BAB IV
PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA
1.1
Perkembangan berbahasa
Sesuai
dengan fungsinya, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh
seseorang dalam pergaulanya atau hubunganya dengan orang lain. Bahasa
dapat diartikan sebagai suatu kode atau simbol
dan urutan kata-kata yang diterima secara konvensional untuk menyampaikan
konsep-konsep atau ide-ide dan berkomunikasi melalui penggunaan symbol-simbol
yang disepakati dan kombinasi simbol-simbol
yang diatur oleh ketentuan yang ada. Oleh karena itu penggunaan bahasa menjadi
efektif sejak seseorang individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain.
Sejak seorang bayi mulai berkomunikasi
dengan orang lain, sejak saat itu pula bahasa diperlukan. Sejalan dengan
perkembangan hubungan sosial, maka perkembangan bahasa seorang anak dimulai dengan meraba
dan diikuti dengan bahasa satu suku kata, dua suku kata, menyusun kalimat
sederhana dan seterusnya melakukan sosialisasi dengan menggunakan bahasa yang
kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial.
Perkembangan
bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang berarti faktor
intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa Anak yang tingkat
intelektualnya belum berkembang dan masih sangat sederhana. Semakin anak itu
tumbuh dan berkembang serta mulai mampu memahami lingkungan, maka bahasa mulai
berkembang dari tingkat yang sederhana menuju ke bahasa yang kompleks.
Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada dasarnya
merupakan hasil belajar dari lingkungan. Anak belajar bahasa seperti halnya
belajar hal yang lain,”meniru” dan ”mengulang” hasil yang telah didapatkan
merupakan cara belajar bahasa awal. Belajar bahasa yang sebenarnya baru
dilakukan oleh anak berusia 6-7 tahun, disaat anak mulai bersekolah.
Jadi, perkembangan bahasa adalah meningkatnya
kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara
lisan, tertulis maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Mampu dan menguasai
alat komunikasi di sini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami
dan dipahami orang lain.
4.2 faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan berbahasa
Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh
sebab itu perkembanganya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor itu
adalah :
1.
Umur
anak
Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan
fisiknya, bertambah pengalaman, dan meningkat kebutuhanya. Bahasa seseorang
akan berkembang sejalan dengan pertumbuhan pengalaman dan kebutuhanya. Faktor
fisik akan ikut mempengaruhi sehubungan semakin sempurnanya pertumbuhan organ
bicara, kerja otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isyarat.
2.
Kondisi
lingkungan
Lingkungan
tempat anak tumbuh berkembang memberi andil yang cukup besar dalam berbahasa.
Perkembangan bahasa di lingkungan perkotaan akan berbeda dengan di lingkungan
pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan, dan
daerah-daerah terpencil menunjukan perbedaan.
3.
Kecerdasan
anak
Untuk
meniru lingkungan tentang bunyi atau suara, gerakan dan mengenal tanda-tanda,
memerlukan kemampuan motorik yang baik. Kemampuan motorik seseorang berkorelasi
positif dengan kemampuan intelektual atau tingkat berpikir. Ketepatan meniru,
memproduksi pembendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun kalimat
dengan baik dan memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan pihak lain,
amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang anak.
4.
Status
sosial ekonomi keluarga
Keluarga
yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik
bagi perkembangan bahasa anak-anak, anggota keluarganya. Rangsangan untuk dapat
ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi
berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan lebih tampak
perbedaan perkembangan berbahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga
terdidik dan tidak terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh
pula terhadap perkembangan bahasa.
5.
Kondisi
fisik
Seseorang
yang cacat yang terganggu kemampuanya untukberkomunikasi seperti bisu, tuli,
gagap, organ suara tidak sempurna akan mengganggu perkembanganya dalam
berbahasa.
Kemampuan berbahasa dan
kemampuan berpikir saling berpengaruh satu sama lain. Bahwa kemampuan berpikir
berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya kemampuan berbahasa
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Seseorang yang rendah kemampuan berpikirnya,
akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik, logis, dan
sistematis. Hal ini akan
berakibat sulitnya berkomunikasi.
Bersosialisasi berarti melakukan konteks dengan yang
lain. Seseorang menyampaikan ide dan gagasanya dengan berbahasa dan menangkap
ide dan gagasan ini merupakan proses berpikir yang abstrak. Ketidaktepatan
menangkap arti bahasa akan berakibat ketidaktepatan dan kekaburan persepsi yang
diperolehnya. Akibat lebih lanjutnya adalah bahwa hasil berpikir menjadi tidak
tepat benar. Ketidaktepatan hasil pemrosesan pikir ini diakibatkan
kekurangmampuan dalam bahasa.
Kelas atau kelompok belajar terdiri dari siswa-siswa yang
bervariasi bahasanya, baik kemampuanya maupun polanya. Menghadapi hal ini guru
harus mengembangkan strategi belajar mengajar bidang bahasa dengan memfokuskan
pada potensi dan kemampuan anak.
Pertama, anak perlu melakukan pengulangan ( menceritakan kembali
) pelajaran yang telah diberikan dengan kata dan bahasa yang disusun oleh murid-murid sendiri.
Dengan cara ini guru
senantiasa dapat melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat kemampuan
bahasa murid-muridnya.
Kedua, berdasar hasil identifikasi itu guru melakukan
pengembangan bahasa murid dengan menambahkan perbendaharaan bahasa lingkungan
yang telah dipilih secara tepat dan benar oleh guru. Cerita murid tentang isi
pelajaran yang telah diperkaya itu diperluas untuk langkah-langkah selanjutnya,
sehingga para murid mampu menyusun cerita lebih komprehensif tentang isi bacaan
yang telah dipelajari dengan menggunakan pola bahasa mereka sendiri.
4.3
Peningkatan Kemampuan Berbahasa Siswa
Peningkatan Kemampuan
berbahasa terdiri atas empat aspek, yaitu membaca, menulis, mendengar, dan
berbicara. Keempat kemampuan tersebut hakikatnya berjalin-kelindan dan
kualitasnya berpusat (bergantung) pada kegiatan membaca, dan mendengar
(penerimaan informasi). Dengan membaca dan mendengar, seseorang mendapatkan
informasi sebagai bahan untuk berbicara dan menulis.
Dari keempat aspek di atas, menulis merupakan ketrampilan berbahasa paling
tinggi. Menulis bisa diartikan wujud dari peran aktif seseorang untuk
memberikan informasi dari berbagai sumber. Tentu saja sumber-sumber informasi
dapat diakses secara cepat dengan cara membaca. Hernowo (2003: 6) mengungkapkan
bahwa kegiatan membaca dan menulis yang dipola dengan cara-cara tertentu dan
dibiasakan akan membantu mengurai-diri, membuat kita terbuka dan dapat dikenali
sis-sisi uniknya. Siswa, notabene remaja yang kaya potensi, melalui kegiatan
membaca dan menulis potensi yang dimiliki akan lebih mudah dikembangkan. Bagi
siswa, cara paling mudah dan murah untuk untuk mengakses sumber informasi
adalah dengan berkunjung ke perpustakaan sekolah.
Namun, pentingnya membaca bagi sebagian orang tetap berperan
relatif. Hal tersebut bukanlah sesuatu yang esensial. Perpustakaan sebagai
media transformasi ilmu pengetahuan telah (seharusnya) menghadirkan berbagai
media untuk kegiatan mendengarkan, membaca, bahkan menulis. Peningkatan
kunjungan ke perpustakaan sebagai dampak positif pengelolaan fungsi rekreasi
perpustakaan, diharapkan berpengaruh positif pula pada peningkatan aktivitas
membaca, mendengar, hingga berbicara dan menulis. Dengan meningkatnya aktivitas
itu semua, diyakini kemampuan berbahasa siswa (pengunjung perpustakaan pada
umumnya) pun meningkat sesuai dengan minat dan bakatnya.
Sayangnya, perpustakaan sekolah belum banyak dijadikan tempat
favorit untuk dikunjungi. Perpustakaan sekolah umumnya berisi buku-buku
pelajaran, majalah-majalah lama, koleksi album foto yang mulai buram, serta tempelan
gambar yang kusam dan tak pernah diganti. Semua itu seolah menambah sesak
setelah sekian waktu berkutat dengan pelajaran. Di sinilah peran penting fungsi
rekreasi perpustakaan menjadi begitu bermakna.
Seperti yang banyak diungkapkan bahwa belajar harus menyenangkan,
demikian pula dengan membaca. Membaca di perpustakaan yang nyaman dengan banyak
pilihan buku akan membawa kesegaran bagi siswa sebelum kembali ke kelas.
Apalagi dengan keterbatasan waktu, fungsi rekreasi perpustakaan menjadi poin
tersendiri. Paling tidak perpustakaan akan masuk daftar tempat yang dikunjungi
saat istirahat selain kantin dan kamar mandi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar