahan densitas timbul karena adanya perubahan suhu dan salinitas anatara 2 massa air yang densitasnya tinggi akan tenggelam dan menyebar dibawah permukaan air sebagai arus dalam dan sirkulasinya disebut arus termohalin (thermohaline circulation)





Gambar 2. arus termohalin. (Sumber :Pond, S dan G.L Pickard. 1983)
c)             Arus pasut
Yaitu arus yang dipengaruhi oleh pasang dan surutnya air laut. Arus yang disebabkan oleh gaya tarik menarik antara bumi dan benda benda angkasa. Arus pasut ini merupakan arus yang gerakannya horizontal.
d)            Arus geostropik
Yaitu arus yang dipengaruhi oleh gradien tek anan mendatar dan gaya coriolis.




Gambar 3. Gaya coriolis
2.   Berdasarkan kedalaman
a)              Arus permukaan
Yaitu arus di permukaan air dan bergerak secara horizontal yang disebabkan oleh pola sebaran angin.




Gambar 4. Arus permukaan
b)              Arus dalam
Yaitu arus yang terjadi jauh didasar kolom perairan. Arah arus tidak jelas karena terjadi akibat perubahan densitas air laut.




Gambar 5. Arus dalam (sumber: http://www.republika.co.id/)
3.      Berdasarkan suhu





Gambar 6. Arus panas dan arus dingin
a)              Arus panas
yaitu arus yang suhunya lebih panas dari wilayah yang dilaluinya.



Gambar 7. Arus panas laut (sumber: http://seaogys.blogspot.com/)
b)              Arus dingin
Yaitu arus yang suhunya lebih dingin dari wilayah yang dilaluinya.





Gambar 8. Arus dingin (sumber: http://dfat.gov.au/)
Sebaran suhu secara menegak ( vertikal) diperairan Indonesia terbagi atas tiga lapisan, yakni lapisan hangat di bagian teratas atau lapisan epilimnion dimana pada lapisan ini gradien suhu berubah secara perlahan, lapisan termoklin yaitu lapisan dimana gradien suhu berubah secara cepat sesuai dengan pertambahan kedalaman, lapisan dingin di bawah lapisan termoklin yang disebut juga lapisan hipolimnion dimana suhu air laut konstan sebesar 4ºC. Pada lapisan termoklin memiliki ciri gradien suhu yaitu perubahan suhu terhadap kedalaman sebesar 0.1ºC untuk setiap pertambahan kedalaman satu meter (Nontji,1987).
Kisaran suhu pada daerah tropis relatif stabil karena cahaya matahari lebih banyak mengenai daerah ekuator daripada daerah kutub. Hal ini dikarenakan cahaya matahari yang merambat melalui atmosfer banyak kehilangan panas sebelum cahaya tersebut mencapai kutub. Suhu di lautan kemungkinan berkisar antara -1.87°C (titik beku air laut) di daerah kutub sampai maksimum sekitar 42°C di daerah perairan dangkal (Hutabarat dan Evans, 1986).
Suhu menurun secara teratur sesuai dengan kedalaman. Semakin dalam suhu akan semakin rendah atau dingin. Hal ini diakibatkan karena kurangnya intensitas matahari yang masuk kedalam perairan. Pada kedalaman melebihi 1000 meter suhu air relatif konstan dan berkisar antara 2°C – 4°C (Hutagalung, 1988)
Beberapa fenomena – fenomena yang terjadi di laut disebabkan oleh arus dan suhu laut. Seperti kita ketahui, El Nino merupakan sebuah fenomena dimana kolam air panas yang berasal dari Samudera Pasifik bergerak ke arah Indonesia. Hal ini terjadi karena anomali perubahan suhu yang drastis di perairan pasifik. Suhu yang tadinya dingin berangsur menjadi panas. Sesuai dengan hukum konveksi, “air yang lebih panas akan bergerak ke air yang dingin”. Air di pasifik yang panas bergerak ke arah perairan timur Indonesia yang lebih dingin. Fenomena ini mengakibatkan turunnya curah hujan secara drastis di Indonesia bagian timur.
Lalu beberapa arus yang terjadi di dunia pun diakibatkan karena perbedaan suhu perairan di seluruh dunia. Contohnya pada daerah ekuator suhu perairannya lebih panas dibanding daerah kutub. Hali ini terjadi karena daerah ekuator lebih banyak menyerap panas matahari dibanding daerah kutub. Dibawah ini merupakan gambar  suhu perairan laut ekuator dan sekitarnya.
Pada daerah ekuator terlihat lebih renggang, ini merupakan tanda bahwa perairan di daerah ekuator lebih panas dan airnya “mengembang”. Sedangkan disekitarnya terlihat padat karena suhu perairannya lebih dingin dibanding pada daerah ekuator. Contoh arus yang bergerak dari daerah yang lebih panas ke dingin  adalah Arus Khatulistiwa Utara yang merupakan arus panas yang mengalir menuju ke arah barat sejajar dengan garis khatulistiwa dan ditimbulkan serta didorong oleh angin pasat timur laut. (Hutabarat. S & Evans. S., 1984).

3.             FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ARUS LAUT
Arus laut terjadi karena beberapa factor antara lain tiupan angin, perbedaan kadar garam, menumbuk daratan, perbedaan suhu.
a)             Arus laut karena tiupan angin.
Tiupan angin angin yang menerpa air laut dipermukaan akan menimbulkan arus laut. Seperti halnya bila kita meniup air dalam cawan, maka dari itu dapat disimpulkan bahwa angin dapat menyebabkan arus laut. Arah arus itu searah dengan aliran angin .
Arus karena tiupan angin ini bila menumbuk daratan atau benua, maka air didepan daratan atau benua itu  akan lebih tingggi dari permukaan air laut disekitanya. Perbedaan permukaan air laut tersebut akan menyebabkan terjadinya aliran air dari laut yang memiliki permukaan air lebih tinggi menuju kelaut yang memiliki permukaan air lebih rendah.Arus laut  yang demikian disebut arus kompensasi.
b)             Arus laut karena perbedaan kadar garam.
Air laut yang memiliki kadar garam tingggi memiliki massa jenis yang lebih besar dari pada air laut yang kadar garamnya rendah. Oleh karena itu, jika ada dua laut yang bersebelahan tetapi kadar garamnya berbeda, maka dibagian dasar laut akan terjadi aliran air dari laut berkadar garam tinggi menuju kelaut berkadar garam rendah. Sebaliknya di bagian permukaan akan terjadi aliran air dari laut berkadar  garam rendah menuju kelaut berkadar garam tingggi. Contoh Ambang Gibraltar, yang terletak diantara Benua eropa dan Benua amerika.
c)             Perbedaan suhu
Air laut yang dingin memiliki massa jenis yang lebih besar dari pada air laut yang panas. Air laut didaerah kutub bersuhu dingin, sehingga memiliki massa jenis lebih besar. Oleh karena itu, laut tersebut akan tenggelam dan bergerak menuju ke daerah yang massa jenisnya kecil, melalui dasar laut yang dalam. Bila arus ini menumbuk daratan, arah aliranya dapat berubah dari dasar menuju kepermukaan. Inilah yang disebut up-welling kaya akan ikan karena arus ini membawa unsure hara dari dasar laut. Contoh : laut Banda dn pantai Barat peru –Equader ( Amerika Latin ). (Mahammad, hamid. 2005).

4.    KLASIFIKASI ARUS LAUT
1.             Berdasarkan temperaturnya , arus laut dibedakan menjadi dua yaitu, arus laut panas dan arus laut dingin. Arus laut panas yaitu arus yang temperatur airnya lebih tinggi dari temperature air laut yang didatangi. Contoh : Arus teluk, dan kurosiwo. Arus ini dating ari daerah tropis kedaerah sedang. Begitupun sebaliknya dengan arus dingin. Arus dingin contohnya Arus Labrador, Arus Benguela, Arus Oyasiwo, dan Arus peru. Arus itu dating dari kutub kedaerah sedang.
2.             Berdasarkan letaknya, Arus laut dibedakan menjadi dua , yaitu arus permukaan dan arus dasar atau arus bawah. Arus permukaan bergerak sebagai arus dipermukaan laut. Contoh : Semua arus laut karena angin. Arus bawah, air yang bergerak sebagai arus laut berada didasar laut. Bila arah bergerak berubah kearah vertical, maka arus ini akan menjadi up welling.
Di permukaan laut terdapat arus laut di sepanjang pantai yang disebut dengan longshore current. Arus ini mengalir searah dengan garis pantai. Pada daerah pantai berpasir halus dengan gelombangnya yang agak besar sering terjadi arus dasar yang dangkal, dengan arah alirantegak lurus dengan garis pantai yang disebut rip current. Proses terjadinya, bila arus air pada longshore  current  yang berlawanan arah bertemu, dan pada saat itu arah gelombang sejajar dengan garis pantai maka pada lokasi pertemuan dengan longshore current  itu akan terjadi penumpukan massa air, yang kemudian akan mengalir ketempat yang lebih rendah yaitu menuju ketengah laut. Kondisi ini akan diperkuat bila permukaan air laut di depan kumpulan massa air tersebut lebih rendah, sehingga rip current  menjadi lebih kuat dank eras. Bila arah gelombang tidak sejajar dengan garis pantai maka wujud dari longshore current  akan berupa garis yang terputus-putus. Pada ujung longshore current  dari ujung long shore current  yang terputus-putus tersebut arus air akan menuju ketampat yang lebih rendah, yaitu ketengah laut. Pada lokasi itulah tempat terjadinya rip current.
Rip current mampu menyeret pasir dibawahnya beserta orang berada di tempat itu dan dibawah kelaut yang lebih kedalam. Rip current  inilah yang sering menggelamkan orang yang sedang berwisata di pantai. (Mahammad, hamid. 2005)


5.             MANFAAT ARUS LAUT
Arus laut mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia, antara lain yaitu :
a.              Arus laut karena tiupan angin dapat mempengaruhi  kondisi iklim suatu tempat, misalnya di Eropa barat di musim dingin tidak begitu dingin dan lautnya tidak membeku karena dipengaruhi oleh arus panas gulfstream atau arus teluk.
b.             Pertemuan arus panas dan arus dingin merupakan daerah yang kaya iklim. Hal ini disebabkan karena di daerah itu kaya akan planktom.
c.              Arus laut dapat menyebarkan berbagai macam jenis hewan tumbuhan keberbagai belahan dunia. (Muhammad, hamid. 2005).
Laut tak ubahnya seperti sungai. Airnya selalu bergerak, sehingga ada arus laut.karenya lebarnya lautan, maka alur arus laut dapat bergeser, meskipun arahnya tetap. Di daerah pantai arah arus dapat terganggu dengan adanya tanjung, teluk, atau pun pulau. Karena gangguan itulah maka terbentuknya bebagai gejala pantai, sperti Tombolo, danau laut (Laguna), kikisan pantai (abrasi),dan endapan yang memungkinkan tumbuhnya tanaman bakau (mangrove). Bentuk pantai tertentu dapat menyebabkan terjadinya arus berputar. Ada putaran air disebut  vortex, yaitu putaran air tercepat dibagian luar, dan eddy yaitu putaran iar tercepat bagian dalam. Adanya putaran air laut tersebut menyebabkan air laut mampu menarik benda-benda yang terapung menjadi tenggelam. (Suradi, Imam. 1997).



6.             FAKTOR-FAKTOR PEMBANGKIT ARUS
Tiga sumber utama pembangkit arus adalah : Angin (arus permukaan), Variasidensitas, Pasut laut. Pengaruh lainnya dapat disebabkan oleh : Gaya Coriolis, Gaya Berat, Gaya Gesekan, dan Tekanan Atmosfir. Peranan pengamatan arus dalam Survei Hidrografi : Kerekayasaan : konstruksi lepas pantai, perencanaan pelabuhan, dan pemantauan lingkungan, Penentuan posisi (metode Dead-Reckoning), Keselamatan pelayaran. (Eka Djunarsjah, 2005).
Gerakan air dipermukaan laut terutama disebabkan karena adanya angin yang bertiup di atasnya. Akibatnya arus yang mengalir di permukaan lautan merupakan hasil kerja gabungan dari faktor  lain selain angin. Faktor tersebut yaitu :
1)           Bentuk topografi dasar lautan dan pulau-pulau yang ada disekitarnya.
Beberapa system lautan di utama di dunia di batasi oleh massa daratan dari tiga sisi dan pula oleh arus equatorial counter disisi yang ke empat. Batas-batas ini menghasilkan system aliran yang hampit tertutup dan cenderung membuat aliran air yang mengarah dalam suatu bentuk bulatan. Dari sinilah terbentuk adanya Gyre
Gambar 1. Gyre (Sumber: Pond, S dan G.L Pickard. 1983)

2)             Gaya coriolis dan arus ekman
Gaya coriolis mempengaruhi aliran massa air, di mana gaya ini akan membelokkan arah mereka dari arah yang lurus. Gaya ini timbul sebagia akibat dari perputaran bumi pada porosnya. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita tidak sadar bahwa gaya ini ternyata dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap benda-benda bergerak dalam jarakyang luas. Sebagai contoh sebuah selongsong peluru yang di tembakkan dari sebuah bedil akan memberikan sebuah bekas lintasan yang jalannya agak lengkung sebagai hasil dari peranan gaya coriolis yang terjadi padanya. Pmbelokkan ini akan mengarah ke kiri di belahn bumi selatan. Gaya inilah yang menghasilkan adanya alira gyre yang mengarah kea rah jarum jam (ke kanan) pada belahan bumi sebelah utara dan  mengarah ke arah lawan jarum jam (ke kiri) pada belahan bumi bagian selatan.
Gaya coriolis juga yang menyebabkan timbulnya perubahan-perubahan arah arus yang kompleks susunannya yang terjadi sesuai dengan makin dalamnya ke dalaman suatu perairan.
Pada umunya tenaga angin yang di berikan pada lapisan permukaan dapat membangkitkan timbulnya arus permukaan yang menpunyai kecepatan sekitar 2 % dari kecepatan angin itu sendiri. (Hutabarat, Sahala, dan Evans, Stewart M. 2008).
Terjadinya arus di lautan disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti perbedaan densitas air laut, gradien tekanan mendatar dan gesekan lapisan air. Sedangkan faktor eksternal seperti gaya tarik matahari dan bulan yang dipengaruhi oleh tahanan dasar laut dan gaya coriolis, perbedaan tekanan udara, gaya gravitasi, gaya tektonik dan angin.
         Gaya-gaya utama yang berperan dalam sirkulasi massa air adalah gaya gradien tekanan, gaya coriolis, gaya gravitasi, gaya gesekan, dan gaya sentrifugal. Faktor penyebab terjadinya arus yaitu dapat dibedakan menjadi tiga komponen yaitu gaya eksternal, gaya internal angin, gaya-gaya kedua yang hanya datang karena fluida dalam gerakan yang relatif terhadap permukaan bumi. Dari gaya-gaya yang bekerja dalam pembentukan arus antara lain tegangan angin, gaya Viskositas, gaya Coriolis, gaya gradien tekanan horizontal, gaya yang menghasilkan pasut. (Gross, M.G.1990)

7.             PERBEDAAN GELOMBANG DAN ARUS
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoida. Gelombang laut disebabkan oleh angin. Angin di atas lautan mentransfer energinya ke perairan, menyebabkan riak-riak, alun/bukit, dan berubah menjadi apa yang kita sebut sebagai gelombang.
Air laut selalu dalam keadaan bergerak. Arus laut bergerak tak ubahnya arus di sungai, gelombang laut bergerak dan menabrak pantai, dan gaya gravitasi bulan dan matahari mengakibatkan naik turunnya air laut dan biasa disebut sebagai fenomena pasang surut laut.
Arus laut tercipta karena adanya pemanasan di beberapa bagian Bumi oleh radiasi sinar matahari. Air yang lebih hangat akan “mengembang”, membuat sebuah kemiringan (slope) terhadap daerah sekitarnya yang lebih dingin, dan akibatnya air hangat tersebut akan mengalir ke arah yang lebih rendah yaitu ke arah kutub yang lebih dingin dari pada ekuator.


















DAFTAR PUSTAKA
Bahharudin, dkk. 2009. Pola Tranformasi Gelombang dengan Menggunakan Model RCPwave PadaPantai Bau-Bau Sulawesi Tenggara. Di akses : 29 desember 2011
Eka Djunarsjah, 2005. Sifat-sifat struktur air laut di akses: 29 desember 2011
 Ai Yuningsih dan Achmad Masduki. 20011. Potensi energi arus laut untuk pembangkit tenaga listrik Di kawasan pesisir flores timur, ntt. Di akses : 29 desember 2011
Rahma widyastuti, dkk. 2010. pemodelan pola arus laut permukaan di perairan indonesia menggunakan data satelit altimetri jason-1
Hadikusumah. 2009. Karakteristik Gelombang Dan Arus Di Eretan, IndramayuI. Di akses: 29 desember 2009
Yuningsih, Masduki dan Rahmat.2010. Penelitian Potensi Energi Arus Laut Sebagai Sumber Energi Laut Terbarukan Di Perairan Toyapakeh Nusa Penida Bali. Di akses: 29 desember 2011
Hutabarat, Sahala dan Evans, Stewart M. 2008. Jakarta : Pengantar Oceanografi. Uneversitas Indonesia Press.
Hutabarat. S & Evans. S., 1984, Pengantar Oseanografi, UI-Press, Jakarta
Mahammad, hamid. 2005.Jakarta: Ilmu Pengetahuan Sosial-Geografi Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar.
Suradi, Imam. 1997. Ciracas, Jakarta : Geografi SMU Kelas 1. Erlangga.
Gross, M.G.1990.Oceanography : A View of Earth. Prentice Hall, Inc. Englewood Cliff . New Jersey
SEBARAN SEDIMEN

1.             SEBARAN SEDIMEN DASAR PERMUKAAN
Semula hasil penghancuran batuan yang diangkut itu, akhirnya diendapkan di tempat lain, manakala kekuatan mengangkutnya telah berkurang atau habis. Ada yang diendapkan di laut, darat, danau, sungai, dan sebagainya.
Batuan endapan yang berasal dari hasil penghancuran itu adakalanya mengalami penyatuan kembali menjadi gumpalan besar karena terikat oleh zat kapur atau oksida silicon. Perekatnya itu disebut grond massa. Jika yang diikatnya terdiri dari kerikil–kerikil tajam, runcing–runcing, menghasilkan bongkahan yang disebut breksi.
Sebaran sedimen terkait dengan jenis endapan yang tersebar di dasar permukaan laut. Jenis endapan sedimen ini bisa berupa pasir, lumpur, kerikil atau batuan mineral lainnya. Kondisi sedimen dasar perairan merupakan factor yang sangat penting dalam mengevaluasi potensi wisata bahari suatu perairan. Sedimen dasar perairan yan berupa pasir hingga pasir kerikilan akan mempunyai nilai yang lebih berpotensi untuk kegiatan rekreasi pantai dibandingkan sedimen dasar perairan yang berupa lumpur. ( Jafar, Muhamad, Elly, 2009)
2.             SEDIMENTASI DASAR LAUT
Seluruh permukaan dasar laut ditutupi oleh partikel-partikel sedimen yang telah diendapkan secara perlahan-lahan dalan jangka waktu berjuta-juta tahun. Ketebalan lapisan sedimen yang terdapat dibanyak bagian laut berbeda-beda, dari sekitar 600 meter di samudera Pasifik, 500–1000 meter di samudera Atlantik, 4000 meter di Arctic.
Sedimen terutama terdiri dari partikel-partikel yang berasal dari hasil pecahan–pecahan batuan dan potongan-potongan kulit (shell) serta sisa rangka dari organisma laut. Sebagian besar laut yang dalam ditutupi oleh jenis partikel-partikel yang berukuran kecil. Sedangkan pada laut-laut dangkal didominasi oleh jenis-jenis partikel yang berukuran besar. Untuk mengklasifikasikan sedimen laut berdasarkan sumbernya adalah :
a.             Sedimen Lithogenous (Sedimen Terigin)






Jenis sedimen ini berasal dari hasil pengikisan batuan di darat. Batuan beku atau batuan sedimen telah mengalami proses desintegrasi (proses pecahnya batuan secara mekanis menjadi batuan yang lebih kecil), maupun proses decomposisi (proses perubahan susunan kimiawi dari batuan sehungga lapuk akibat pengerjaan air maupun udara).
 Partikel-partikel dari hasil proses desintegrasi maupun proses decomposisi itu diangkut baik oleh air sungai, angin ke laut. Contoh bahan sedimen dari proses desintegrasi; mineral kwarsa, mica, feldspar, pyroxenes, ampobol dan mineral berat lainnya. Sedangkan dari hasil proses decomposisi; clay (lempung), hidroksida besi yang bebas, alumina, colloidal silica, dll. Sedimen asal darat ini diendapkan di sekitar pantai, dimulai dari endapan yang kasar (pasir) kemudian diikuti oleh partikel-partikel halus.
Kecepatan tenggelam partikel-partikel ini telah dihitung, dimana partikel pasir hanya memerlukan waktu sekitar 1,8 hari untuk tenggelam ke dasar laut yang kedalamannya 4.000 meter, sedangkan partikel lumpur sekitar 185 hari dan partikel liat 51 tahun. Endapan lumpur dan tanah liat diangkut lebih jauh ke tengah laut dan kebanyakan akan mengendap pada daerah continental shelf. Partikel-partikel yang lebih halus diendapkan pada dasar laut yang dalam.
b.             Sedimen Biogenous (sisa-sisa organisme)
http://www.google.co.id/imgres?q=gambar+biogenous&um=1&hl=id&client=firefoxa&sa=N&rls=org.mozilla:id:official&biw=1138&bih=544&tbm=isch&tbnid=coTdliR9fm70AM:&imgrefurl=




Sedimen marine yang banyak mengandung sisa-sisa organisme disebut lumpur organisme atau ooze/selut. Sedimen laut yang berasal dari organisme (binatang/tumbuhan) ada yang mengandung kapur (tipe calcareous) dan silisium (tipe siliceous).
Dimana hal ini tergantung pada jenis organisme dari mana mereka berasal dan macam bahan yang telah bergabung kedalam kulit atau rangka mereka. Sisa-sisa rangka dari organisme hidup juga akan membentuk endapan partikel-partikel halus yang di namakan ooze yang biasanya mengendap pada daerah-daerah yang letaknya jauh dari pantai.
1)             Tipe Calcareous (Ooze/Selut Gampingan)
Golongan binatang yang mengandung kapur, terdiri dari:
a.              Globigerina Ooze (Selut/Lumpur globigerina) adalah lumpur dari organis ma yang bersel tunggal yang dikenal sebagai foraminifera dimana kulitnya mengandung kapur (CaCo3). Endapan ini membentuk ooze/selut yang menutupi 35 % dari endapan dasar laut yang banyak dijumpai di daerah tropis.
b.             Pteropod Ooze adalah golongan moluska yang bersifat sebagai plankton dengan tubuh yang mempunyai kulit (shell) yang mengandung kapur. Sedimen ini menutupi permukaan dasar laut sekitar 1 %.
Jadi binatang yang mengandung kapur dapat berupa binatang pelagis (plankton), tulang, gigi binatang/ikan, juga binatang benthis seperti foraminifera, corals, cacing, bryozoans, brachiopoda, moluska, echinoderms, anthro poda dan vertebrata.
Golongan Tumbuhan yang mengandung kapur
a.              Plankton yang bersel satu yang termasuk cocoliths, rabdolit yang tersebar di laut-laut terbuka.
b.             Algae yaitu ganggang yang mengandung kapur, terutama hidup subur di perairan yang hangat, dangkal dan di laut-laut daerah lintang rendah. Algae membentuk coral reef (gosong karang), calsium carbonat (Ca Co3) sebagai hasil fotosintesis dari Co2.
2)             Tipe Siliceous
1.             Radiolaria Ooze adalah golongan protozoa bersel satu, menutupi 1–2 % dari permukaan dasar laut.
2.             Diatom ooze adalah gologan tumbuhan yang bersel tunggal yang mempunyai kulit mengandung silica. Ooze yang terbentuk menutupi 9 % dari permukaan dasar laut dan banyak dijumpai di daerah yang lebih dingin dengan salinitas rendah seperti di samudera Hindia bagian Selatan.
3.             Red Clay Ooze–Ooze ini mempunyai kandungan yang tinggi dan banyak dijumpai di bagian Timur samudera Hindia.
c.              Sedimen Hydrogenous (Hasil reaksi kimia dalam air laut)
www.google.co.id/search?um=1&hl=id&client=firefoxa&rls=org.mozilla:id:official&biw=1138&bih=544&tbm=isch&btnG=Telusuri&q=Sedimen Hydrogenous&orq=Sedimen+Hydrogenous+





Jenis partikel dari sedimen golongan ini dibentuk sebagai hasil reaksi kimia dalam air laut. Sebagai contoh, manganese nodules (bungkahan-bungkahan mangan ) berasal dari endapan lapisan oksida dan hidroksida dari besi mangan yang terdapat didalam sebuah rangkaian lapisan konsentris disekitar pecahan batu atau runtuhan puing-puing. Jenis logam-logam lain seperti copper ( tembaga ), cobalt dan nikel juga tergabung didalamnya.
Reaksi kimia yang terjadi disini bersifat sangat lambat, dimana untuk membentuk sebuah module yang besar diperlukan waktu selama berjuta-juta tahun dan proses ini kemudian akan berhenti sama sekali jika nodule telah terkubur didalam sedimen. Sebagai akibatnya nodule-nodule ini menjadi begitu banyak dijumpai lautan pasifik dari pada dilautan atlantik. Hal ini disebabkan karena tingkat kecepatan proses sedimentasi untuk mengukur nodule–nodule yang terjadi di lautan pasifik lebih lambat jika dibandingkan dengan di lautan atlantik. (Susieti, Heni dkk, 2010 )
d.             Sedimen marine yang bersumber dari Vulkanisme dan sedimen ekstraterestrial (dari luar angkasa seperti meteorit, debu kosmos). http://www.edukasi.net/index.php?mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Materi%20Pokok/view&id=325&uniq=3162




1.             Sedimen asal vulkanisme (gunung api)
Bahan vulkanisme dapat dilihat dari sifat-sifat fisik maupun susunan  kimiawinya. Contoh; pecahan lava, gelas vulkanik, batu apung, butiran mineral.
2.             Sedimen ekstraterestrial (sedimen berasal dari angkasa luar)
Benda-benda angkasa dengan berbagai ukuran yang jatuh ke bumi/ke laut setiap saat terus terjadi. Contoh endapannya; red clay (lempung merah), lapisan magnetis hitam, kristal coklat, besi. Red clay banyak dijumpai pada samudera-samudera yang ada di bumi ini.
3.             ARUS–ARUS TURBIDITY
Contoh–contoh tanah bumi bagian tengah ( core ) yang diambil dari sedimen yang berasal dari laut dalam ( continental rise dan abyssal plain ). Lautan atlantik menimbulkan sebuah teka–teki. Contoh–contoh ini terdiri dari lapisan selang–seling sedimen lithegenous.
Hal semacam ini biasanya hanya dapat dijumpai di lapisan sedimen yang berhubungan dengan perairan dangkal dekat daerah daratan dan sedimen biogeonous, setiap lapisan desimen lithogeneus sendiri dilapisi dengan batu kerikil pada bagian dasarnya, kemudian diikuti oleh partikel–partikel lain yang berukuran makin ke atas permukaan makin kecil. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena adanya arus–arus yang kuat, yang dikenal sebagai arus–arus turbidity.
Dimana arus tersebut telah mencuci sejumlah besar sedimen lithogenous dari waktu ke waktu mulai dari daerah continental shelf yang dangkal sampai kebagian laut yang lebih dalam. Arus–arus ini terjadi oleh adanya penumpukan sedimen yang melayang–layang diatas continental shelf  yang kemudian tergiring masuk kedalam bentuk massa air yang pekat. Sebagai contoh, penambahan sedimen sebesar 1  saja sudah akan menaikkan densitas air laut bersih dari 1.026 menjadi 1.040.
Massa air ini secara relatif tidak stabil, misalnya dengan adanya beberapa kekuatan dari luar seperti ledakan yang berasal dari letusan gunung berapi atau gempa bumi kemungkinan akan menyebabkan massa air ini bergerak. Akhirnya mereka akan terguling jatuh ke daerah continental rise, sambil membawa sejumlah besar sedimen dan akibatnya terjadi penumpukan sedimen diatas dasar permukaan laut dalam.
Dimana partikel– partikel yang berukuran lebih besar akan lebih cepat tenggelam dan menetap dari pada yang berukuran lebih kecil. Hal inilah yang kemudian menimbulkan terbentuknya beberapa lapisan sedimen yang dijumpai sampai saat ini. Sejak arus –arus turbidity hanya kadang–kadang saja terjadi, maka sedimen lithogenous yang dibawa oleh arus semacam ini akan diendapkan dan dijumpai diantara lapisan biogenous.
Terjadinya arus turbidity ini hanya dapat dicatat secara tidak langsung, tetapi bukti tentang adanya mereka ini sudah jelas terlihat. Gempa bumi yang terjadi di Grand Banks ( Newfoundland ) pada tahun 1929, dipercaya telah menimbulkan sebuah arus kuat yang secara besar–besaran menghancurkan rangkaian kawat telegram bawah laut pada beberapa tempat di dasar laut. Nodul-nodul ini banyak dijumpai di samudera Pasifik.  (Muhammad, Hamid, 2005)
Pengendapan sedimen atau sedimentasi ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kecepatan arus sungai, kondisi dasar sungai, turbolensi, dan lain sebagainya termasuk diameter sedimen itu sendiri. Konsekuensinya, bahwa di daerah estuaria yang arus sungai dan pasang surutnya kuat maka seluruh partikel sedimen kemungkinan akan tererosi terbawa arus.
Pada saat arus melemah partikel berat seperti pasir akan mengendap dulu sedangkan sedimen yang berukuran halus masih terbawa arus. Partikel–partikel halus akan mengendap apabila arus air cukup lemah yang biasanya terjadi di wilayah estuaria sehingga sedimen yang ada di estuaria berada dalam bentuk suspense dan berukuran kecil.
Partikel–partikel tersebut merupakan komposisi dari clay mineral, yaitu illite, kaolinite, dan momorilonite yang terbawa dari sungai. (Susieti, Heni dkk, 2010 ).
Kecepatan endapan sedimen dapat pula dipengaruhi oleh suhu, adanya karbonat, kompleks, dan protein. Penurunan suhu akan mengakibatkan laju pengendapan menurun. Adanya hidrokarbon mengakibatkan laju pengendapan naik beberapa senyawa protein mengakibatkan laju pengendapan naik dan beberapa senyawa protein mengakibatkan kecepatan endapan menurun.
Sumber  : ( Muhammad, Hamid, 2005 )
Sedimen terutama terdiri dari partikel–partikel yang berasal dari hasil pembongkaran batuan–batuan dan potongan–potongan kulit ( shell ) serta sisa rangka–rangka dari organism laut.
Tidaklah mengherankan jikalau ukuran partikel –partikel ini sangat ditentukan oleh sifat–sifat fisik mereka dan akibatnya sedimen yang terdapat pada berbagai tempat di dunia mempunyai sifat–sifat yang sangat berbeda satu dengan lainnya.
Sebagai contoh, sebagian besar dasar laut yang dalam ditutupi oleh jenis partikel–partikel yang berukuran kecil yang terdiri dari sedimen halus , sedangkan hampir semua pantai–pantai ditutupi oleh jenis partikel –partikel yang berukuran besar yang terdiri dari sedimen kasar.
Ukuran partikel– partikel ini merupakan suatu jalan yang mudah untuk dipakai mengklasifikasi sedimen. Memuat kisaran ukuran Wentworth yang digunakan untuk mengukur partikel–partikel yang diklasifikasikan mulai dari golongan yang termasuk partikel tanah liat yaitu yang berukuran diameter kurang dari 0,004 mm sampai kepada boulder ( batu berukuran besar yang berasal dari kikisan arus air ) yang mempunyai ukuran diameter 256 mm. Sedimen cenderung untuk didominasi oleh satu atau beberapa jenis partikel, tetapi mereka tetap terdiri dari ukuran yang berbeda–beda.
Tabel 1. Skala Wentworth untuk mengklasifikasi partikel–partikel sedimen
( Sumber  : Sahala Hutabarat dan Stewart M.Evans, 2008 ).
Keterangan
Ukuran (mm )
Boulders
Gravel
Very coarse sand
Medium sand
Fine sand
Very fine sand
Silt
Clay
Dissolved material
>256
2 – 256
1 – 2
0,5 – 1
0,25 – 0,5
0,125 – 0,25
0,0625 – 0,125
0,002 – 0,0625
0,0005 – 0,002
<0,0005


4.             SEBARAN SPASIAL KARAKTERISTIK SEDIMEN
Hasil analisis contoh sedimen perairan muara sungai Bantan Tengah selama penelitian menunjukkan terdapat tiga fraksi sedimen, yaitu pasir, lumpur dan liat. Sebaran rata-rata persentase masing-masing fraksi pada setiap stasiun.
Tinggi pada stasiun yang berada di bagian luar muara dan lumpur tinggi pada stasiun yang berada di bagian dalam muara. Tingginya persentase lumpur pada stasiun yang berada di dalam muara karena perairan ini terlindung dari pengaruh gelombang laut serta banyaknya bahan organik atau detritus yang dibawa air sungai menumpuk di perairan ini, terutama pada saat arus lambat.
Nybakken (1992) menyatakan bahwa keberadaan lumpur di dasar perairan sangat dipengaruhi oleh banyaknya partikel tersuspensi yang dibawa oleh air tawar dan air laut serta faktor-faktor yang mempengaruhi penggumpalan, pengendapan bahan tersuspensi tersebut, seperti arus dari laut.
Knox (1986) menyatakan bahwa sedimen estuaria merupakan lingkungan yang sangat kompleks, karena sedimen yang berada di muara berasal dari beberapa sumber, meliputi dari daratan yang dibawa air sungai (fluvial sediment), dan sedimen dari laut (marine sediment). Lumpur dan liat di perairan muara sungai Bantan Tengah Kandungan bahan organik dalam sedimen berhubungan erat dengan jenis sedimen. Rata-rata total bahan organik pada setiap stasiun berkisar antara 0,31-3,10%, sedangkan karbon organik sedimen berkisar antara 0,18-1,80% (Lampiran 1b). Kandungan bahan organik yang tinggi dijumpai pada stasiun yang berada di bagian dalam muara, terutama stasiun 1, 2, 3, 4 dan 6 yang berada dekat mulut muara.
Hal ini erat kaitannya dengan jenis substrat. Nybakken (1992) menyatakan bahwa jenis substrat dan ukurannya salah satu faktor ekologi yang mempengaruhi kandungan bahan organik dan distribusi bentos. Semakin halus tekstur substrat semakin besar kemampuannya menjebak bahan organik.
Selain itu Lopez-Jamar (1981) menyatakan bahwa daerah yang kandungan bahan organiknya sangat tinggi berhubungan dengan daerah dimana banyak pemeliharaan kerang-kerangan (mussel), karena berhubungan erat dengan jumlah feses yang banyak dari mussel yang dipelihara. Nilai redoks potensial (Eh) sedimen tercatat pada setiap stasiun 5,5-38,5 mv. Nilai tertinggi pada stasiun yang berada di mulut muara yang mendapat pengaruh limpasan air sungai sehingga terjadi percampuran intensif antara air dan sedimen. Proses ini dapat meningkatkan kandungan oksigen sedimen.
Rhoads (1974) menyatakan bahwa redoks potensial berhubungan erat dengan kandungan oksigen yang terdapat dalam sedimen. Nilai pH sedimen berkisar antara 6,51-7,27. Nilai ini masih merupakan nilai pH sedimen pada umumnya.
Odum (1971) menyatakan bahwa nilai pH substrat erat hubungannya dengan bahan organik substrat, jenis substrat dan kandungan oksigen. Kandungan nitrat (NO3-N) dan ortofosfat (PO4-P) sedimen masing-masing berkisar antara 0,077-0,140 mg/l dan 0,744-1,794 mg/l. Kandungan nitrat dan orto-fosfat sedimen yang tinggi ditemui pada stasiun yang letaknya dekat dengat daratan. Hal ini disebabkan sebagian besar sumber nitrat dan ortofosfat di perairan berasal dari kegiatan yang berada di darat. Hasil analisis komponen utama memperlihatkan bahwa kontribusi dari dua sumbu pertama sebesar 79,2% dari ragam total.
Odum (1971) menyatakan bahwa kecepatan arus secara tidak langsung mempengaruhi substrat dasar perairan. Nybakken (1992) menyatakan bahwa perairan yang arusnya kuat akan banyak ditemukan substrat berpasir.
Nybakken (1992) menyatakan bahwa kebanyakan estuari didominasi oleh substrat lumpur. Selanjutnya dijelaskan bahwa lumpur yang terdapat di dalam muara merupakan penjebak bahan organik yang baik. ( geografi.upi.edu )


     


DAFTAR PUSTAKA


Efriyeldi. 1999. Sebaran Spasial Karakteristik Sedimen dan Kualitas Air Muara
Sungai Bantan Tengah, Bengkalis Kaitannya dengan Budidaya KJA (Keramba Jarring Apung). Jurnal Natur Indonesia I1 (1): 85–92. Fakultas Perikanan Universitas Riau.
Jafar, Muhamad, Elly. 2009.) Jakarta : Sistem Informasi Geografi.  
                  Graha Ilmu. 
Muhammad, Hamid. 2005.Jakarta : Ilmu Pengetahuan Sosial Geografi.
                 Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar
                 Dan Menengah, Pendidikan Lanjutan Pertama
Sahala Hutabarat dan Stewart M.Evans. 2008. Pengantar Oseanografi.
Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press).
Suhartati M. Natsir dan Rubiman. 2010. Distribusi Foraminifera Bentik Resen di Laut Arafura  the Distribution of Recent Benthic Foraminifera in the Arafura Sea. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 2, No. 2, Hal. 74-82. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB
Susieti, Heni dkk. 2010. Pola Sebaran Sedimen Tersuspensi Melalui PendekatanPenginderaan Jauh Di Perairan Pesisir Semenanjung Muria-Jepara. Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of Waste Management Technology). Departemen Geografi, FMIPA-UI, Kampus Universitas Indonesia, Depok
KEHIDUPAN LAUT

1.             PENDAHULUAN
Lingkungan laut merupakan lingkungan perairan salin atau marine waters yang menyimpan berjuta misteri kekayaan ekosistem dan biodiversitas yang hingga sekarang masih belum banyak tersingkap. Lingkungan yang dinamakan lingkungan laut (Marine Environment) cakupannya dimulai dari bagian pantai (coastal) dan daerah muara (estuarine) hingga ke tengah samudra, dimulai dari bagian permukaan air hingga dasar perairan yang bermacam-macam tipe kedalamannya dan bentuk morfologisnya. (Dias Natasasmita, 2011)
Membahas mengenai lingkungan dan kehidupan laut, ada 2 hal yang esensial darinya yang pertama adalah zona kolom air (zona Pelagik) adalah bagian perairan dimana terdapat massa air rdan yang kedua adalah zona dasar perairan atau disebut juga zona bentik yang merupakan dasar / platform dari perairan itu sendiri. Dari pembagian atas kedua hal tersebut, dapat dikembangkan lagi menjadi zona-zona atau wilayah-wilayah dengan karakteristik yang lebih khusus lagi. Pembagian wilayah atau zonasi tersebut dinamakan pemintakatan lingkungan laut dan dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut :



Gambar 1. Zonasi Lingkungan Laut (Sumber: Dias Natasasmita, 2011)
2.             LINGKUNGAN PELAGIK
Semua biota yang hidup di lingkungan laut tetapi tidak hidup di dasar laut dinamakan biota pelagik. Lingkungan dimana biota ini hidup dinamakan lingkunagn pelagik. Lingkungan ini mencakup kolom air mulai dari permukaan dasar laut sampai paras laut. Lingkungan pelagik ini mempunyai batas wilayah atau mintakat yang meluas mulai dari garis pantai sampai wilayah laut teluk. Secara horisontal lingkungan pelagik dibagi menjadi neritik dan oseanik. Sedangkan secara vertikal lingkungan ini dibagi menjadi epipelagik, mesopelagik, batipelagik, dan abisopelagik. (Dias Natasasmita, 2011)
1.             Secara Horisontal
a)             Mintakat Neritik
Mintakat neritik merupakan laut yang terletak pada kedalaman 0 – 200 m. Ciri-ciri mintakat neritik diantaranya :
1.             Sinar matahari masih menembus dasar laut
2.             Kedalamannya ±200 m
3.             Bagian paling banyak terdapat ikan dan tumbuhan laut
Mintakat neritik berada di paparan benua yang dihuni oleh biota laut yang berbeda dengan mintakat oseanik karena :
1.             Kandungan zat hara di mintakat neritik melimpah.
2.             Sifat kimiawi perairan neritik berbeda dengan perairan oseanik karena berbeda-bedanya zat-zat terlarut yang dibawa ke laut dari daratan.
3.             Perairan neritik sangat berubah-ubah, baik dalam waktu maupun dalam ruang jika dibandingkan dengan perairan oseanik. Hal ini dapat terjadi karena dekatnya mintakat ini dengan daratan dan adanya tumpahan berbagai zat terlarut dari darat ke laut.
4.             Penembusan cahaya, kandungan sedimen dan energi fisik dalam kolom air berbeda antara mintakat neritik dan mintakat oseanik.
b)             Mintakat Oseanik
Mintakat oseanik merupakan wilayah ekosistem laut lepas yang kedalamannya tidak dapat ditembus cahaya matahari sampai ke dasar sehingga bagian dasarnya paling gelap. Akibatnya bagian air dipermukaan tidak dapat bercampur dengan air dibawahnya karena ada perbedaan suhu. Batas dari kedua lapisan air itu disebut daerah Termoklin. Pada daerah ini banyak ikannya. Mintakat oseanik merupakan wilayah lingkungan perairan yang terletak di luar lempeng benua. Pada mintakat ini kandungan unsur hara kurang, kandungan sedimen relatife lebih sedikit sehingga daya tembus cahaya hanya kuat sampai dengan 200 m.
2.             Secara Vertikal
a)             Mintakat Epipelagik
Mintakat epipelagik merupakan bagian kolom air paling atas. Mintakat epipelagik disebut juga sebagai mintakat Fotik dengan kedalaman 200 m. Di beberapa daerah terutama di paparan benua, penembusan cahaya di lapisan tersebut lebih jauh berkurang dari pada di lapisan yang sama dari perairan oseanik karena tingginya kandungan sedimen tersuspensi di paparan benua.
Mintakat ini dibadi manjadi tiga bagian, yakni pertama adalah mintakat pada dan dekat permukaan, tempat terjadinya penyinaran siang hari di atas optimal atau bahkan letal bagi fitoplankton. Penyinaran ini juga terlalu tinggi bagi zooplankton. Yang kedua adalah mintakat yang dinamakan mintakat bawah permukaan, tempat terjadinya pertumbuhan yang aktif sampai perairan yang agak jeluk, di mana fitoplankton yang tidak terbiak aktif masih dapat berlimpah. Mintakat yang ketiga atau mintakat terbawah termasuk lapisan perairan, tempat zooplankton yang biasa bermigrasi ke permukaan pada malam hari, berada pada siang hari.
b)             Mintakat Mesopelagik
Mintakat ini terletak di bawah mintakat epipelagik. Mintakat ini memiliki kedalaman dari 200 m – 1000 m. Karena letaknya di bawah mintakat fotik maka tidak terdapat kegiatan yang menghasilkan produksi primer yang memanfaatkan detritus yang turun dari lapisan yang lebih dangkal. Pada mintakat ini dan seterusnya produksi oksigen lebih rendah daripada yang dimanfaatkan. Tumbuh-tumbuhan dapat hidup di lapisan bawah ini, tetapi mereka akan lebih banyak kehilangan zat organik yang dihasilkan daripada mendapatkannya.
c)             Mintakat Batipelagik
Zona batipelagik memiliki kedalaman antara 1001 m sampai  4000 m atau sama dengan  dasar laut. Sifat-sifat fisiknya seragam. Ikan-ikan dan biota yang hidup di lingkungan ini biasanya merupakan organisme bioluminesen, yaitu organisme yang dapat memancarkan cahaya sendiri. Karakteristik bioluminesen ini merupakan adaptasi organisme terhadap lingkungannya yang gelap dan tidak tertembus cahaya. Hewan-hewan yang hidup di zona ini biasanya merupakan Cumi-cumi raksasa dan jenis yang lebih kecil, Gurita Dumbo, dan ikan-ikan laut dalam dengan bentuk dan karakteristik yang sama sekali berbeda dengan ikan di zona fotik, termasuk berbagai jenis Lantern Fish / ikan lentera dan Hagfish. Paus yang diketahui hidup di zona ini biasanya merupakan Paus Sperma atau Sperm Whale yang mengkonsumsi cumi-cumi raksasa.
Dengan minimnya pasokan energi karena tidak adanya cahaya, kebanyakan hewan disini bergantung dari detritus atau sisa-sisa organisme yang jatuh dari zona atas, yang biasa disebut sebagai salju laut atau marine snow. Yang lainnya hidup sebagai predator.
d)             Mintakat abisopelagik
Mintakat ini memiliki kedalaman lebih dari 2000 m. Mintakat ini meluas ke bagian-bagian terjeluk dari samudra atau disebut mintakat palung. Wilayah ini merupakan wilayak yang tidak ada cahaya sama sekali, suhu dingin, dan tekanan air tinggi. Mintakat ini merupakan lingkungan hidup atau habitat yang paling sederhana. Di perairan abisal ini cahaya yang dihasilkan adalah dari hewan-hewan yang hidup di mintakat ini atau bioluminesensi atau biopendar cahaya. Di mintakat ini tidak terjadi fotosintesis dan tumbuh-tumbuhan yang hidup sangat sedikit atau tidak ada sama sekali. Perubahan-perubahan suhu, salinitas, dan kondisi-kondisi serupa tidak terjadi atau kalaupun ada dapat diabaikan dilihat dari segi ekologik.
Kandungan karbondioksida (CO2) dalam air tinggi sehingga kapur (CaCO3) mudah terlarut dalam air. Hal ini ditunjukkan olah pembentukan cangkang dan kerangka kapur lemah di mintakat ini. tekanan air di mintakat abisopelagik ini sangat tinggi sehingga hewan yang hidup di daerah ini mengalami perubahan-perubahan morfologik dan fisiologik. Seperti lebih besarnya gelembung renang pada ikan agar dapat mengambang di kolom air seperti yang dikehendaki.  Gelembung renang tersebut terperas oleh tekanan sehingga sedikit ruang untuk gas, akibatnya ikan sedikit lebih ringan daripada berat air di sekitarnya karena susah untuk mengapung. Untuk dapat mengapung, gelembung renang tersebut harus dikembangkan. Rendahnya suhu juga memperlambat berbagai reaksi kimiawi dan perubahan gejala-gejala fisiologik lain. (Dias Natasasmita, 2011)
Sumber makanan organisme di daerah ini adalah sebagian berasal dari lapisan atas yang berupa bangkai atau sisa-sisa berbagai biota laut yang mati dan tenggelam ke dasar laut.

3.    BERDASARKAN INTENSITAS CAHAYA
Berdasarkan intensitas cahayanya, ekosistem laut dibedakan menjadi 3 bagian :
1.    Daerah Fotik ; merupakan daerah laut yang dapat ditembus cahaya matahari, kedalaman maksimum 200 m. Daerah fotik ini merupakan daerah produktivitas primer di laut.
Gambar 2. Daerah Fotik (Sumber: http://www.zonafotik.ac.id)
2.             Daerah Twilight ; daerahnya remang-remang, tidak efektif untuk kegiatan fotosintesis, kedalaman antara 200 – 2000 m.
Gambar 3. Contoh Hewan yang hidup di daerah Twilight (Sumber: http://.daerahtwilight.ac.id
3.             Daerah Afotik ; daerah yang tidak tembus cahaya matahari. Jadi gelap sepanjang masa.
Gambar 4. Kehidupan pada daerah Afotik (Sumber:  http://.daerahafotik.ac.id(Handi, 2007)


4.             LINGKUNGAN BENTIK
Selain lingkungan neritik, pembagian lingkungan laut juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dasar perairan atau bentiknya. Di zona pelagis biota yang biasa hidup adalah ikan, cumi-cumi, dan makhluk perenang lainnya. Pada zona bentik, biota yang hidup merupakan benthos atau biota yang hidup di dasar perairan seperti jenis-jenis bivalvia, arthropoda, echinodermata, hewan-hewan karang, coelenterata, dan spon. Dominasi biota penghuninya adalah filter feeder, yang berarti biota mendapatkan makanan dengan cara menyaring air atau sedimen melalui organ makannya. Karena sifat dan karakteristiknya yang merupakan filter feeder maka biota yang hidup di lingkungan bentik atau benthos sangat bergantung pada sedimen yang terdapat di dasar laut.
Zonasi Lingkungan Laut berdasarkan lingkungan bentik dapat dikelompokkan menjadi beberapa zona yang memiliki karakteristik biota dan sedimen yang berbeda-beda.

5.    LAUT BERDASARKAN ZONASI KEDALAMANNYA
Adapun berdasarkan kedalamannya, laut dapat dibedakan dalam zona-zona tertentu. Zonasi kedalaman laut dapat dibedakan sebagai berikut :
1.             Zona Litoral
Zona litoral, yaitu bagian dari perairan laut yang paling dekat dengan pantai. Zona ini juga merupakan wilayah perairan laut yang terletak antara garis pasang dan garis surut. Pada saat surut wilayah ini kering atau menjadi daratan, sedangkanpada saat pasang akan terendam air laut. Lebarnya yaitu antara batas air tertinggi pada saat pasang dan batas air terendah pada saat surut. Pada wilayah ini hidup beberapa jenis binatang yang bukan ikan, seperti : Kura-kura dan Kepiting. (Yohandi, 2007)
Dalam oseanografi dan biologi laut, zona litoral memanjang hingga ke tepian continental shelf. Dari letaknya, zona litoral dapat dibagi menjadi 3 sub-zona :
a)             Zona Supralitoral
Zona supralitoral atau disebut juga sebagai zona supratidal adalah area yang berada diatas batas pasang secara reguler terkena atau terciprat oleh air laut namun tidak tenggelam dalam air. Air laut hanya menggenangi wilayah ini pada saat pasang tinggi pada saat badai.
Organisme yang hidup di zona supralitoral harus menghadapi kondisi tertentu, seperti terekspos dengan udara, air tawar dari hujan, hawa panas dan dingin, serta predasi dari hewan darat dan burung laut. Bagian atas dari supralittoral biasa dihuni oleh dark lichen yang terlihat sebagai kerak pada batuan. Beberapa Neritidae dan Isopod yang memakan detritus menghuni supralittoral bagian bawah.
b)             Zona Eulittorial / Intertidal
Zona Eulitorrial biasa disebut sebagai zona intertidal adalah zona littoral yang secara reguler terkena pasang surut air laut, tingginya adalah dari pasang tertinggi hingga pasang terendah.  Didalam wilayah intertidal terbentuk banyak tebing-tebing, cerukan, dan gua, yang merupakan habitat yang sangat mengakomodasi organisme sedimenter.  Morfologi di zona intertidal ini mencakup tebing berbatu, pantai pasir, dan tanah basah / wetlands.
Organisme yang terdapat pada zona intertidal ini telah beradaptasi terhadap lingkungan yang ekstrem. Pasokan air secara reguler tercukupi dari pasang-surut air laut, namun air yang didapat bervariasi dari air salin dari laut, air tawar dari hujan, hingga garam kering yang tertinggal dari inundasi pasang surut, membuat biota yang berada di zona ini harus beradaptasi dengan kondisi salinitas yang variatif. Suhu di zona intertidal bervariasi, dari suhu yang panas menyengat saat wilayah terekspos sinar matahari langsung, hingga suhu yang amat rendah saat iklim dingin. Zona intertidal memiliki kekayaan nutrien yang tinggi dari laut yang dibawa oleh ombak.
Biota yang berada di zona intertidal memiliki mekanisme adaptasi khusus yang memungkinkan mereka untuk hidup. Contohnya siput Litorina yang akan terus berada dalam cangkangnya yang tertutup rapat apabila air surut, melindunginya dari panas ekstrim dan mencegah penguapan berlebih. Adaptasi morfologis pada beberapa spesies dapat dilihat dari beberapa jenis mollusca seperti teritip limpet dan polyplacophora memiliki cangkang hidrodinamik.
Lingkungan ekologis yang terlihat di zona intertidal adalah lingkungan ekosistem mangrove yang didominasi oleh vegetasi mangrove. Vegetasi mangrove memiliki tingkat adaptasi yang sangat tinggi terhadap keadaan yang ekstrim di wilayah intertidal.
Pada bagian bawah wilayah intertidal terdapat subzona yang hampir permanen terendam oleh air dan kondisi lingkungannya tidak seekstrim subzona diatasnya yang biasa disebut sebagai Lower Littoral. Pada subzona lower littoral terjangan ombak tidak besar dan juga tidak terjadi perubahan suhu yang sangat ekstrem karena jarang sekali zona ini terekspos langsung oleh sinar matahari. Pada subzona ini dapat ditemukan berbagai jenis biota seperti abalon, anemon, rumput laut coklat, teritip, chiton, kepiting, alga hijau, hidroid, isopoda, mussel, sculpin, timun laut, lettuce laut, palem laut, bintang laut, bulu babi, udang, siput laut, spon, cacing tuba, dan sebagainya.
Biota pada wilayah ini dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, selain karena keadaan lingkungannya yang cukup stabil, juga karena wilayah ini terjaga dari predator seperti ikan karena ketinggian airnya yang cukup dangkal, dan vegetasi perairan dapat melakukan fotosintesis dengan efektif karena mendapat banyak sinar matahari. Hewan karang / koral lebih banyak hidup pada zona sublittorial dibanding pada zona intertidal.
c)             Zona Sublittoral
Zona sublittoral merupakan bagian terdalam dari zona littoral, dimana dalam zona ini dasar perairan tergenang air secara permanen, dan biasanya memanjang hingga ujung continental shelf, pada kedalaman 200 meter.
Ada beberapa subzonasi pada zona sublittorial yaitu zona infralittoral dimana alga mendominasi kehidupan dibawah batas kedalaman zonasi dan zona sirkalitoral dibawah infralitoral didominasi oleh hewan-hewan sessile seperti tiram-tiraman.  Bagian yang lebih dangkal dari zona sublittoral yang tidak jauh dari pantai terkadang diistilahkan sebagai zona subtidal.

2.             Zona Neritik (wilayah Laut dangkal)
Zona neritik yaitu wilayah perairan laut yang memiliki kedalaman kurang dari 200 m. Di wilayah ini sinar matahari masih dapat menembus sebagian dasar laut. Oleh karena itu, bagian ini merupakan tempat yang paling kaya ikan dan tumbuh-tumbuhan.
3.             Zona Bathyal (wilayah Laut Dalam)
Zona bathyal merupakan zona perairan remang-remang, biasanya dengan kedalaman antara 200 – 1000 meter. Kedalaman 200 meter dikatakan sebagai batas antara landasa konntinen dan samudera.
Biota yang hidup pada bagian bentik zona bathyal antara lain spon, brachiopod, bintang laut, echinoid, dan populasi pemakan sedimen lainnya yang terdapat pada bagian sedimen terrigenous. Biasanya biota yang hidup di zona ini memiliki metabolisme yang lamban karena kebutuhan konservasi energi pada lingkungan yang minim nutrisi.
Kecuali pada laut yang sangat dalam zona bathyal memanjang hingga ke zona bentik pada dasar laut yang merupakan bagian dari continental slope yang berada di kedalaman 1000 hingga 4000 meter.
4.             Zona Abisal
Zona ini dinamakan juga wilayah laut sangat dalam. Zona abisal mempunyai kedalaman lebih dari 1800 meter. Oleh karena itu, wilayah ini merupakan wilayah yang gelap, karena sinar matahari tidak mampu lagi menembus dasar laut. Tekanan air di zona ini sekitar 0,25 ton per cm3 dengan suhu air sangat rendah bahkan sampai melampaui titik beku air. Di zona ini sudah tidak ada lagi tumbuhan dan jumlah hewan sangat terbatas.
Zona abisal meluas dari pinggir paparan benua hingga ke bagian dasar laut terdalam dari samudera. Kebanyakan lingkungan abisal ini menyerupai bahan lumpur. Dasar samudera biasanya terdiri dari endapan kapur terutama kerangka foraminifera, endapan silica, terutama kerangka diatom dan lempung merah dasar laut yang lebih dalam dengan tekanan yang tinggi sehingga membuat zat-zat lain mudah sekali larut. Zona abisal ini 82 % berkedalaman dari 2000 m sampai 6000 m dengan suhu yang relative stabi antara 40C hingga 1,20C.
5.             Zona hadal
Zona hadal merupakan zona laut terdalam lebih dari kedalaman 6000 meter. Zona ini termasuk kedalam zona afotik (aphotic zone) karena merupakan daerah laut dalam yang tidak terdapat cahaya karena cahaya matahari tidak dapat menembus pada daerah tersebut. Substrat yang ada biasanya berupa kalsium karbonat dan sisa-sisa zat renik atau organisme yang telah mati tenggelam sampai ke dasar. Salinitas air dalam zona ini (salinitas = 34-35 ppt) tetap mirip dengan salinitas khas abyssal dan tidak terpengaruh oleh tekanan.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi bagaimana tedapat hal tersebut karena adanya hewan-hewan mati yang berada pada daerah atasnya mati dan mengendap di dasar dari  daerah hadal tersebut sehingga banyak ditemukan zat-zat kapur atau mineral-mineral yang dikandung organisme yang mati tersebut dapat terendapkan.
Karakteristik lain dari zona hadal adalah mempunyai sumber  panas bumi alami bernama corong hidrotermal (hidrotermal vents). Hal ini pulalah yang membuat mengapa terdapat organisme tertentu dapat hidup dalam lingkungan ekstrim dapat dikatakan begitu karena dengan kondisi minim oksigen, tekanan yang tinggi dan cahaya yang hampir tidak ada. Ada penurunan umum dalam kelimpahan dan biomassa organisme dengan meningkatnya kedalaman. Meskipun demikian sampling dalam zona Hadal telah mengungkapkan beragam organisme metazoan  terutama fauna bentik seperti ikan, holothurians, polychaetes, kerang, isopoda, actinians, amphipods dan  gastropoda. Kekayaan zona ini diperkirakan berasal dari dataran abyssal, juga dan menurun dengan meningkatnya kedalaman, meskipun peran relatif peningkatan tekanan versus berkorelasi lingkungan lainnya tetap belum terpecahkan. Mereka kebanyakan mendapat makanan dari bantuan bakteri Chemosynthetic yang menguraikan jasad-jasad dari biota yang mati pada lapisan diatasnya.






DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, Hamid. 2005. Perairan Darat dan Laut. Jilid 10 No. 57-59.
Tim MGMP Geografi DKI Jakarta, 1994. Geografi SMA Jilid 1, Regional  Indonesia, Cet. 4. Kurikulum 1994. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sadali. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial-Geografi SMP/Mts Jilid 3, Cet. 1. KTSP.  Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara.
Yohandi. Handi. 2007. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta Timur: Penerbit  PT Perca.
Pengantar Oseanografi : Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans, 2008














MANFAAT LAUT BAGI MANUSIA

1.             PENDAHULUAN
Wilayah laut Indonesia mencakup 12 mil laut ke arah luar garis pantai, selain itu Indonesia memiliki wilayah yuridiksi nasional yang meliputi Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sejauh 200 mil dan landas kontinen sampai sejauh 350 mil dari garis pantai (Gambar 1).
Gambar 1. Wilayah laut Indonesia (sumber: Kadin Batam, 2004)
Lautan Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus selalu disyukuri dengan cara mengelolanya secara bijaksana untuk kesejahteraan seluruh bangsa. Beberapa alasan pentingnya pembangunan laut, antara lain :
1.             Indonesia memiliki sumberdaya alam laut yang besar baik ditinjau dari kuantitas maupun keanekaragaman hasilnya.
2.             Sumberdaya laut merupakan sumberdaya yang dapat dipulihkan (sebagian besarnya), artinya bahwa ikan ataupun sumberdaya laut lainnya dapat dimanfaatkan, namun harus memperhatikan kelestariannya.
3.             Pusat pertumbuhan ekonomi, dengan proses globalisasi perdagangan di abad 21 ini, akan terbuka peluang untuk bersaing memasarkan produk-produk kelautan dalam perdagangan Internasional.
4.             Sumber protein hewani, sumberdaya ikan mengandung protein yang tinggi khususnya untuk asam amino tak jenuh, atau biasa dikenal dengan kandungan Omega-3 yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
5.             Penghasil devisa negara, udang dan beberapa jenis ikan ekonomis penting seperti ikan tuna, cakalang ataupun lobster, saat ini merupakan komoditi ekspor yang menghasilkan devisa negara. Terlebih lagi dengan hasil penting di sektor pertambangan minyak dan gas lepas pantai.
6.             Memperluas lapangan kerja, dengan semakin sempitnya lahan pertanian di areal daratan, dan semakin tingginya persaingan tenaga kerja di bidang industri, maka salah satu alternatif dalam penyediaan lapangan pekerjaan adalah di sektor perikanan. Apalagi dengan adanya otonomi daerah maka daerah-daerah yang memiliki potensi di bidang perikanan yang cukup besar akan berlomba untuk mengembangkan potensi perikanan laut yang ada, sehingga akan membuka peluang yang sangat besar bagi penyedia lapangan pekerjaan yang sangat dibutuhkan oleh Bangsa Indonesia sekarang ini.
7.             Wilayah pesisir sebagai pusat pengembangan IPTEK dan industri kelautan, serta sebagai zona strategis untuk pusat pengembangan jalur transportasi utama antar pulau maupun menuju daerah-daerah di pedalaman. (Imam Basuki, Edward Sembiring, Dewi Safitriani, Desmawati Simanjuntak, 2009).
2.             POTENSI SUMBERDAYA KELAUTAN
1.              Potensi Fisik
Potensi wilayah pesisir dan lautan Indonesia dipandang dari segi fisik, terdiri dari Perairan Nusantara seluas 2.8 juta km2, Laut Teritorial seluas 0.3 juta km2. Perairan Nasional seluas 3,1 juta km2, Luas Daratan sekitar 1,9 juta km2, Luas Wilayah Nasional 5,0 juta km2, luas ZEE (Exlusive Economic Zone) sekitar 3,0 juta km2, panjang garis pantai lebih dari 81.000 km dan jumlah pulau lebih dari 18.000 pulau. (Prof.Dr. Ir. H. Tridoyo Kusumastanto, MS, 2003).
2.             Potensi Pembangunan
Potensi Wilayah pesisir dan laut Indonesia dipandang dari segi pembangunan adalah sebagai berikut:
a)             Sumberdaya yang dapat diperbaharui seperti; perikanan (tangkap, budidaya, dan pascapanen), hutan mangrove, terumbu karang, industri bioteknologi kelautan dan pulau-pulau kecil.
b)             Sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui seperti; minyak bumi dan gas, bahan tambang dan mineral lainnya.
c)             Energi kelautan seperti; pasang-surut, gelombang, angin, OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion).
d)            Jasa-jasa lingkungan seperti; pariwisata, perhubungan dan kepelabuhanan serta penampung (penetralisir) limbah. (Prof.Dr.Ir.H.Tridoyo Kusumastanto, MS, 2003).


3.             Potensi Sumberdaya Pulih (Renewable Resource)
Potensi wilayah pesisir dan lautan lndonesia dipandang dari segi perikanan meliputi; perikanan laut (tuna/cakalang, udang, demersal, pelagis kecil, dan lainnya) sekitar 4.948.824 ton/tahun, dengan taksiran nilai US$ 15.105.011.400, mariculture (rumput laut, ikan, dan kerang-kerangan serta mutiara sebanyak 528.403 ton/tahun, dengan taksiran nilai US$ 567.080.000, perairan umum 356.020 ton/tahun, dengan taksiran nilai US$ 1.068.060.000, budidaya tambak 1.000.000 ton/tahun, dengan taksiran nilai US$ 10.000.000.000, budidaya air tawar 1.039,100 ton/tahun, dengan taksiran nilai US$ 5.195.500.000, dan potensi bioteknologi kelautan tiap tahun sebesar US$ 40.000.000.000, secara total potensi sumberdaya perikanan Indonesia senilai US$ 71.935.651.400 dan yang baru sempat digali sekitar US$ 17.620.302.800 atau 24,5 %. Potensi tersebut belum termasuk hutan mangrove, terumbu karang serta energi terbarukan serta jasa seperti transportasi, pariwisata bahari yang memiliki peluang besar untuk dikembangkan. (Prof.Dr. Ir. H. Tridoyo Kusumastanto, MS, 2003).












Gambar 2. Potensi Sumberdaya Pulih (Renewable Resource) (Sumber: www.google.co.id, 2010)
4.             Potensi Sumberdaya Tidak Pulih (Non Renewable Resource)
Pesisir dari Laut Indonesia memiliki cadangan minyak dan gas, mineral dan bahan tambang yang besar. Dari hasil penelitian BPPT (1998) dari 60 cekungan minyak yang terkandung dalam alam Indonesia, sekitar 70 persen atau sekitar 40 cekungan terdapat di laut. Dari 40 cekungan itu 10 cekungan telah diteliti secara intensif, 11 baru diteliti sebagian, sedangkan 29 belum terjamah. Diperkirakan ke-40 cekungan itu berpotensi menghasilkan 106,2 miliar barel setara minyak, namun baru 16,7 miliar barel yang diketahui dengan pasti, 7,5 miliar barel di antaranya sudah dieksploitasi. Sedangkan sisanya sebesar 89,5 miliar barel berupa kekayaan yang belum terjamah. Cadangan minyak yang belum terjamah itu diperkirakan 57,3 miliar barel terkandung di lepas pantai, yang lebih dari separuhnya atau sekitar 32,8 miliar barel terdapat di laut dalam. Sementara itu untuk sumberdaya gas bumi, cadangan yang dimiliki Indonesia sampai dengan tahun 1998 mencapai 136,5 Triliun Kaki Kubik (TKK). Cadangan ini mengalami kenaikan bila dibandingkan tahun 1955 yang hanya sebesar 123,6 Triliun Kaki Kubik. Sedangkan potensi kekayaan tambang dasar laut seperti aluminium, mangan, tembaga, zirconium, nikel, kobalt, biji besi non titanium, vanadium, dan lain sebagainya yang sampai sekarang belum teridentifikasi dengan baik sehingga diperlukan teknologi yang maju untuk mengembangkan potensi tersebut. (Prof.Dr. Ir. H. Tridoyo Kusumastanto, MS, 2003).
5.              Potensi Geopolitis
Indonesia memiliki posisi strategis, antar benua yang menghubungkan negaranegara ekonomi maju, posisi geopolitis strategis tersebut memberikan peluang Indonesia sebagai jalur ekonomi, misalnya beberapa selat strategis jalur perekonomian dunia berada di wilayah NKRI yakni Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok, Selat Makasar dan Selat Ombai-Wetar. Potensi geopolitis ini dapat digunakan Indonesia sebagai kekuatan Indonesia dalam percaturan politik dan ekonomi antar bangsa. (Prof.Dr. Ir. H. Tridoyo Kusumastanto, MS, 2003).
6.             Potensi Sumberdaya Manusia
Potensi wilayah pesisir dan lautan Indonesia dipandang dari segi SDM adalah sekitar 60 % penduduk Indonesia bermukim di wilayah pesisir, sehingga pusat kegiatan perekonomian seperti: perdagangan, perikanan tangkap, perikanan budidaya, pertambangan, transportasi laut, dan pariwisata bahari. Potensi penduduk yang berada menyebar di pulau-pulau merupakan aset yang strategis untuk peningkatan aktivitas ekonomi antar pulau sekaligus pertahanan keamanan negara. (Prof.Dr. Ir. H. Tridoyo Kusumastanto, MS, 2003).




Gambar 3. Potensi sumberdaya manusia (Sumber: www.wisatamelayu.com, 2011)

3.             MANFAAT LAUT SECARA UMUM
Sejak dahulu lautan telah memberi manfaat kepada manusia untuk dipergunakan sebagai suatu sarana untuk bepergian, perniagaan dan perhubungan dari satu tempat ke tempat lain. Akhir-akhir ini diketahui bahwa lautan banyak mengandung sumber-sumber alam yang berlimpah-limpah jumlahnya dan bernilai berjuta-juta dolar.
Pada saat ini kebanyakan dari sumber-sumber alam tersebut sebagian besar masih belum dikelola dan mereka akan menjadi begitu penting artinya dimasa yang akan datang mengingat masih terus meningkatnya jumlah penduduk di dunia dan makin meningkat pula kebutuhan mereka untuk dapat hidup yang lebih layak. (Sahala Hutabarat dan Stewart M.Evans, 2008).
Lautan mengandung sumber-sumber mineral yang jumlahnya berlimpah-limpah. Air laut sendiri banyak mengandung zat-zat yang terlarut didalamnya yang merupak­­­an sumber dari beberapa zat kimia penting dan ini adalah salah satu sumber alam yang pertama kali dikelola oleh manusia. Berabad-abad yang lalu manusia telah menemukan suatu cara untuk mendapatkan garam dengan jalan menguapkan air laut dengan pertolongan sinar matahari. Sampai sekarang proses ini masih terus dipakai sebagai dasar komersil pada banyak tempat di dunia. Beberapa metode telah dikembangkan dalam mengelola lautan, sehingga pada waktu ini dapat dilakukan pengekstrakan bermacam-macam zat kimia dari air laut. Sodium klorida (NaCl), adalah ekstrak yang paling besar yang biasanya dipergunakan pada perusahaan-perusahaan kimia dalam memproduksi klorida dan sodium hidroksida. Magnesium dan bromin adalah bahan lain yang terdapat dalam air laut yang mempunyai nilai ekonomi penting. (Sahala Hutabarat dan Stewart M.Evans, 2008).
Lautan juga kaya akan deposit mineral-mineral dan beberapa diantaranya terdapay di perairan yang dangkal yang berbatasan dengan daratan. Sebagai contoh, pasir, kerikil, dan karang yang umum dipakai sebagai bahan industri bangunan banyak terdapat di daerah pantai akibat diangkut dan disebarkan dari lautan. Beberapa mineral yang sebenarnya berasal dan dibentuk di daratan kemudian tenggelam di laut sebagai suatu hasil dari perubahan permukaan air laut yang terjadi secara terus menerus. Proses semacam ini terjadi pada bahan mineral cassiterite yang mengandung tin (timah) yang diangkut dari daratan ke arah lepas pantai di banyak tempat di Indonesia. Mineral-mineral ini diendapkan di aliran sungai ketika zaman Pleistocene dimana pada waktu itu permukaan air laut masih rendah. Endapan-endapan ini sekarang sebagian telah tergenang oleh air laut. Meskipun demikian, pada beberapa tempat di sungai-sungai tua di dasar laut tanda-tanda dari bekas pusat distribusi cassiterite masih dapat dilihat di dalamnya. (Sahala Hutabarat dan Stewart M.Evans, 2008).
Sumber alam paling penting yang ditemukan dari lautan pada zaman modern ini adalah sejumlah besar hidrokarbon atau disebut juga sebagai petroleum atau gas di bawah permukaan dasar laut. Perairan Asia Tenggara kaya akan cadangan minyak dimana diperkirakan hampir 45% sumber alam yang tersedia didaerah ini berasal dari lapangan minyak lepas pantai. Eksplorasi besar-besaran terhadap hidrokarbon telah dilakukan di beberapa tempat perairan Asia Tenggara sejak tahun 1963 yang disusul kemudian dengan serentetan penemuan-penemuan ladang minyak. Lapangan-lapangan minyak lepas pantai yang berhasil ini sampai sekarang masih tersebar pada area-area yang terbatas diperairan yang relatif dangkal. Sedikit diragukan bahwa penemuan-penemuan minyak selanjutnya akan dapat ditemukan dari perairan yang dalam. Akan tetapi pengeboran minyak dari tempat ini sudah tentu memerlukan peralatan dan teknik yang lebih sulit, sehingga ditinjau dari segi ekonomis hal ini akan kurang menguntungkan. (Sahala Hutabarat dan Stewart M.Evans, 2008).
Lautan dalam merupakan suatu tempat bagi sumber-sumber mineral yang lain. Sebagai contoh, mangan nodule adalah jenis mineral laut dalam yang masih belum dikelola. Nodule-nodule ini terdiri dari cincin-cincin oksida dan hidroksida dari logam besi dan mangan yang terdapat di sekitar pusat lingkaran dari sebuah inti. Mereka ini mempunyai bermacam-macam ukuran diameter rmulai dari beberapa mikron sampai yang mempunyai berat berton-ton. Bahan metal lainnya yang perlu dicatat adalah tembaga dan nikel dan juga sejumlah kecil kobalt yang telah bergabung kedalam mangan nodule. Gabungan ini kemudian berubah menjadi zat yang lebih berharga jika dibandingkan dengan mangan dan besi. Hal ini yang membuat mereka menjadi potensi ekonomi penting. (Sahala Hutabarat dan Stewart M.Evans, 2008).
Lautan juga sudah dipergunakan sebagai suatu sumber pembangkit tenaga listrik di beberapa tempat di dunia. Tenaga ini diperoleh dari gerakan air pasang. Arus yang berasal dari air pasang dibiarkan mengalir masuk kedalam suatu dam penampung dan aliran ini mengakibatkan suatu gerakan lambat yang kemudian dapat menggerakan mesin turbin yang akan menghasilkan tenaga listrik. Akan tetapi tenaga pembangkit listrik semacam ini hanya dapat mempunyai arti ekonomi di daerah-daerah yang mempunyai perbedaan air pasang (yaitu perbedaan antara air pasang tinggi dan air pasang rendah) yang besar. Paling tidak mempunyai perbedaan sebesar 5 meter. Hal ini hanya dapat dijumpai pada beberapa daerah Asia Tenggara aliran air yang berasal dari danau-danau air tawar telah digunakan sebagai pusat pembangkit tenaga listrik dengan menggunakan prinsip yang sama. (Sahala Hutabarat dan Stewart M.Evans, 2008).

4.             SUMBER-SUMBER BIOLOGI, PERIKANAN DAN BUDIDAYA
 Lautan yang berbatasan dengan daratan biasanya mempunyai sumber perikanan berpotensi tinggi. Dari jumlah seluruh daerah lautan, hanya 8% saja yang merupakan daerah dangkal continental shelf  dan hampir seluruh produksi ikan dunia berasal dari daerah ini. Daerah-daerah upwelling dimana airnya kaya akan nutriean merupakan suatu daerah yang penting. Mereka ini hanya meliputi 0,1% bagian saja dari jumlah seluruh lautan, tetapi menghasilkan sekitar 25% dari jumlah tangkapan ikan per tahun dunia. Di Indonesia sudah dijumpai adanya upwelling dan darah-daerah pantai mempunyai persediaan ikan yang banyak dan industri perikanan yang sangat penting. Diperkirakan bahwa 67% protein hewani yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia berasal dari ikan. Ini kira-kira berjumlah 1,7 juta ton atau sama dengan 11,7 kg perorang/tahun. Pendapatan devisa negara yang berasal dari sektor perikanan juga sangat mengesankan. Ekspor produksi perikanan melompat dari jumlah yang tidak berarti sebelum tahun 1969 menjadi 193 juta US dolar pada tahun 1978. Ini berarti menghasilkan sekitar 1,7% dari devisa yang diterima oleh negara.
Di dalam melengkapi kebutuhan-kebutuhan yang telah disebut di atas ini, produksi perikanan yang berasal dari laut akan menjadi begitu penting artinya di masa akan datang. Produksi ikan secara keseluruhan (nasional) juga telah ditambah dari sektor budidaya dan tambak. Pemeliharaan ikan bandeng dan udang telah meningkat sebesar lebihkurang dua setengah kali diantara tahun 1968 dan tahun 1978. (Sahala Hutabarat dan Stewart M.Evans, 2008).

5.        SUMBER DAYA LAUT
Sumber daya laut dapat berupa endapan mineral dan organisme laut. Endapan mineral laut yang sangat mudah dimanfaatkan adalah garam-garam mineral. Air laut yang kaya akan garam-garam mineral khususnya NaCl dapat diambil dengan cara penguapan air laut pada tambak-tambak garam seperti di Pulau Madura dan Pesisir Pantai Utara Jawa Tengah.
Endapan-endapan lain yang dapat dimanfaatkan diantaranya adalah sedimen pasir laut. Sedimen pasir laut merupakan sumber daya alam yang cukup ekonomis seperti yang telah dieksploitasi di perairan Riau. Endapan mineral dari sedimen pasir laut yang cukup ekonomis yaitu pasir besi banyak terdapat di daerah pesisir Pantai Selatan Jawa mulai dari Purworejo Jawa Tengah sampai pesisir Pantai Selatan Tasikmalaya (Cipatujah) Jawa Barat. Selain itu, banyak cekungan minyak bumi yang terdapat di lepas pantai. Sumber daya laut di atas dapat digolongkan sumber daya non hayati.
Adapun sumber daya hayati di laut merupakan kekayaan yang sangat berharga. Bila dapat dijaga kelestariannya, sumber ini dapat memberi nilai ekonomis dalam jangka waktu yang panjang karena termasuk sumber daya yang dapat diperbaharui. Sumber daya hayati laut antara lain adalah ikan dan hewan laut, lumut laut, dan terumbu karang yang bisa menjadi taman laut sebagai tempat wisata. (Handi Yohandi, 2007)
a.             Manfaat Laut (termasuk pantai dan pesisir) Bagi Manusia Berdasarkan Ekosistemnya
1.             Ekosistem Mangrove
Kawasan mangrove memiliki produktifitas yang tinggi, antara lain :
a.              Kayunya dapat dipakai sebagai kayu bakar karena nilai kalorinya yang tinggi. Selain itu, kayu dari beberapa jenis tumbuhan mangrove dapat digunakan sebagai bahan bangunan ataupun konstruksi kayu ;
b.             Kulit kayu merupakan sumber tanin yang digunakan untuk proses penyamakan kulit, bahan baku pembuatan lem dan pewarna, serta pengawet jala penangkap ikan ;
c.              Daun dapat dimanfaatkan sebgai makanan ternak. Berbagai jenis daun dapat digunakan sebagai bahan baku obat bahkan ada juga yang mengkonsumsinya sebagai pengganti teh dan tembakau ;
d.             Sumber madu ;
e.              Buah-buahan yang dapat dikonsumsi ;
f.              Akar-akarnya yang kuat efektif untuk menahan kecepatan arus dan mengurangi abrasi pantai ;
g.             Tempat mencari makan dan berlindung dari bermacam-macam spesies ikan dan hewan air lainnya. (Hamid Muhammad, 2005)
Hutan mangrove suatu ekosistem yang unik dan mempunyai 3 (tiga) fungsi pokok, yakni :
1.             Fungsi fisik, menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari gempuran ombak dan abrasi, menjadi wilayah penyangga terhadap rembesan air laut (intrusi) dan sebagai filter pencemaran yang masuk ke laut.
2.             Fungsi biologis, sebagai daerah asuhan dan tempat pemijahan (nursery ground dan spawning ground) bagi ikan, udang, kepiting, kerang dan biota perairan lainnya (nursery ground), tempat persinggahan burungburung yang bermigrasi serta tempat habitat alami berbagai jenis biota flora (anggrek) dan fauna lainnya.
3.             Fungsi ekonomis, sebagai sumber bahan bakar (arang dan kayu bakar), bahan bangunan (balok, atap rumah dan tikar), perikanan, pertanian, tekstil (serat sintetis), makanan, obat-obatan, minuman (alkohol), bahan mentah kertas, bahan pembuat kapal (gading-gading) dan lainnya. (Eni Kamal, 2006).
Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di wilayah pantai. Selain berfungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, hutan mangrove juga sebagai : tempat berkembang-biaknya berbagai macam biota pantai, penahan abrasi dan amukan gelombang badai dan tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi air laut. Hutan mangrove juga mempunyai fungsi ekonomis penting seperti penyedia kayu bakar, dan daun-daunan sebagai bahan baku obat (Kodoatie dkk., 2004).
Kemampuan mangrove untuk mengembangkan wilayahnya ke arah laut merupakan salah satu peran penting mangrove dalam pembentukan lahan baru. Akar mangrove mampu mengikat dan menstabilkan substrat lumpur, pohonnya mengurangi energi gelombang dan memperlambat arus, sementara vegetasi secara keseluruhan dapat memerangkap sedimen. (Davies and Claridge, 1993; Othman, 1994).
Pantai merupakan kawasan produktif yang dapat dioptimalisasikan dalam berbagai peruntukan termasuk usaha-usaha komersial, industri, perkapalan, rekreasi, kehutanan, drainase, pengontrolan banjir, perikanan tangkap, budidaya dll. Pendayagunaan kawasan pantai yang tidak terkontrol akan menimbulkan perubahan-perubahan dalam ekosistem yang selanjutnya dapat merusak sumber daya alam yang terkandung didalamnya. (Nurul Huda, 2008).
2.             Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang memiliki manfaat yang tinggi, antara lain :
a.              Bahan makanan berupa ikan, udang, kerang, rumput laut dan sebagainya hidup pada ekosistem ini ;
b.             Bahan obat-obatan ;
c.              Bahan budidaya ;
d.             Rekreasi / sebagai wisata bahari ;
e.              Penghalang pesisir sehingga mencegah terjadinya erosi pesisir, sehingga manusia dapat hidup di daerah pesisir ;
f.              Sebagai bahan bangunan ;
g.             Industri perikanan laut yang meliputi perikanan tangkap dan perairan budidaya dengan potensi ekonomi yang belum tergali demikian besar. (Hamid Muhammad, 2005).
Terumbu karang juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat pariwisata bahari dan tempat menangkap ikan bagi para nelayan. Terumbu karang juga dapat dieksploitasi untuk bahan bangunan, cenderamata, bahan obat-obatan, bahan kosmetik dan hiasan akuarium (Welly, 2001), akan tetapi dengan ditemukannya teknologi tranplantasi karang, alangkah baiknya eksploitasi dan pemanfaatan karang untuk keperluan manusia dan ilmu pengetahuan, serta industri adalah dengan memanfaatkan karang–karang yang sudah dibudidayakan melalui teknik tranplantasi karang dan ini tentunya tidak memberikan dampak terhadap kerusakan ekosistem terumbu karang. (Eni Kamal, 2006).
3.               Manfaat Laut Berupa Hasil Laut
            Dari laut itu sendiri banyak manfaat yang bisa diambil oleh manusia, diantaranya :
a.              Dari sektor perikanan, baik untuk konsumsi atau untuk dipasarkan
b.             Pengolahan rumput laut yang bernilai ekonomi tinggi
c.              Pengendapan mineral laut seperti NaCl
d.             Pengendapan sedimen pasir laut menjadi pasir besi
e.              Kandungan minyak bumi di lepas pantai (Nurul Huda, 2008).



DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, Hamid. 2005. Ilmu Pengetahuan Sosial-Geografi. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional.
Eni Kamal, 2006. Potensi Dan Pelestarian Sumberdaya Pesisir : Hutan Mangrove Dan Terumbu Karang Di Sumatera Barat. Jurnal Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 1. Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan Pesisir       Universitas Bung Hatta Padang.
Tridoyo Kusumastanto, 2003. Pemberdayaan Sumberdaya Kelautan, Perikanan dan Perhubungan Laut dalam Abad XXI. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor.
Hutabarat, Sahala dan Stewart M.Evans. 2008. Pengantar Oseangrafi. Jakarta: UI Press.
Imam Basuki, Edward Sembiring, Dewi Safitriani, Desmawati Simanjuntak,  2009.
           Sumberdaya Laut Indonesia Dan Pengelolaannya.
Nurul Huda, 2008. Strategi Kebijakan Pengelolaan Mangrove Berkelanjutan Di Wilayah Pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur Jambi. Tesis. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar